IMAM IBN
QAYYIM AL JAUZIYAH
Di antara tempat persinggahan iyyaka na'budu wa
iyyaka nasta'in adalah hazan (kesedihan hati atau duka cita).
Tapi ini bukan merupakan tempat persinggahan yang dituntut atau diperintahkan
untuk disinggahi, sekalipun mungkin orang yang sedang mengadakan perjalanan
harus menyinggahinya. Sebab di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan kata hazan,melainkan
sesuatu yang dilarang atau pun dinafikan. Yang dilarang seperti firman Allah,
"Dan,
janganlah kalian bersikap lemah dan jangan (pula) kalian bersedihhati. "(Ali Imran: 139).
Sedangkan yang dinafikan seperti firman Allah,
"Maka
barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nicaya tidak adakekhawatiran atas
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqarah: 38).
Pasalnya, kesedihan hati merupakan tempat
pemberhentian danbukan pendorong untuk mengadakan perjalanan serta tidak ada
kemaslahatannya bagi hati. Di samping itu, yang paling disukai syetan ialah membuat
hati hamba bersedih, lalu dia tidak mau melanjutkan perjalanannyadan
mendorongnya untuk berhenti, sebagaimana firman-Nya,
"Sesungguhnya
pembicaraan rahasia itu adalah dari syetan, supayaorang-orang yang beriman itu
berduka cita." (Al-Mujadilah: 10).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga
melarang tiga orangyang sedang berkumpul, sementara dua orang saling
berbisik-bisik, karenayang demikian itu membuat orang yang ketiga bersedih
hati.
Kesedihan hati bukan sesuatu yang dituntut, tidak ada
tujuan danmanfaatnya. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berlindung dari
kesedihanhati, sebagaimana dalam doa beliau, "Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mudari kekhawatiran dan kesedihan."
Tapi dari segi kenyataan hidup, memang tempat
ersinggahan initidak bisa dihindari. Karena itu para penghuni surga berucap
saat merekamemasukinya,
"Segala
puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan hati darikami." (Fathir:34).
Hal ini menunjukkan bahwa dahulunya mereka pernah
mengalamikesedihan hati, selagi masih di dunia, sebagaimana mereka
ditimpamusibah-musibah lain tanpa menghendakinya. Sementara RasulullahShallallahu
Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits shahih,"Tidaklah
seorang Mukmin ditimpa kekhawatiran, keletihan dan kesedihanhati, melainkan
Allah mengampuni sebagian dari kesalahan-kesalahannya."
Ini menunjukkan bahwa itu semua merupakan musibah yang
ditimpakanAllah kepada hamba, agar dengan begitu Allah mengampuni
kesalahan-kesalahannya, bukan karena menunjukkan kedudukan kesedihanhati ini
yang merupakan tuntutan.
Sedangkan hadits Hindun bin Abu Halah yang berkata
mensifatiNabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Bahwa beliau selalu tampak
bersedihhati", ini hadits yang sama sekali tidak kuat dan di dalam
isnadnya adaseseorang yang tidak diketahui. Di samping itu, bagaimana
mungkinbeliau senantiasa bersedih hati, padahal beliau telah dijaga Allah agar
tidakbersedih hati karena tidak mendapatkan dunia dan sebab-sebabnya,
dilarang bersedih hati dalam menghadapi orang-orang
kafir, dan dosadosabeliau yang lampau maupun yang akan datang sudah diampuni?
Laluapa yang membuat beliau harus senantiasa bersedih hati? Beliau adalahorang
yang senantiasa banyak senyum dan manis muka. Begitu pulariwayat yang
mengatakan, "Sesungguhnya Allah mencintai setiap hati
yang banyak bersedih." Isnad riwayat ini tidak diketahui, begitu pula
siapayang meriwayatkannya. Taruklah bahwa ada hadits yang shahih dan ada
ayatyang menggambarkan kesedihan, maka maksudnya adalah musibah yang
ditimpakan kepada hamba.
Yang pasti para ulama telah sepakat bahwa kesedihan
hati di duniabukan sesuatu yang terpuji, kecuali Abu Utsman Al-Hiry. Dia
berkata,"Menampakkan kesedihan di hadapan setiap orang adalah kemuliaan
dantambahan pahala bagi orang Mukmin, selagi kesedihan itu bukan karenamusibah
yang menimpanya."
Tiada ulasan:
Catat Ulasan