Muslimin
dan muslimat yang dirahmati Allah سبحانه وتعالى,
Bahasan
kita kali ini adalah masih merupakan kelanjutan dari bahasan mengenai “Asal-Usul
Yahudi”, dan tema bahasan kali ini adalah “Nabi Musa عليه
السلام dan Bani Isro’iil”.
Kalau
kita sedikit menengok ke belakang dan mencermati tentang apa yang disebut Yahudi
dan kaitannya dengan Nabi Ibrohim عليه السلام, maka akan kita temukan bahwa
Yahudi membuat suatu klaim yang baathil (tidak benar) terhadap Nabi
Ibrohim عليه السلام; yang kemudian oleh Allooh سبحانه وتعالى klaim tersebut
dinetralisir dan diklarifikasi serta ditetapkan berita yang sebenarnya.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Aali ‘Imroon (3) ayat 67dimana
Allooh سبحانه وتعالى menepis keyakinan baathil orang-orang Yahudi
tersebut:
مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيّاً وَلاَ
نَصْرَانِيّاً وَلَكِن كَانَ حَنِيفاً مُّسْلِماً وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya:
“Ibrohim bukan seorang Yahudi
dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus*]
lagi berserah diri (kepada Allooh) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk
golongan orang-orang musyrik.”
*]
“Lurus” berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allooh سبحانه وتعالى) dan
jauh dari kesesatan.
Allooh
سبحانه وتعالى menegaskan bahwa Nabi Ibrohim عليه السلام bukan seorang
Yahudi, dan bukan pula seorang Nasrani, dan beliau عليه السلام bukanlah
tergolong orang-orang Musyrik. Tetapi Nabi Ibrohim عليه السلام adalah
Muslim dan beliau عليه السلام adalah seorang Muwahhid.Muwahhid
artinya adalah orang Ahli Tauhiid, orang yang meng-Esakan Allooh سبحانه
وتعالى, serta tidak menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dengan sesuatu apa pun.
Tidak menyekutukan Allooh سبحانه وتعالى dengan berhala, tidak dengan patung,
tidak dengan bulan-matahari-bintang dan sejenisnya. Nabi Ibrohim عليه السلام
hanya beribadah kepada yang satu yakni Allooh سبحانه وتعالى.
Itulah
ajaran dan keyakinan Nabi Ibrohim عليه السلام. Oleh karena itu, jangan ada
sedikitpun keyakinan bahwa Nabi Ibrohim عليه السلام adalah Yahudi, ataupun
Nasrani.
Karena
didalam sejarah dapatlah kita ketahui bahwa antara Yahudi dan Nabi
Ibrohim عليه السلام, maka zaman Nabi Ibrohim عليه السلام itu adalah lebih
dahulu. Nabi Ibrohim عليه السلام memiliki putera bernama Ismail dan Ishaq عليهم
السلام. Dari Nabi Ishaq عليه السلام terlahir putera yang bernama Ya’qub عليه السلام;
kemudian dari Nabi Ya’qub عليه السلام terlahirlah banyak anak keturunannya yang
bernamaRuubiil, Syam’uun, Laawi, Yahuudzaa, Jaad,
Asyiir, Daani, Niftalii, Iisakhir, Zaabiluun,
Dun-ya, Yusuf dan Bunyamin; sebagaimana hal ini telah kita
bahas dalam kajian kita yang lalu. Dan salah satu sumber menyatakan bahwa munculnya
sebutan Yahudi itu adalah dari keturunanYahuudzaa.
Oleh karena itu jelaslah bahwa zaman Nabi Ibrohim عليه السلام itu adalah sangat
jauh kurun waktunya dari sebelum munculnya sebutan Yahudi, sehingga sangatlah
tidak mungkin bahwa Nabi Ibrohim عليه السلام adalah seorang Yahudi sebagaimana
yang diklaim oleh orang-orang Yahudi, dan yang kemudian klaim itu dibantah oleh
Alloohسبحانه وتعالى dalam QS Aali ‘Imroon (3) ayat 67 diatas.
Dan
sangatlah tidak mungkin pula bahwa Nabi Ibrohim عليه السلام adalah Nasrani.
Karena sebutanNasrani baru munculnya di zaman Nabi ‘Isa عليه السلام
yang bahkan lebih jauh lagi terpautnya dengan zaman Nabi Ibrohim عليه السلام,
karena Nabi ‘Isa عليه السلام adalah nabi terakhir dari kalangan Bani Isro’iil.
Oleh karena itu, sangatlah mustahil bahwa Nabi Ibrohim عليه السلام adalah
seorang Yahudi ataupun Nasrani. Yang benar adalah bahwa Nabi Ibrohim عليه
السلام adalah Muslimsebagaimana yang Allooh سبحانه وتعالى beritakan
dalam Wahyu-Nya.
Hendaknya
kita telusuri berdasarkan penelitian para ‘Ulama Ahlus Sunnah tentang asal-usul
nama Yahudi kemudian menjadi terkenal. Dalam bahasa Arab, nama Yahudi
atau Bani Isro’iil dikenal sebagai kaum Nabi Musa عليه السلام;
atau disebut juga sebagai Muusawiyyuun.
Salah
seorang ‘Ulama ‘Aqiidah bernama Syaikh Dr. Mahmud ‘Abdurrohmaan Kedah,
seorang Guru Besar di Universitas Islam Madinah, yang mana beliau adalah
orang Malaysia yang sudah menjadi warga negara Arab Saudi. Beliau menulis Kitab
berjudul “Muujaz Tarikh Al Yahuud War rod ‘ala Ba’di Mazaa’amihim Al
Baathilah” (Ringkasan Sejarah Yahudi dan Bantahan terhadap Klaim
Mereka yang Baathil); dimana didalam Kitab tersebut terdapat pembahasan
mengenai adanya perselisihan tentang kronologis dan asal-usul sebutan “Yahudi”.
Didalam Kitab tersebut dijelaskan tentang 4 kemungkinan asal-muasal dari nama “Yahudi”,
sehingga dapatlah dikatakan bahwa sebutan “Yahudi” itu saja
tidaklah jelas asal-usulnya.
Adapun
kaum Muslimin mendapatkan secara jelas penyebutan “Muslim” itu
langsung dari Allooh سبحانه وتعالى. Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى
dalam Al Qur’an Surat Al Hajj (22) ayat 78 sebagai berikut:
{س} وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ
وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ
إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ
الرَّسُولُ شَهِيداً عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ
الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Artinya:
“Dan berjihadlah kamu pada jalan
Allooh dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia
sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam dien (agama) suatu kesempitan.
(Ikutilah) agama orang tuamu Ibrohim. Dia (Allooh) telah menamai kamu
sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al
Qur’an) ini, supaya Rosuul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua
menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat
dan berpeganglah kamu pada tali Allooh. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah
sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
Bahkan
didalam ayat lain yakni QS. Aali ‘Imroon (3) ayat 102, Allooh سبحانه
وتعالى berfirman dalam bentuk suatu perintah sebagai berikut :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ
اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman,
bertaqwalah kepada Allooh sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”
Jadi
Allooh سبحانه وتعالى lah yang memberikan nama “Muslim” kepada
kaum Muslimin dan memerintahkan kaum Muslimin agar janganlah mati kecuali dalam
keadaan sebagai Muslim. Orang yang ber-Islam disebut sebagai Muslim.
Orang yang menjadikan Islam sebagai dien dan sebagai ‘aqiidah bagi
dirinya, serta sebagai pedoman didalam hidupnya maka ia adalah Muslim.
(– Silakan baca kembali ceramah berjudul “Ma’na Al Islaam” dalam
Blog ini –)
Sedangkan
penyebutan “Yahudi” itu tidaklah jelas asal-usulnya, dan
sebagaimana dibahas di dalam Kitab Syaikh Dr. Mahmud ‘Abdurrohmaan Kedah
yang berjudul “Muujaz Tarikh Al Yahuud War rod ‘ala Ba’di Mazaa’amihim Al
Baathilah” (Ringkasan Sejarah Yahudi dan Bantahan terhadap Klaim
Mereka yang Baathil), maka dijelaskan bahwa terdapat 4 kemungkinan dari
asal-muasal penyebutan “Yahudi”, yakni sebagaimana berikut
ini:
1.
Disebut “Yahuud”, karena berasal dari kata Al-Hawada,
yang bermakna Mawaddah (cinta) karena diantara sesama mereka Yahudi satu
sama lain saling mencintai.
