Catatan Popular

Ahad, 24 Ogos 2014

KITAB AL - LAMAAT CAHAYA PERTAMA : MUNAJAT NABI YUNUS AS



KARYA BADIUZZAMAN SAID NURSI DALAM KITAB INDUK “RISALAH NUR”

Sesungguhnya munajat Nabi Yunus as. adalah salah satu munajat paling agung dan paling indah serta salah satu media paling ampuh agar doa dikabulkan oleh Allah

DIKISAHKAN bahwa Nabi Yunus as. dilemparkan ke laut
lalu ditelan oleh ikan besar dan diombang-ambingkan ombak.
Malam yang pekat pun menurunkan tirainya. Nabi Yunus pun
ditimpa ketakutan dan terputuslah sebab-sebab pengharapan.
Sirnalah angan-angan, sehingga dengan merendahkan diri beliau
melantunkan doa yang lembut memelas kasih:

Tiada Tuhan selain Engkau maha suci Engkau sesungguhnya
aku termasuk orang-orang yang zalim .
(al-Anbiya [21]: 87)

Dan doa ini yang menjadi sarana keselamatan dan terbebasnya
beliau dari penderitaan.
Rahasia agung dari munajat ini adalah bahwa
dalam suasana yang mencekam dan menakutkan itu
sebab-sebab material sepenuh-nya runtuh
sehingga sebab-sebab itu tidak dapat mengubah apa pun
dan tak dapat memberi pengaruh apapun. Hal itu terjadi karena
yang dapat menyelamatkan beliau dari kondisi tersebut hanyalah
yang memiliki kekuasaan terhadap ikan besar, lautan, malam dan
angkasa, karena baik ikan besar, malam yang gelap gulita
serta lautan yang ganas telah “sepakat untuk menyerang”
beliau. Dengan demikian tidak ada satu sebab pun yang dapat
 menyelamatkannya, tak ada seorang pun yang dapat mengakhiri
 penderitaan beliau dan mengantarkannya pada pantai keselamatan
dan keamanan kecuali Yang Maha Menguasai malam , ikan besar
 sekaligus lautannya Dan Yang Mampu menundukkan segala sesuatu
dengan perintah-Nya ... hingga kalaupun dalam suasana yang mencekam
dan menakutkan tersebut semua makhluk membantu Nabi Yunus dan
siap mematuhi beliau maka hal itu tidak akan memberi manfaat apa pun
baginya. Benar ... sebab-sebab itu tidak memberi pengaruh apa pun.

Dengan ainul yaqin , Nabi Yunus memandang bahwa tidak ada lagi
tempat berlindung kecuali ke haribaan Dzat Pencipta sebab. Dan
melalui celah-celah cahaya tauhid yang benderang terbukalah raha-
sia keesaan Allah hingga munajatnya yang ikhlas itu menundukkan
malam, ikan dan lautan secara bersamaan. Bukan hanya itu, bahkan
dengan cahaya tauhid yang murni perut ikan yang gelap berubah
laksana perut kapal selam, lautan yang ganas dengan ombak yang
siap menelan pun berubah bagaikan taman yang penuh keindahan.
Awan gemawan pun berarakan di langit. Bulan menampakkan
wajahnya yang bersinar bak pelita terang yang muncul di atas kepala
beliau. Semuanya karena munajat tersebut.
Demikianlah makhluk-makhluk yang tadinya mengancam
dan menakutkan beliau, sekarang berlalu dengan wajah bersahabat
lalu mendekati dengan kasih dan sayang hingga beliau keluar
menuju pantai keselamatan dan menyaksikan kemurahan Allah
yang Maha Penyayang dari bawah pohon  yaktin

Oleh karena itu hendaklah kita melihat diri kita melalui
perspektif munajat itu. Kita berada pada suatu kondisi yang
menakutkan dan penuh ancaman berkali-kali lipat dari kondisi yang
dialami oleh Nabi Yunus karena:
Malam yang menaungi kita adalah masa depan dan masa
depan kita, jika kita melihatnya dengan pandangan acuh, tampak
gelap dan menakutkan bahkan lebih pekat seratus kali lipat dari
malam yang dilalui oleh Nabi Yunus.
Lautan kita adalah bumi yang setiap ombaknya membawa
beribu jenazah. Karena itu ia adalah lautan yang menakutkan seratus
kali lipat lebih menakutkan daripada lautan tempat Nabi Yunus
dilemparkan.
Ikan besar kita adalah nafsu amarah yang kita bawa. la adalah
ikan yang ingin menelan dan memusnahkan kehidupan akhirat kita.
Ikan ini lebih rakus daripada ikan yang menelan Nabi Yunus karena
ikan yang menelan Nabi Yunus mungkin dapat melenyapkan
kehidupan yang lamanya seratus tahun saja sementara nafsu amarah
kita berupaya menghancurkan ratusan juta tahun kehidupan abadi
yang menyenangkan dan penuh kebahagiaan.