2. “Yahudi”
berasal dari kata At Tahawwud, yang maknanya adalah At Taubah
(bertaubat), berasal dari firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Surat Al A’roof
(7) ayat 156:
وَاكْتُبْ لَنَا فِي هَـذِهِ الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ إِنَّا هُدْنَـا إِلَيْكَ قَالَ عَذَابِي أُصِيبُ بِهِ
مَنْ أَشَاء وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ فَسَأَكْتُبُهَا لِلَّذِينَ
يَتَّقُونَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَـاةَ وَالَّذِينَ هُم بِآيَاتِنَا يُؤْمِنُونَ
Artinya:
“Dan tetapkanlah untuk kami
kebajikan di dunia ini dan di akhirat; sesungguhnya kami kembali (bertaubat)
kepada Engkau. Allooh berfirman: “Siksa-Ku akan Kutimpakan kepada siapa yang
Aku kehendaki dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan Aku tetapkan
rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertaqwa, yang menunaikan zakat dan
orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami”.
3.
Menurut Abu ‘Aamr Ibnu Al ‘Ala, mereka disebut “Yahudi”
karena bila mereka membaca Kitab mereka maka badannya bergoyang-goyang. (– Oleh
karena itu, janganlah kaum Muslimin membaca Al Qur’an atau berdzikir sambil
menggoyang-goyangkan kepala ataupun badan, karena yang demikian itu adalah
merupakan Tasyabbuh (meniru / menyerupai) kaum Yahudi–)
4. “Yahudi”
berasal dari kata “Yahuudzaa”, dimana Yahuudzaa adalah
merupakan salah seorang putera Nabi Ya’qub عليه السلام; dimana anak keturunan Yahuudzaa
kemudian mendirikan suatu “Kerajaan kecil” di wilayah selatan Palestina
yang disebut sebagai Kerajaan Yahuudzaa. Disebut demikian sebagai
pembeda terhadap kerajaan yang ada di wilayah utara Palestina. Kata “Yahuudzaa”
kemudian lambat laun berubah menjadi “Yahuda”, dan pada akhirnya
berubah menjadi “Yahudi”.
Demikianlah
sekilas pembahasan mengenai asal-usul sebutan “Yahudi”, dan
berikut ini akan kita kaji mengenai “Nabi Musa عليه السلام dan Bani
Isro’iil”.
Sebagaimana
telah kita bahas dalam kajian lalu mengenai “Nabi Yusuf عليه السلام
dan Bani Isro’iil”; maka dapatlah diketahui bahwa pada zaman Nabi Yusuf عليه
السلام, semua anak keturunan Nabi Ya’qub عليه السلام kemudian dibawa ke Mesir.
Ketika itu Mesir adalah merupakan Kerajaan yang berada dibawah kekuasaan
Fir’aun.
Nabi
Musa عليه السلام adalah putera dari ‘Imron, dan ‘Imron adalah putera
dari Qoohits, dan Qoohits adalah putera dari ‘Aazir, dan ‘Aazir
adalah putera dari Laawi; yang mana Laawi adalah salah seorang putera
dari Nabi Ya’qub عليه السلام. Dengan demikian nasab Nabi Musa عليه السلام
adalah Musa bin ‘Imron bin Fahis bin ‘Azir bin Laawi bin Ya’qub bin Ishaq bin
Ibrohim عليهم السلام. Dan dapatlah dipastikan bahwa Nabi Musa عليه السلام
terlahir di daerah Mesir.
Ibu
Nabi Musa عليه السلام adalah bernama Ayaarikho. Di Mesir ini, Bani
Isro’iil mengalami penindasan dimana mereka diperbudak oleh Raja Mesir atau
Fir’aun (– Sebagian ahli sejarah menyatakan bahwa Fir’aun pada zaman Nabi Musa عليه
السلام adalah Raja Merenptah yang merupakan putra ke-13 dari Ramses
II dan memerintah Dinasti ke-19 Mesir antara tahun1213-1203 SM
karena mumi Raja Merenptah ini adalah satu-satunya mumi yang mengandung banyak
garam – Walloohu a’lam).
Menurut
riwayat Shohabat ‘Abdullooh bin Mas’uud dari ayahnya رضي الله عنهما, bahwa
Fir’aun bermimpi, yang mana didalam mimpinya tersebut ia melihat api yang
datangnya dari arah Baitul Maqdis. Api itu membakar rumah-rumah penduduk Mesir
dan seluruh kabilah Qibty. Namun didalam mimpinya terlihat bahwa rumah-rumah
orang-orang Bani Isro’iil tidaklah terbakar. Ketika Fir’aun terbangun maka ia
pun menjadi sangat ketakutan. Maka dikumpulkannyalah para penasehatnya yang
terdiri dari para dukun dan tukang sihir. Lalu ditanyakanlah olehnya tentang
arti mimpi tersebut. Para dukun dan tukang sihir Fir’aun mengatakan bahwa
itulah pertanda akan terlahir seorang anak laki-laki dari Bani Isro’iil yang
akan menjadikan penyebab binasanya dan runtuhnya kekuasaan Fir’aun (Lihat Tafsir
Imaam Al Baghowy رحمه الله Jilid 1 halaman 91).
Fir’aun
pun kemudian membuat keputusan agar semua bayi laki-laki yang terlahir dari
kalangan Bani Isro’iil di Mesir harus dibunuh.
Didalam
Kitab “Al Atsaar Al Waaridah Annis Salafi al Yahuud fi Tafsiir Ath
Thobariy”Jilid I halaman 38 karya Yusuf bin Hamuud Al Husyaan,
dijelaskan bahwa keputusan Fir’aun itu kemudian diubah setelah adanya usulan
dari orang-orang Bani Isro’iil; karena apabila keputusan Fir’aun itu
dilaksanakan maka orang-orang Bani Isro’iil akan semakin musnah, sementara
orang-orang Mesir masih membutuhkan tenaga-tenaga mereka (Bani Isro’iil)
sebagai budak. Oleh karena itu Bani Isro’iil meminta agar janganlah seluruh
bayi laki-laki Bani Isro’iil dibunuh. Dengan demikian diubahlah keputusan Fir’aun
tersebut menjadi selama setahun pertama bayi laki-laki Bani Isro’iil yang
terlahir harus dibunuh dan pada tahun berikutnya adalah tidak dibunuh, kemudian
pada tahun ketiganya harus dibunuh dan pada tahun keempatnya tidak dibunuh dan
demikian seterusnya silih berganti setiap tahunnya.
Harun
(saudara Musa)
terlahir pada tahun dimana diperbolehkan bayi laki-laki Bani Isro’iil untuk
tidak dibunuh; sementara Musa عليه السلام terlahir pada tahun dimana
bayi laki-laki Bani Isro’iil harus dibunuh. Sehingga Musa عليه السلام adalah
yang termasuk dicari-cari untuk dibunuh. Namun Allooh سبحانه وتعالى
menyelamatkan Musa عليه السلام, sebagaimana firman-Nya dalam Al Qur’an Surat
Al Qoshosh (28) ayat 3-13, sebagai bagian dari rencana Allooh سبحانه وتعالى
untuk memberikan karunia dan pertolongan kepada orang-orang yang dilemahkan,
diperbudak dan ditindas oleh Fir’aun:
نَتْلُوا عَلَيْكَ مِن نَّبَإِ مُوسَى
وَفِرْعَوْنَ بِالْحَقِّ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ ﴿٣﴾ إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي
الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعاً يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ
أَبْنَاءهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءهُمْ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ ﴿٤﴾
وَنُرِيدُ أَن نَّمُنَّ عَلَى الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا فِي الْأَرْضِ
وَنَجْعَلَهُمْ أَئِمَّةً وَنَجْعَلَهُمُ الْوَارِثِينَ ﴿٥﴾ وَنُمَكِّنَ لَهُمْ
فِي الْأَرْضِ وَنُرِي فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا مِنْهُم مَّا كَانُوا
يَحْذَرُونَ ﴿٦﴾ وَأَوْحَيْنَا إِلَى أُمِّ مُوسَى أَنْ أَرْضِعِيهِ فَإِذَا خِفْتِ
عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي إِنَّا
رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ ﴿٧﴾ فَالْتَقَطَهُ آلُ
فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوّاً وَحَزَناً إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ
وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ ﴿٨﴾ وَقَالَتِ امْرَأَتُ فِرْعَوْنَ قُرَّتُ
عَيْنٍ لِّي وَلَكَ لَا تَقْتُلُوهُ عَسَى أَن يَنفَعَنَا أَوْ نَتَّخِذَهُ
وَلَداً وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ ﴿٩﴾ وَأَصْبَحَ فُؤَادُ أُمِّ مُوسَى فَارِغاً إِن
كَادَتْ لَتُبْدِي بِهِ لَوْلَا أَن رَّبَطْنَا عَلَى قَلْبِهَا لِتَكُونَ مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ ﴿١٠﴾ وَقَالَتْ لِأُخْتِهِ قُصِّيهِ فَبَصُرَتْ بِهِ عَن جُنُبٍ
وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ ﴿١١﴾ وَحَرَّمْنَا عَلَيْهِ الْمَرَاضِعَ مِن قَبْلُ
فَقَالَتْ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَهْلِ بَيْتٍ يَكْفُلُونَهُ لَكُمْ وَهُمْ لَهُ
نَاصِحُونَ ﴿١٢﴾ فَرَدَدْنَاهُ إِلَى أُمِّهِ كَيْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا
تَحْزَنَ وَلِتَعْلَمَ أَنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا
يَعْلَمُونَ ﴿١٣﴾
Artinya:
(3) “Kami (Allooh) membacakan
kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir`aun dengan benar untuk orang-orang
yang beriman.
(4) Sesungguhnya
Fir`aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya
berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak
laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya
Fir`aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
(5) Dan
Kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir)
itu dan hendak menjadikan mereka pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang
yang mewarisi (bumi),
(6) dan
akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami perlihatkan
kepada Fir`aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan
dari mereka itu
(7) Dan
Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir
dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rosuul.
(8) Maka
dipungutlah ia oleh keluarga Fir`aun yang akibatnya dia menjadi
musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir`aun dan Haman beserta
tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
(9) Dan
berkatalah isteri Fir`aun: “(Ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu.
Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa`at kepada kita atau kita
ambil ia menjadi anak”, sedang mereka tiada menyadari.
(10) Dan
menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia
tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk
orang-orang yang percaya (kepada janji Allooh).
(11) Dan
berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: “Ikutilah dia” Maka
kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya,
(12) dan
Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-perempuan yang mau menyusui (nya)
sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa: “Maukah kamu aku tunjukkan kepadamu
ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu dan mereka dapat berlaku baik
kepadanya?”.
(13) Maka
Kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka
cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allooh itu adalah benar, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.”
Demikianlah,
dari ayat diatas dapatlah diketahui bahwa Nabi Musa عليه السلام yang dikala itu
dicari-cari sebagai bayi laki-laki yang harus dibunuh, kemudian dihanyutkanlah
ke Sungai Nil oleh orangtuanya agar terlepas dari pembunuhan
Fir’aun. Kemudian Musa عليه السلام pun ditemukan oleh ‘Asiyah, istri
Fir’aun, yang membawanya ke istana untuk diasuhnya sebagai anak dikarenakan ia
sendiri belumlah memiliki anak keturunan. Ketika istri Fir’aun mencari seorang
pengasuh untuk menyusui Musa عليه السلام, maka Allooh سبحانه وتعالى mengatur
agar ibu Musa lah yang menjadi pengasuh baginya di istana Fir’aun. Demikianlah
bentuk kasih sayang Allooh سبحانه وتعالى terhadap Nabi Musa عليه السلام dan
ibunya.
Apakah
Peranan Nabi Musa عليه السلام?
Diantara
tugas Nabi Musa عليه السلام adalah:
1.
Mendakwahi Fir’aun agar ia masuk Islam.
2.
Mendakwahi kaumnya (Bani Isro’iil) agar mereka beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى.
3.
Menyelamatkan Bani Isro’iil dari perbudakan dan penindasan Fir’aun.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Asy-Syu’aroo’ (26) ayat
10-19berikut ini:
وَإِذْ نَادَى رَبُّكَ مُوسَى أَنِ ائْتِ
الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿١٠﴾ قَوْمَ فِرْعَوْنَ أَلَا يَتَّقُونَ ﴿١١﴾ قَالَ
رَبِّ إِنِّي أَخَافُ أَن يُكَذِّبُونِ ﴿١٢﴾ وَيَضِيقُ صَدْرِي وَلَا يَنطَلِقُ
لِسَانِي فَأَرْسِلْ إِلَى هَارُونَ ﴿١٣﴾ وَلَهُمْ عَلَيَّ ذَنبٌ فَأَخَافُ أَن
يَقْتُلُونِ ﴿١٤﴾ قَالَ كَلَّا فَاذْهَبَا بِآيَاتِنَا إِنَّا مَعَكُم
مُّسْتَمِعُونَ ﴿١٥﴾ فَأْتِيَا فِرْعَوْنَ فَقُولَا إِنَّا رَسُولُ رَبِّ
الْعَالَمِينَ ﴿١٦﴾ أَنْ أَرْسِلْ مَعَنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ ﴿١٧﴾ قَالَ أَلَمْ
نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيداً وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ ﴿١٨﴾
وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنتَ مِنَ الْكَافِرِينَ ﴿١٩﴾
Artinya:
(10) Dan (ingatlah) ketika
Robb-mu menyeru Musa (dengan firman-Nya): “Datangilah kaum yang dzolim itu,
(11) (yaitu)
kaum Fir`aun. Mengapa mereka tidak bertaqwa?”
(12) Berkata
Musa: “Ya Robb-ku, sesungguhnya aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku.
(13) Dan
(karenanya) sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah (Jibril)
kepada Harun.
(14) Dan
aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku”.
(15) Allooh
berfirman: “Jangan takut (mereka tidak akan dapat membunuhmu), maka pergilah
kamu berdua dengan membawa ayat-ayat Kami (mu`jizat-mu`jizat); sesungguhnya
Kami bersamamu mendengarkan (apa-apa yang mereka katakan),
(16) Maka
datanglah kamu berdua kepada Fir`aun dan katakanlah olehmu: “Sesungguhnya kami
adalah rosuul Robb semesta alam,
(17) lepaskanlah
Bani Israil (pergi) beserta kami”.
(18) Fir`aun
menjawab: “Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu
masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu.
(19) dan
kamu telah berbuat suatu perbuatan yang telah kamu lakukan itu dan kamu
termasuk golongan orang-orang yang kaafir (tidak membalas guna)“.
Perhatikanlah
betapa didalam QS.Asy-Syu’aroo’ (26) ayat 19 diatas, Nabi Musa عليه السلام
dikatakan kaafir oleh Fir’aun; dikarenakan Fir’aun menganggap
dirinya sebagai Tuhan. Padahal Nabi Musa عليه السلام adalah rosuul utusan
Allooh سبحانه وتعالى, tetapi Fir’aun menganggap bahwa Nabi Musa عليه السلام
justru telah kaafir terhadap Fir’aun.
Hendaknya
ayat ini menjadi pelajaran bagi kaum Muslimin. Di zaman sekarang pun juga
terjadi anggapan sedemikian itu. Menurut versi orang-orang Yahudi dan Nasrani
serta orang-orang yang tidak suka kepada Islam; maka mereka menganggap bahwa
orang-orang Islam itu adalah teroris, perampok dan pembunuh. Hal ini
dikarenakan didalam setiap peperangan antara kaum Muslimin dengan mereka,
dikala kaum Muslimin yang memperoleh kemenangan maka harta mereka pun menjadi “harta
rampasan” (ghoniimah) bagi kaum Muslimin yang akan dibagikan
kepada seluruh tentara Muslim yang ikut berperang. Jika yang demikian itu
dikatakan “perampasan”, maka hal itu adalah wajar, karena ditinjau dari
versi pandangan orang-orang kaafir terhadap kaum Muslimin. Kalau dikatakan
bahwa kaum Muslimin didalam peperangan sebagai pembunuh, maka itu pun wajar
karena itu ditinjau dari versi pandangan orang-orang kaafir terhadap kaum
Muslimin. Sementara menurut versi pandangan kaum Muslimin, membunuh didalam
suatu peperangan untuk menegakkan Laa Ilaaha Ilallooh adalah
sebagai Jihad fisabiilillah.
Oleh
karena itu, sebagaimana Nabi Musa عليه السلام dikatakan kaafir oleh
Fir’aun; padahal justru Nabi Musa عليه السلام itu tidak hanya ia seorang
Muslim, melainkan juga adalah seorang Rosuul utusan Allooh سبحانه وتعالى (dan
yang kaafir sesungguhnya adalah Fir’aun, karena ia kaafir terhadap
Allooh سبحانه وتعالى); maka sebagaimana itu pula kaum Muslimin di zaman
sekarang dituduh dengan julukan yang seram-seram seperti “teroris”
dan sebagainya. Padahal apabila diperhatikan didalam kenyataannya justru betapa
banyak kaum Muslimin di berbagai belahan dunia seperti Palestina dan sebagainya
yang diteror, diusir dari tempat-tempat tinggalnya dan dibunuh oleh orang-orang
kaafir.
Hendaknya
hal ini dicamkan oleh kaum Muslimin agar jangan mudah terprovokasi oleh
berbagai berita yang beredar di media massa. Hendaklah dicermati dengan
seksama, siapakah yang menjadi sumber berita tersebut.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam Al Qur’an Surat Al Hujuroot (49) ayat 6
:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن جَاءكُمْ
فَاسِقٌ بِنَبَأٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْماً بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا
عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, jika
datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan
teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Dari
ayat diatas dapatlah diambil pelajaran bahwa apabila yang membawa berita itu
adalah orangfasiq maka harus diperiksa terlebih dahulu kebenaran
beritanya. Apalagi kalau berita itu datang dari orang kaafir, tentulah
lebih perlu untuk dicek kebenaran beritanya. Kaum Muslimin di tengah-tengah
masyarakat, terkadang tidak bisa memilah-milah kabar (berita) itu datangnya
dari pihak siapa. Semestinya, kalaulah berita itu datang dari Muslimun
atauMustaqiim (orang yang ber-‘aqidah Islam serta
orang-orang yang berpihak pada Islam), maka barulah pemberitaan itu bisa
diterima atau dibenarkan. Tetapi apabila berita itu datang dari orang Munaafiq,
orang Fasiq (orang-orang yang menjadi mata-mata bagi orang-orang
Kaafirdengan mencari-cari berita dari pihak kaum Muslimin untuk
kemudian informasi itu diberikan kepada orang-orang kaafir agar mereka
memerangi kaum Muslimin), apalagi apabila berita itu datang langsung dari orang
kaafir maka hendaklah kaum Muslimin berhati-hati.
Berita
dari orang fasiq saja tidak bisa dibenarkan, apalagi bila datangnya jelas-jelas
langsung dari orang kaafir. Hanya ironisnya kaum Muslimin hampir tidaklah
sebanding sumber pemberitaannya, karena kaum Muslimin hampir tidak (atau sangat
sedikit) memiliki sumber pemberitaan yang “valid” dalam skala
internasional. Selalu saja sumber berita itu adalah datangnya dari Yahudi maupun
Nasrani, seperti CNN, BBC, UPI, Reuter, dan lain-lain; atau juga
bila diperhatikan maka media-media massa lokal (baik televisi, radio, internet
dan sebagainya) yang berskala jaringan yang luas maka kebanyakan pemegang
saham mereka adalah bersumber dari pihak Yahudi maupun Nasrani.
Oleh karena itu wajar saja apabila datangnya berita kepada kaum Muslimin itu
adalah persis seperti julukan Fir’aun terhadap Nabi Musa عليه السلام, dimana
kaum Muslimin lah yang dituduh sebagai “teroris” dan sebagainya.
Hendaknya
kaum Muslimin harus bisa meng-counter dan mem-filter dirinya
sendiri, sehingga janganlah menjadi korban dari pemberitaan yang merupakan
suatu syubhat yang pada akhirnya adalah bertujuan agar kaum
Muslimin itu menjauh dari dienul Islam dan terkena virusIslamophobia.
Kembali
kepada bahasan kita mengenai Nabi Musa عليه السلام dan Fir’aun, maka dapatlah dipelajari
bahwa dewan penasehat Fir’aun yang sangat besar pengaruhnya di Mesir
saat itu adalah para ahli sihir Fir’aun. Oleh karena itu Allooh سبحانه وتعالى
membekali Nabi Musa denganmu’jizat-mu’jizat yang dapat mengalahkan para ahli
sihir Fir’aun.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Qoshosh (28) ayat 30-35 berikut
ini:
فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِي مِن شَاطِئِ
الْوَادِي الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَن يَا
مُوسَى إِنِّي أَنَا اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ ﴿٣٠﴾ وَأَنْ أَلْقِ عَصَاكَ
فَلَمَّا رَآهَا تَهْتَزُّ كَأَنَّهَا جَانٌّ وَلَّى مُدْبِراً وَلَمْ يُعَقِّبْ
يَا مُوسَى أَقْبِلْ وَلَا تَخَفْ إِنَّكَ مِنَ الْآمِنِينَ ﴿٣١﴾ اسْلُكْ يَدَكَ
فِي جَيْبِكَ تَخْرُجْ بَيْضَاء مِنْ غَيْرِ سُوءٍ وَاضْمُمْ إِلَيْكَ جَنَاحَكَ مِنَ
الرَّهْبِ فَذَانِكَ بُرْهَانَانِ مِن رَّبِّكَ إِلَى فِرْعَوْنَ وَمَلَئِهِ
إِنَّهُمْ كَانُوا قَوْماً فَاسِقِينَ ﴿٣٢﴾ قَالَ رَبِّ إِنِّي قَتَلْتُ مِنْهُمْ
نَفْساً فَأَخَافُ أَن يَقْتُلُونِ ﴿٣٣﴾ وَأَخِي هَارُونُ هُوَ أَفْصَحُ مِنِّي
لِسَاناً فَأَرْسِلْهُ مَعِيَ رِدْءاً يُصَدِّقُنِي إِنِّي أَخَافُ أَن
يُكَذِّبُونِ ﴿٣٤﴾ قَالَ سَنَشُدُّ عَضُدَكَ بِأَخِيكَ وَنَجْعَلُ لَكُمَا
سُلْطَاناً فَلَا يَصِلُونَ إِلَيْكُمَا بِآيَاتِنَا أَنتُمَا وَمَنِ
اتَّبَعَكُمَا الْغَالِبُونَ ﴿٣٥﴾
Artinya:
(30) Maka tatkala Musa sampai ke
(tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang diberkahi, dari
sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allooh, Robb
semesta alam,
(31) dan
lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya
bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke
belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa, datanglah kepada-Ku
dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.
(32) Masukkanlah
tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia ke luar putih tidak bercacat bukan karena
penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)-mu bila ketakutan, maka yang
demikian itu adalah dua mu`jizat dari Robb-mu (yang akan kamu hadapkan kepada
Fir`aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang
fasiq”.
(33) Musa
berkata: “Ya Robbku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari
golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.
(34) Dan
saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku
sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)-ku; sesungguhnya aku khawatir
mereka akan mendustakanku”.
(35) Allooh
berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu
berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah
kamu berdua) dengan membawa mu`jizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti
kamulah yang menang“.
Mesir
Kuno dan para Fir’aunnya adalah salah satu peradaban tertua di dunia dan juga
yang paling penindas. Betapa banyak nyawa ratusan ribu budak dikorbankan untuk
membangun monumen-monumen mereka yang megah seperti piramid, sphinx dan
obelisk. Hal itu dikarenakan Fir’aun ingin direpresentasikan sebagai dewa
atau tuhan yang disembah oleh manusia.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Qoshosh (28) ayat 36-39 berikut
ini:
فَلَمَّا جَاءهُم مُّوسَى بِآيَاتِنَا
بَيِّنَاتٍ قَالُوا مَا هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُّفْتَرًى وَمَا سَمِعْنَا بِهَذَا
فِي آبَائِنَا الْأَوَّلِينَ ﴿٣٦﴾ وَقَالَ مُوسَى رَبِّي أَعْلَمُ بِمَن جَاء
بِالْهُدَى مِنْ عِندِهِ وَمَن تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِ إِنَّهُ لَا
يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ ﴿٣٧﴾ وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا
عَلِمْتُ لَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَل
لِّي صَرْحاً لَّعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ
الْكَاذِبِينَ ﴿٣٨﴾ وَاسْتَكْبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ
الْحَقِّ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ إِلَيْنَا لَا يُرْجَعُونَ ﴿٣٩﴾
Artinya:
(36) Maka tatkala Musa datang
kepada mereka dengan (membawa) mu`jizat-mu`jizat Kami yang nyata, mereka
berkata: “Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah
mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu”.
(37) Musa
menjawab: “Robb-ku lebih mengetahui orang yang (patut) membawa petunjuk dari
sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat kesudahan (yang baik) di negeri akhirat.
Sesungguhnya tidaklah akan mendapat kemenangan orang-orang yang dzolim”.
(38) Dan
berkata Fir`aun: “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain
aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku
bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya
aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta”.
(39) Dan
berlaku angkuhlah Fir`aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang
benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami.
Juga
perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Asy-Syu’aroo’
(26) ayat 23-51 berikut ini:
قَالَ فِرْعَوْنُ وَمَا رَبُّ الْعَالَمِينَ
﴿٢٣﴾ قَالَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا إن كُنتُم
مُّوقِنِينَ ﴿٢٤﴾ قَالَ لِمَنْ حَوْلَهُ أَلَا تَسْتَمِعُونَ ﴿٢٥﴾ قَالَ رَبُّكُمْ
وَرَبُّ آبَائِكُمُ الْأَوَّلِينَ ﴿٢٦﴾ قَالَ إِنَّ رَسُولَكُمُ الَّذِي أُرْسِلَ
إِلَيْكُمْ لَمَجْنُونٌ ﴿٢٧﴾ قَالَ رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَمَا
بَيْنَهُمَا إِن كُنتُمْ تَعْقِلُونَ ﴿٢٨﴾ قَالَ لَئِنِ اتَّخَذْتَ إِلَهاً
غَيْرِي لَأَجْعَلَنَّكَ مِنَ الْمَسْجُونِينَ ﴿٢٩﴾ قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ
مُّبِينٍ ﴿٣٠﴾ قَالَ فَأْتِ بِهِ إِن كُنتَ مِنَ الصَّادِقِينَ ﴿٣١﴾ فَأَلْقَى
عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ ثُعْبَانٌ مُّبِينٌ ﴿٣٢﴾ وَنَزَعَ يَدَهُ فَإِذَا هِيَ
بَيْضَاء لِلنَّاظِرِينَ ﴿٣٣﴾ قَالَ لِلْمَلَإِ حَوْلَهُ إِنَّ هَذَا لَسَاحِرٌ
عَلِيمٌ ﴿٣٤﴾ يُرِيدُ أَن يُخْرِجَكُم مِّنْ أَرْضِكُم بِسِحْرِهِ فَمَاذَا
تَأْمُرُونَ ﴿٣٥﴾ قَالُوا أَرْجِهِ وَأَخَاهُ وَابْعَثْ فِي الْمَدَائِنِ
حَاشِرِينَ ﴿٣٦﴾ يَأْتُوكَ بِكُلِّ سَحَّارٍ عَلِيمٍ ﴿٣٧﴾ فَجُمِعَ السَّحَرَةُ
لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَّعْلُومٍ ﴿٣٨﴾ وَقِيلَ لِلنَّاسِ هَلْ أَنتُم مُّجْتَمِعُونَ
﴿٣٩﴾ لَعَلَّنَا نَتَّبِعُ السَّحَرَةَ إِن كَانُوا هُمُ الْغَالِبِينَ ﴿٤٠﴾
فَلَمَّا جَاء السَّحَرَةُ قَالُوا لِفِرْعَوْنَ أَئِنَّ لَنَا لَأَجْراً إِن
كُنَّا نَحْنُ الْغَالِبِينَ ﴿٤١﴾ قَالَ نَعَمْ وَإِنَّكُمْ إِذاً لَّمِنَ
الْمُقَرَّبِينَ ﴿٤٢﴾ قَالَ لَهُم مُّوسَى أَلْقُوا مَا أَنتُم مُّلْقُونَ ﴿٤٣﴾
فَأَلْقَوْا حِبَالَهُمْ وَعِصِيَّهُمْ وَقَالُوا بِعِزَّةِ فِرْعَوْنَ إِنَّا
لَنَحْنُ الْغَالِبُونَ ﴿٤٤﴾ فَأَلْقَى مُوسَى عَصَاهُ فَإِذَا هِيَ تَلْقَفُ مَا
يَأْفِكُونَ ﴿٤٥﴾ فَأُلْقِيَ السَّحَرَةُ سَاجِدِينَ ﴿٤٦﴾ قَالُوا آمَنَّا بِرَبِّ
الْعَالَمِينَ ﴿٤٧﴾ رَبِّ مُوسَى وَهَارُونَ ﴿٤٨﴾ قَالَ آمَنتُمْ لَهُ قَبْلَ أَنْ
آذَنَ لَكُمْ إِنَّهُ لَكَبِيرُكُمُ الَّذِي عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ فَلَسَوْفَ
تَعْلَمُونَ لَأُقَطِّعَنَّ أَيْدِيَكُمْ وَأَرْجُلَكُم مِّنْ خِلَافٍ
وَلَأُصَلِّبَنَّكُمْ أَجْمَعِينَ ﴿٤٩﴾ قَالُوا لَا ضَيْرَ إِنَّا إِلَى رَبِّنَا
مُنقَلِبُونَ ﴿٥٠﴾ إِنَّا نَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لَنَا رَبُّنَا خَطَايَانَا أَن
كُنَّا أَوَّلَ الْمُؤْمِنِينَ ﴿٥١﴾
Artinya:
(23) Fir`aun bertanya: “Siapa
Robb semesta alam itu?”
(24) Musa
menjawab: “Robb Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yang di antara keduanya.
(Itulah Robb-mu), jika kamu sekalian (orang-orang) mempercayai-Nya”.
(25) Berkata
Fir`aun kepada orang-orang sekelilingnya: “Apakah kamu tidak mendengarkan?”
(26) Musa
berkata (pula): “Robb kamu dan Robb nenek-nenek moyang kamu yang dahulu”.
(27) Fir`aun
berkata: “Sesungguhnya Rosuulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar
orang gila”.
(28) Musa
berkata: “Robb yang menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara
keduanya: (Itulah Robb-mu) jika kamu mempergunakan akal”.
(29) Fir`aun
berkata: “Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan
menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan”.
(30) Musa
berkata: “Dan apakah (kamu akan melakukan itu) kendatipun aku tunjukkan
kepadamu sesuatu (keterangan) yang nyata?”
(31) Fir`aun
berkata: “Datangkanlah sesuatu (keterangan) yang nyata itu, jika kamu adalah
termasuk orang-orang yang benar”.
(32) Maka
Musa melemparkan tongkatnya, yang tiba-tiba tongkat itu (menjadi) ular yang
nyata.
(33) Dan
ia menarik tangannya (dari dalam bajunya), maka tiba-tiba tangan itu jadi putih
(bersinar) bagi orang-orang yang melihatnya.
(34) Fir`aun
berkata kepada pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya: Sesungguhnya
Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai,
(35) ia
hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu
apakah yang kamu anjurkan?”
(36) Mereka
menjawab: “Tundalah (urusan) dia dan saudaranya dan kirimkanlah ke seluruh negeri
orang-orang yang akan mengumpulkan (ahli sihir),
(37) niscaya
mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang pandai kepadamu’.
(38) Lalu
dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang ditetapkan di hari yang ma`lum,
(39) dan
dikatakan kepada orang banyak: “Berkumpullah kamu sekalian.
(40) semoga
kita mengikuti ahli-ahli sihir jika mereka adalah orang-orang yang menang”
(41) Maka
tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka bertanya kepada Fir`aun: “Apakah kami
sungguh-sungguh mendapat upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang
menang?”
(42) Fir`aun
menjawab: “Ya, kalau demikian, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan
menjadi orang yang didekatkan (kepadaku)”.
(43) Berkatalah
Musa kepada mereka: “Lemparkanlah apa yang hendak kamu Lemparkan”.
(44) Lalu mereka melemparkan tali
temali dan tongkat-tongkat mereka dan berkata: “Demi kekuasaan Fir`aun,
sesungguhnya kami benar-benar akan menang”.
(45) Kemudian
Musa melemparkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-benda palsu yang
mereka ada-adakan itu.
(46) Maka
tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud (kepada Allooh).
(47) mereka berkata: “Kami beriman
kepada Robb semesta alam,
(48) (yaitu)
Robb Musa dan Harun”.
(49) Fir`aun
berkata: “Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin
kepadamu? Sesungguhnya dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir
kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat
perbuatanmu); sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan
bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya”.
(50) Mereka
berkata: “Tidak ada kemudharatan (bagi kami); sesungguhnya kami akan kembali
kepada Robb kami,
(51) sesungguhnya
kami amat menginginkan bahwa Robb kami akan mengampuni kesalahan kami, karena
kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman”.
Namun
karena kesombongannya, Fir’aun tetap menolak dakwah Nabi Musa عليه السلام;
bahkan Fir’aun dengan murkanya menghukum dan membunuh diantara kalangan para
ahli sihir bahkan istrinya sendiri (‘Asiyah) yang mereka itu menjadi
beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى setelah menyaksikan mu’jizat yang Allooh سبحانه
وتعالى berikan kepada Nabi Musa عليه السلام. Oleh karena itu, Allooh سبحانه وتعالى
pun menurunkan hukuman-Nya terhadap Fir’aun dengan menenggelamkannya beserta
bala tentaranya di Laut Merah dan mengabadikan jasad Fir’aun sebagai pelajaran
bagi orang-orang sesudahnya.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Thoohaa (20) ayat 77-79 berikut
ini:
وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَى مُوسَى أَنْ
أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقاً فِي الْبَحْرِ يَبَساً لَّا تَخَافُ
دَرَكاً وَلَا تَخْشَى ﴿٧٧﴾ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُم
مِّنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ ﴿٧٨﴾ وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَى
﴿٧٩﴾
Artinya:
(77) “Dan sesungguhnya telah
Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Isroil)
di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu
tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”.
(78) Maka
Fir`aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut
yang menenggelamkan mereka.
(79) Dan
Fir`aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk.”
Juga
firman-Nya dalam QS. Yunus (10) ayat 90-92 :
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ
فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْياً وَعَدْواً حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ
الْغَرَقُ قَالَ آمَنتُ أَنَّهُ لا إِلِـهَ إِلاَّ الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو
إِسْرَائِيلَ وَأَنَاْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ ﴿٩٠﴾ آلآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ
وَكُنتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ ﴿٩١﴾ فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ
لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا
لَغَافِلُونَ ﴿٩٢﴾
Artinya:
(90) “Dan Kami memungkinkan
Bani Isroil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir`aun dan bala
tentaranya, karena hendak menganiaya dan menindas (mereka); hingga bila Fir`aun
itu telah hampir tenggelam berkatalah dia: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang
yang berserah diri (kepada Allooh)”.
(91) Apakah
sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka sejak
dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
(92) Maka
pada hari ini Kami selamatkan badan (jasad)-mu supaya kamu dapat menjadi
pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Saat
ini mumi Fir’aun disimpan di Museum Nasional Tahrir di Kairo, Mesir.
Bahkan seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam
mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur
kuno didasar Laut Merah. Menurutnya, mungkin ini merupakan bangkai kereta
tempur Fir’aun yang tenggelam dilautan tersebut saat digunakan untuk mengejar
Nabi Musa عليه السلام bersama para pengikutnya.
Sikap
Bani Isro’iil Setelah Diselamatkan oleh Allooh سبحانه وتعالى dari Penindasan Fir’aun
Semestinya
Bani Isro’iil bersyukur kepada Allooh سبحانه وتعالى, setelah diselamatkan oleh
Allooh سبحانه وتعالى dari penindasan Fir’aun; namun ternyata yang terjadi
adalah sebaliknya. Mereka (Bani Isro’iil) bahkan menyelisihi ajaran Tauhid yang
dibawa Nabi Musa عليه السلام.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al A’roof (7) ayat 128-140 berikut
ini:
قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ اسْتَعِينُوا
بِاللّهِ وَاصْبِرُواْ إِنَّ الأَرْضَ لِلّهِ يُورِثُهَا مَن يَشَاءُ مِنْ
عِبَادِهِ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ ﴿١٢٨﴾ قَالُواْ أُوذِينَا مِن قَبْلِ أَن
تَأْتِينَا وَمِن بَعْدِ مَا جِئْتَنَا قَالَ عَسَى رَبُّكُمْ أَن يُهْلِكَ
عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الأَرْضِ فَيَنظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ ﴿١٢٩﴾
وَلَقَدْ أَخَذْنَا آلَ فِرْعَونَ بِالسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّن الثَّمَرَاتِ
لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ ﴿١٣٠﴾ فَإِذَا جَاءتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُواْ لَنَا
هَـذِهِ وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَطَّيَّرُواْ بِمُوسَى وَمَن مَّعَهُ أَلا
إِنَّمَا طَائِرُهُمْ عِندَ اللّهُ وَلَـكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ ﴿١٣١﴾
وَقَالُواْ مَهْمَا تَأْتِنَا بِهِ مِن آيَةٍ لِّتَسْحَرَنَا بِهَا فَمَا نَحْنُ
لَكَ بِمُؤْمِنِينَ ﴿١٣٢﴾ فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمُ الطُّوفَانَ وَالْجَرَادَ
وَالْقُمَّلَ وَالضَّفَادِعَ وَالدَّمَ آيَاتٍ مُّفَصَّلاَتٍ فَاسْتَكْبَرُواْ
وَكَانُواْ قَوْماً مُّجْرِمِينَ ﴿١٣٣﴾ وَلَمَّا وَقَعَ عَلَيْهِمُ الرِّجْزُ
قَالُواْ يَا مُوسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِندَكَ لَئِن كَشَفْتَ
عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
﴿١٣٤﴾ فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ إِلَى أَجَلٍ هُم بَالِغُوهُ إِذَا
هُمْ يَنكُثُونَ ﴿١٣٥﴾ فَانتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ
بِأَنَّهُمْ كَذَّبُواْ بِآيَاتِنَا وَكَانُواْ عَنْهَا غَافِلِينَ ﴿١٣٦﴾
وَأَوْرَثْنَا الْقَوْمَ الَّذِينَ كَانُواْ يُسْتَضْعَفُونَ مَشَارِقَ الأَرْضِ
وَمَغَارِبَهَا الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ الْحُسْنَى
عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ بِمَا صَبَرُواْ وَدَمَّرْنَا مَا كَانَ يَصْنَعُ
فِرْعَوْنُ وَقَوْمُهُ وَمَا كَانُواْ يَعْرِشُونَ ﴿١٣٧﴾ وَجَاوَزْنَا بِبَنِي
إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتَوْاْ عَلَى قَوْمٍ يَعْكُفُونَ عَلَى أَصْنَامٍ
لَّهُمْ قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ
إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ ﴿١٣٨﴾ إِنَّ هَـؤُلاء مُتَبَّرٌ مَّا هُمْ فِيهِ
وَبَاطِلٌ مَّا كَانُواْ يَعْمَلُونَ ﴿١٣٩﴾ قَالَ أَغَيْرَ اللّهِ أَبْغِيكُمْ
إِلَـهاً وَهُوَ فَضَّلَكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ ﴿١٤٠﴾
Artinya:
(128) Musa berkata kepada
kaumnya: “Mohonlah pertolongan kepada Allooh dan bersabarlah; sesungguhnya bumi
(ini) kepunyaan Allooh; dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang
bertaqwa”.
(129) Kaum Musa berkata: “Kami telah
ditindas (oleh Fir`aun) sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu
datang”. Musa menjawab: “Mudah-mudahan Allooh membinasakan musuhmu dan
menjadikan kamu khalifah di bumi (Nya), maka Allooh akan melihat bagaimana perbuatanmu.
(130)
Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir`aun dan) kaumnya dengan
(mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya
mereka mengambil pelajaran.
(131)
Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata: “Ini
adalah karena (usaha) kami”. Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka
lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya.
Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allooh, akan
tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(132)
Mereka berkata: “Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk
menyihir kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman
kepadamu”.
(133)
Maka Kami kirimkan kepada mereka taufan, belalang, kutu, katak dan darah
sebagai bukti yang jelas, tetapi mereka tetap menyombongkan diri dan mereka
adalah kaum yang berdosa.
(134)
Dan ketika mereka ditimpa azab (yang telah diterangkan itu) merekapun
berkata: “Hai Musa, mohonkanlah untuk kami kepada Robb-mu dengan (perantaraan)
kenabian yang diketahui Allooh ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat
menghilangkan adzab itu daripada kami, pasti kami akan beriman kepadamu dan
akan kami biarkan Bani Isroil pergi bersamamu”.
(135)
Maka setelah kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang
mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka mengingkarinya.
(136)
Kemudian Kami menghukum mereka, maka Kami tenggelamkan mereka di laut
disebabkan mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka adalah orang-orang yang
melalaikan ayat-ayat Kami itu.
(137)
Dan Kami pusakakan kepada kaum yang telah ditindas itu, negeri-negeri bahagian
timur bumi dan bahagian baratnya yang telah Kami beri berkah padanya. Dan telah
sempurnalah perkataan Robb-mu yang baik (sebagai janji) untuk Bani Isroil
disebabkan kesabaran mereka. Dan Kami hancurkan apa yang telah dibuat Fir`aun
dan kaumnya dan apa yang telah dibangun mereka.
(138)
Dan Kami seberangkan Bani Isroil ke seberang lautan itu, maka setelah
mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani
Isroil berkata: “Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala)
sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)”. Musa menjawab:
“Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang bodoh (tidak mengetahui sifat-sifat
Allooh)”.
(139)
Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan
akan batal apa yang selalu mereka kerjakan.
(140)
Musa menjawab: “Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain
daripada Allooh, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat.
Sesungguhnya
apabila Bani Isro’iil mengikuti ajaran Tauhid yang diwariskan
oleh Nabi Ibrohim, Nabi Ishaq, Nabi Ya’qub dan Nabi Musa عليهم السلام, tentunya
mereka hanya akan beribadah kepada Allooh سبحانه وتعالى semata. Namun
sayangnya, ketika mereka berpindah ke Mesir dan dikala itu orang-orang Mesir
adalah penyembah berhala (Paganisme), makapaganisme
itu pun mempengaruhi keyakinan mereka dan menyebabkan lunturnya keimanan
mereka.
Perhatikanlah
apa yang dikatakan oleh Bani Isro’iil terhadap Nabi Musa عليه السلام,
sebagaimana hal ini diberitakan oleh Allooh سبحانه وتعالى dalam firman-Nya pada
QS. Al Baqoroh (2) ayat 55berikut ini:
وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نُّؤْمِنَ
لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنتُمْ
تَنظُرُونَ
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika kamu
berkata: “Hai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat
Allooh dengan terang“, karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu
menyaksikannya.”
Jadi
Bani Isro’iil dikala itu telah terpengaruh oleh kebudayaan Mesir sehingga
memiliki kecenderungan untuk menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat,
sebagaimana yang terdapat pada penyembahan berhala (paganisme) bangsa
Mesir.
Walau
telah diperingatkan oleh Nabi Musa عليه السلام, Bani Isro’iil tetap berada
dalam penentangan mereka terhadap ajaran Tauhid yang didakwahkan Nabi Musa عليه
السلام. Dan ketika Nabi Musa عليه السلام meninggalkan mereka untuk mendaki Gunung
Sinai seorang diri, maka dengan memanfaatkan ketiadaan Nabi Musa عليه السلام,
muncullah seorang bernama Samiri yang semakin mempengaruhi Bani
Isro’iil dengan kecenderungan mereka terhadap keberhalaan (paganisme),
dan bahkan membujuk mereka untuk membuat patung seekor anak sapi serta
menyembahnya.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Thoohaa (20) ayat 80-98 berikut
ini:
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ قَدْ أَنجَيْنَاكُم
مِّنْ عَدُوِّكُمْ وَوَاعَدْنَاكُمْ جَانِبَ الطُّورِ الْأَيْمَنَ وَنَزَّلْنَا
عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى ﴿٨٠﴾ كُلُوا مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ
وَلَا تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَن يَحْلِلْ عَلَيْهِ
غَضَبِي فَقَدْ هَوَى ﴿٨١﴾ وَإِنِّي لَغَفَّارٌ لِّمَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ
صَالِحاً ثُمَّ اهْتَدَى ﴿٨٢﴾ وَمَا أَعْجَلَكَ عَن قَوْمِكَ يَا مُوسَى ﴿٨٣﴾
قَالَ هُمْ أُولَاء عَلَى أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى ﴿٨٤﴾ قَالَ
فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِن بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ ﴿٨٥﴾
فَرَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفاً قَالَ يَا قَوْمِ أَلَمْ
يَعِدْكُمْ رَبُّكُمْ وَعْداً حَسَناً أَفَطَالَ عَلَيْكُمُ الْعَهْدُ أَمْ
أَرَدتُّمْ أَن يَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبٌ مِّن رَّبِّكُمْ فَأَخْلَفْتُم
مَّوْعِدِي ﴿٨٦﴾ قَالُوا مَا أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلَكِنَّا
حُمِّلْنَا أَوْزَاراً مِّن زِينَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْنَاهَا فَكَذَلِكَ أَلْقَى
السَّامِرِيُّ ﴿٨٧﴾ فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلاً جَسَداً لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا
هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ ﴿٨٨﴾ أَفَلَا يَرَوْنَ أَلَّا يَرْجِعُ
إِلَيْهِمْ قَوْلاً وَلَا يَمْلِكُ لَهُمْ ضَرّاً وَلَا نَفْعاً ﴿٨٩﴾ وَلَقَدْ
قَالَ لَهُمْ هَارُونُ مِن قَبْلُ يَا قَوْمِ إِنَّمَا فُتِنتُم بِهِ وَإِنَّ
رَبَّكُمُ الرَّحْمَنُ فَاتَّبِعُونِي وَأَطِيعُوا أَمْرِي ﴿٩٠﴾ قَالُوا لَن
نَّبْرَحَ عَلَيْهِ عَاكِفِينَ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْنَا مُوسَى ﴿٩١﴾ قَالَ يَا هَارُونُ
مَا مَنَعَكَ إِذْ رَأَيْتَهُمْ ضَلُّوا ﴿٩٢﴾ أَلَّا تَتَّبِعَنِ أَفَعَصَيْتَ
أَمْرِي ﴿٩٣﴾ قَالَ يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي
إِنِّي خَشِيتُ أَن تَقُولَ فَرَّقْتَ بَيْنَ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَمْ تَرْقُبْ
قَوْلِي ﴿٩٤﴾ قَالَ فَمَا خَطْبُكَ يَا سَامِرِيُّ ﴿٩٥﴾ قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ
يَبْصُرُوا بِهِ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ أَثَرِ الرَّسُولِ فَنَبَذْتُهَا
وَكَذَلِكَ سَوَّلَتْ لِي نَفْسِي ﴿٩٦﴾ قَالَ فَاذْهَبْ فَإِنَّ لَكَ فِي
الْحَيَاةِ أَن تَقُولَ لَا مِسَاسَ وَإِنَّ لَكَ مَوْعِداً لَّنْ تُخْلَفَهُ
وَانظُرْ إِلَى إِلَهِكَ الَّذِي ظَلْتَ عَلَيْهِ عَاكِفاً لَّنُحَرِّقَنَّهُ
ثُمَّ لَنَنسِفَنَّهُ فِي الْيَمِّ نَسْفاً ﴿٩٧﴾ إِنَّمَا إِلَهُكُمُ اللَّهُ
الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَسِعَ كُلَّ شَيْءٍ عِلْماً ﴿٩٨﴾
Artinya:
(80) Hai Bani Israil,
sesungguhnya Kami telah menyelamatkan kamu sekalian dari musuhmu, dan Kami
telah mengadakan perjanjian dengan kamu sekalian (untuk munajat) di sebelah
kanan gunung itu (Gunung Sinai) dan Kami telah menurunkan kepada kamu sekalian
manna dan salwa.
(81) Makanlah
di antara rizqi yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah
melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan
barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia.
(82) Dan
sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal
shoolih, kemudian tetap di jalan yang benar.
(83) Mengapa
kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai Musa?
(84) Berkata
Musa: “Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya
Robb-ku, agar supaya Engkau ridho (kepadaku)”.
(85) Allooh
berfirman: “Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu
tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.
(86) Kemudian
Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: “Hai
kaumku, bukankah Robb-mu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka
apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar
kemurkaan dari Robb-mu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”
(87) Mereka
berkata: “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami
sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka
kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya”,
(88) kemudian
Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan
bersuara, maka mereka berkata: “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi Musa
telah lupa”.
(89) Maka
apakah mereka tidak memperhatikan bahwa patung anak lembu itu tidak dapat
memberi jawaban kepada mereka, dan tidak dapat memberi kemudharatan kepada
mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?
(90) Dan
sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya: “Hai kaumku,
sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya
Robb-mu ialah (Allooh) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan ta`atilah
perintahku”.
(91) Mereka
menjawab: “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa kembali
kepada kami.
(92) Berkata
Musa: “Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah
sesat,
(93) (sehingga
kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai
perintahku?”
(94) Harun
menjawab: “Hai putera ibuku janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula)
kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku): “Kamu
telah memecah antara Bani Isroil dan kamu tidak memelihara amanatku”.
(95) Berkata
Musa: “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian) hai Samiri?”
(96) Samiri
menjawab: “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku
ambil segenggam dari jejak rosuul lalu aku melemparkannya, dan demikianlah
nafsuku membujukku”.
(97) Berkata
Musa: “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini
(hanya dapat) mengatakan: “Janganlah menyentuh (aku)”. Dan sesungguhnya bagimu
hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan
lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan
membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut
(berupa abu yang berserakan).
(98) Sesungguhnya
Robb-mu hanyalah Allooh, yang tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain
Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu”.
Patung
anak sapi emas yang disembah Bani Isro’iil dikala Musa berada di Gunung Sinai,
sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, yakni Hathor dan Apis.
Demikianlah,
sesungguhnya apabila Bani Isro’iil beriman kepada Allooh سبحانه وتعالى, maka
mereka berhak mendapatkan pahala dari-Nya serta tiadalah mereka akan ditimpa
rasa takut dan rasa sedih, sebagaimana hal ini difirmankan oleh Allooh سبحانه وتعالى
dalam QS. Al Baqoroh (2) ayat 62-66 berikut ini:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُواْ وَالَّذِينَ
هَادُواْ وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
وَعَمِلَ صَالِحاً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَكُمْ وَرَفَعْنَا
فَوْقَكُمُ الطُّورَ خُذُواْ مَا آتَيْنَاكُم بِقُوَّةٍ وَاذْكُرُواْ مَا فِيهِ
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ ﴿٦٣﴾ ثُمَّ تَوَلَّيْتُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَلَوْلاَ
فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَكُنتُم مِّنَ الْخَاسِرِينَ ﴿٦٤﴾
وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ الَّذِينَ اعْتَدَواْ مِنكُمْ فِي السَّبْتِ فَقُلْنَا لَهُمْ
كُونُواْ قِرَدَةً خَاسِئِينَ ﴿٦٥﴾ فَجَعَلْنَاهَا نَكَالاً لِّمَا بَيْنَ
يَدَيْهَا وَمَا خَلْفَهَا وَمَوْعِظَةً لِّلْمُتَّقِينَ ﴿٦٦﴾
Artinya:
(62) Sesungguhnya orang-orang
mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa
saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allooh, hari kemudian dan
beramal shoolih, mereka akan menerima pahala dari Robb mereka, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(63) Dan
(ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung
(Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): “Peganglah teguh-teguh apa yang
Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu
bertaqwa”.
(64) Kemudian
kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada
karunia Allooh dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang-orang yang
rugi.
(65) Dan
sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari
Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”.
(66) Maka
Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan
bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang
bertaqwa.”
Namun
sayangnya, ajaran Tauhid Nabi Musa عليه السلام dalam fase-fase berikutnya
semakin banyak diselewengkan oleh Bani Isro’iil yang terpengaruh dengan ajaran
Mesir Kuno, sehingga berakibat terbentuknya orang-orang Yahudi dengan karakter
semakin menyimpang dari Tauhid; dan ini terus berkembang hingga terbentuknya Ordo-Ordo
Templar, Freemasonry, Zionisme dan
sebagainya di zaman kita sekarang ini. Bahkan Taurat yang
diturunkan oleh Allooh سبحانه وتعالى kepada Nabi Musa عليه السلام pun telah
banyak dicampur adukkan dengan kebaathilan, sehingga tidaklah sesuai lagi
dengan yang aslinya. Muncullah ajaran Kaballa, Talmud
dan sebagainya yang insya Allooh akan kita bahas satu per satu dalam
kajian-kajian mendatang.
Mudah-mudahan
kaum Muslimin dapat mengambil pelajaran agar senantiasa berpedoman padaAl
Qur’an dan As Sunnah yang shohiihah, dan menjauhkan diri
daripada Bid’ah yang merupakan bentuk penyelisihan terhadap tuntunan
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم; agar janganlah kaum Muslimin mengalami keadaan
sebagaimana yang dialami oleh Bani Isro’iil yang mendapatkan petaka dan
kemurkaan Allooh سبحانه وتعالى akibat meninggalkan tuntunan para nabinya serta
menyelisihi ajaran-Nya. Sesungguhnya Allooh سبحانه وتعالى adalah Maha Berkuasa.
TANYA
JAWAB
Pertanyaan:
1.
Disebutkan didalam Hadits bahwa hancurnya suatu kaum adalah karena mereka
banyak bertanya yang sifatnya “ngeyel” (untuk berbantah-bantahan
semata). Bagaimanakah membedakan antara bertanya yang memang dalam rangka untuk
mendapatkan penjelasan dengan bertanya yang bersifat “ngeyel” tersebut?
2.
Saya pernah mendengar dalam suatu ceramah bahwa ada orang ‘alim yang bermimpi
melihat Allooh سبحانه وتعالى. Dan mimpinya itu terjadi bahkan sampai dengan 99
(sembilan puluh sembilah) kali. Benarkah mimpi yang demikian itu?
Jawaban:
1.
Pertanyaan itu ada 2 (dua) macam, yakni:
a)
Pertanyaan yang bermakna mempersulit, menguji, membuat fitnah; maka pertanyaan
yang demikian itu adalah dilarang oleh Allooh سبحانه وتعالى dan juga oleh
Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al Maa-idah (5) ayat 101-102:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ
تَسْأَلُواْ عَنْ أَشْيَاء إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِن تَسْأَلُواْ
عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْآنُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللّهُ عَنْهَا وَاللّهُ
غَفُورٌ حَلِيمٌ ﴿١٠١﴾ قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِّن قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُواْ
بِهَا كَافِرِينَ ﴿١٠٢﴾
Artinya:
(101) Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika
diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamudan jika kamu
menanyakan di waktu Al Qur’an itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan
kepadamu. Allah mema`afkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyantun.
(102)
Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal-hal
yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya.
Dan
dalam Hadits Riwayat Imaam Ahmad no: 10260, dishohiihkan oleh Syaikh
Syuaib Al Arnaa’uth, dari Shohabat Abu Hurairoh رضي الله عنه, Rosuulullooh صلى الله
عليه وسلم melarangnya dengan sabdanya:
ذروني ما تركتكم فإنما أهلك الذين من قبلكم
كثرة سؤالهم واختلافهم على أنبيائهم
Artinya:
“Biarkanlah apa yang kutinggalkan pada kalian, sungguh binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka….”
“Biarkanlah apa yang kutinggalkan pada kalian, sungguh binasanya orang-orang sebelum kalian adalah karena banyak bertanya dan menyelisihi nabi mereka….”
b)
Pertanyaan yang bermakna membuat paham, dimana seseorang yang bertanya itu
dapat menjadi jelas dan paham; maka pertanyaan yang demikian itu justru
dianjurkan bahkan diperintahkan oleh Allooh سبحانه وتعالى.
Perhatikanlah
firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. An Nahl (16) ayat 43:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلاَّ
رِجَالاً نُّوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُواْ أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لاَ
تَعْلَمُونَ
Artinya:
“Dan Kami tidak mengutus
sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka;
maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak
mengetahui.”
Dalam
Hadits banyak sekali kita temukan dimana Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم
memberikan transformasi ilmu dan pendidikan kepada para Shohabatnya melalui
proses tanya jawab. Sebagaimana contohnya dalam Hadits Riwayat Imaam Muslim no:
39, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Amr bin Al Ash رضي الله عنه bahwa:
أَنَّ رَجُلاً سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- أَىُّ الإِسْلاَمِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ
السَّلاَمَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ
Artinya:
Salah
Seorang Shohabat bertanya pada Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, “Islam
manakah yang paling baik?”
Rosuulullooh
صلى الله عليه وسلم menjawab, “Engkau memberi makan pada orang, engkau
memberi salam pada orang yang engkau kenal dan yang tidak engkau kenal.”
2.
Yang benar adalah Allooh سبحانه وتعالى tidak bisa dilihat di dunia,
tetapi akan bisa dilihat di Akhirat kelak bagi orang-orang yang beriman.
Demikian yang menjadi ‘Aqiidah Ahlus Sunnah Wal Jamaa’ah. Bahkan
merupakan kenikmatan paling tinggi bagi seorang mu’min adalah melihat Allooh سبحانه
وتعالى kelak di Akhirat. Sebagaimana dalam Hadits Riwayat Imaam At
Turmudzy no: 2235, dan Imaam At Turmudzy mengatakan bahwa Hadits ini Hasaanun
Shohiihdan Hadits ini juga dishohiihkan oleh Syaikh Nashiruddin Al
Albaany, dari Shohabat ‘Amr bin Tsabit رضي الله عنه bahwa Rosuulullooh صلى الله
عليه وسلم bersabda berkenaan dengan Fitnah Dajjal yang Rosuulullooh صلى الله عليه
وسلم memperingatkan ummatnya agar berlindung daripadanya:
أنه لن يرى أحد منكم ربه حتى يموت …
Artinya:
“Sesungguhnya seorang dari
kalian tidak akan melihat tuhannya (Allooh) sehingga dia mati…..”
Adapun
orang yang menyatakan melihat Allooh سبحانه وتعالى sampai dengan 99 kali
didalam mimpinya, maka hendaklah hal tersebut tidak perlu kita percayai.
Alhamdulillah, kiranya cukup sekian dulu bahasan kita
kali ini, mudah-mudahan bermanfaat. Kita akhiri dengan Do’a Kafaratul Majlis :
Tiada ulasan:
Catat Ulasan