Demikianlah hakikat kondisi kita selamanya oleh karena itu
tidak ada jalan lain kecuali kita mengikuti Nabi kita Yunus as.
berjalan di atas petunjuk-Nya, berpaling dari semua sebab lalu
menghadap secara langsung kepada Allah yang merupakan penye-
bab dari segala sebab. Menghadap kepada-Nya dengan sepenuh jiwa
dan raga kita mengharap pertolongan-Nya dengan doa:
Kita meyakini bahwa masa depan yang menanti kita, dunia
yang menampung kita, nafsu amarah yang ada pada diri kita, karena
kelalaian dan kesesatan kita, telah melakukan persekongkolan
terhadap kita. Kita pun yakin bahwa tidak ada yang dapat meng-
hilangkan ancaman masa depan, menumpas teror dan bencana-
bencana dunia, menjauhkan bahaya nafsu amarah kecuali Dzat yang
menguasai masa depan, mengatur dunia, dan menguasai jiwa kita.
Siapakah selain pencipta langit dan bumi yang mengetahui
gejolak jiwa kita, siapa selain-Nya yang mengetahui rahasia hati kita
dan siapa selain-Nya yang mampu menerangi masa depan dengan
menciptakan akhirat bagi kita? Siapakah selain-Nya yang dapat
menyelamatkan kita dari riak ombak dunia yang penuh dengan
deburan peristiwa? Tidak ... tidak ada yang mampu menjadi
penyelamat kecuali Allah. Dia lah yang jika tidak karena kehendak-
Nya tidak mungkin sesuatu, di manapun dan dalam keadaan
bagaimanapun, mendapatkan pertolongan.

Hakikat keberadaan kita akan terus seperti itu kecuali jika kita
menengadahkan tangan tunduk kepada-Nya, meminta pandangan
kasih sayang-Nya kepada kita, mengikuti rahasia munajat Nabi
Yunus yang mampu mengendalikan ikan besar hingga tunduk
kepada beliau sehingga ikan itu laksana kapal selam yang berlayar
di bawah laut dan menjadikan lautan bagaikan taman yang indah
serta menyelimuti malam dengan pakaian cahaya benderang dengan
bulan yang bersinar. Maka kita panjatkan:
Kita meminta perhatian kasih Ilahi untuk masa depan kita
dengan ungkapan:
Dengan munajat itu kita peruntukan bagi kehidupan kita
dengan kalimat Dan dengan untaian:

,kita berharap agar Dia memandang kita dengan pandangan
welas asih agar masa depan kita dapat penuh cahaya iman dan
al-Quran, juga agar malam mencekam berganti menjadi aman dan
menyenangkan agar kita dapat mengakhiri misi serta tugas kehidupan
kita dengan tiba di pantai keselamatan, masuk dalam pelukan kebenaran Islam.
Dengan kebenaran—yang merupakan bahtera yang telah disediakan oleh
al-Quran—itu kita berlayar mengarungi gelombang kehidupan di
atas ombak usia serta abad yang membawa jenazah tak terhitung
banyaknya. Dan yang mengantarkan mereka pada kematian,
mengganti kematian dengan kehidupan di dunia kita ini tanpa kenal
lelah. Karena itu mari kita melihat pemandangan yang menakutkan
ini melalui kaca mata Qurani, niscaya pemandangan tersebut
berubah menjadi pemandangan yang segar dan senantiasa baru.
Pembaharuannya yang terus-menerus itu telah menghilangkan
keterasingan yang menakutkan yang muncul dari tiupan badai dan
gempa di lautan untuk kemudian berganti menjadi pandangan yang
penuh hikmah dan pelajaran serta membangkitkan pengamatan dan
pemikiran tentang ciptaan Allah. Maka, kehidupan kita diterangi
dengan keindahan pembaharuan tersebut. Pada saat itu, nafsu
amarah tidak dapat mengalahkan kita bahkan kitalah yang mengua-
sainya dengan rahasia yang diberikan oleh al-Quran. Bahkan dengan
pelajaran Qurani tersebut, kita mampu mengendalikan nafsu amarah
sehingga menjadi tunduk pada kehendak kita dan mendapatkan
sarana yang baik dan bermanfaat untuk mendapatkan kesuksesan
di kehidupan yang abadi.

RINGKASAN

Sebagaimana manusia yang terdiri dari substansi yang
lengkap menderita dari demam ringan, begitu juga menderita
dengan goncangan gempa di dunia dan gempa besar yang akan
terjadi ketika hari kiamat. Manusia takut pada bakteri kecil seperti
juga ia takut terhadap meteor-meteor yang muncul di angkasa.
Manusia mencintai rumahnya dan merasa nyaman di dalamnya
sebagaimana ia mencintai dunia yang besar ini. Manusia suka akan
tamannya yang kecil seperti ia merindukan surga abadi dan berharap
untuk menghuninya.

Begitulah selalu kehidupan manusia. Karena itu tidak ada
sesembahan, pencipta, pengatur, pelindung selain Dzat yang di
tangan-Nya rahasia langit dan bumi. Segala sesuatu tunduk pada
aturan-Nya, oleh karena itu manusia pasti sangat butuh untuk
menghadapkan wajah kepada Allah serta menundukkan diri di
hadapan-Nya seperti Nabi Yunus as. dengan munajatnya:
Maha suci Engkau. 

Tidaklah kami memiliki pengetahuan kecuali
Yang Engkau ajarkan pada kami. Sesungguhnya Engkau Maha
mengetahui dan Maha Bijaksana. (al-Baqarah: 32)

Tiada ulasan: