Catatan Popular

Isnin, 26 Februari 2018

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 30 : HAZAN (KESEDIHAN HATI)


IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH

Di antara tempat persinggahan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in adalah hazan (kesedihan hati atau duka cita). Tapi ini bukan merupakan tempat persinggahan yang dituntut atau diperintahkan untuk disinggahi, sekalipun mungkin orang yang sedang mengadakan perjalanan harus menyinggahinya. Sebab di dalam Al-Qur'an tidak disebutkan kata hazan,melainkan sesuatu yang dilarang atau pun dinafikan. Yang dilarang seperti firman Allah,

"Dan, janganlah kalian bersikap lemah dan jangan (pula) kalian bersedihhati. "(Ali Imran: 139).

Sedangkan yang dinafikan seperti firman Allah,

"Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, nicaya tidak adakekhawatiran atas mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al-Baqarah: 38).

Pasalnya, kesedihan hati merupakan tempat pemberhentian danbukan pendorong untuk mengadakan perjalanan serta tidak ada kemaslahatannya bagi hati. Di samping itu, yang paling disukai syetan ialah membuat hati hamba bersedih, lalu dia tidak mau melanjutkan perjalanannyadan mendorongnya untuk berhenti, sebagaimana firman-Nya,

"Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syetan, supayaorang-orang yang beriman itu berduka cita." (Al-Mujadilah: 10).

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga melarang tiga orangyang sedang berkumpul, sementara dua orang saling berbisik-bisik, karenayang demikian itu membuat orang yang ketiga bersedih hati.

Kesedihan hati bukan sesuatu yang dituntut, tidak ada tujuan danmanfaatnya. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berlindung dari kesedihanhati, sebagaimana dalam doa beliau, "Ya Allah, aku berlindung kepada-Mudari kekhawatiran dan kesedihan."
Tapi dari segi kenyataan hidup, memang tempat ersinggahan initidak bisa dihindari. Karena itu para penghuni surga berucap saat merekamemasukinya,

"Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan hati darikami." (Fathir:34).

Hal ini menunjukkan bahwa dahulunya mereka pernah mengalamikesedihan hati, selagi masih di dunia, sebagaimana mereka ditimpamusibah-musibah lain tanpa menghendakinya. Sementara RasulullahShallallahu Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits shahih,"Tidaklah seorang Mukmin ditimpa kekhawatiran, keletihan dan kesedihanhati, melainkan Allah mengampuni sebagian dari kesalahan-kesalahannya."

Ini menunjukkan bahwa itu semua merupakan musibah yang ditimpakanAllah kepada hamba, agar dengan begitu Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya, bukan karena menunjukkan kedudukan kesedihanhati ini yang merupakan tuntutan.

Sedangkan hadits Hindun bin Abu Halah yang berkata mensifatiNabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Bahwa beliau selalu tampak bersedihhati", ini hadits yang sama sekali tidak kuat dan di dalam isnadnya adaseseorang yang tidak diketahui. Di samping itu, bagaimana mungkinbeliau senantiasa bersedih hati, padahal beliau telah dijaga Allah agar tidakbersedih hati karena tidak mendapatkan dunia dan sebab-sebabnya,
dilarang bersedih hati dalam menghadapi orang-orang kafir, dan dosadosabeliau yang lampau maupun yang akan datang sudah diampuni? Laluapa yang membuat beliau harus senantiasa bersedih hati? Beliau adalahorang yang senantiasa banyak senyum dan manis muka. Begitu pulariwayat yang mengatakan, "Sesungguhnya Allah mencintai setiap hati
yang banyak bersedih." Isnad riwayat ini tidak diketahui, begitu pula siapayang meriwayatkannya. Taruklah bahwa ada hadits yang shahih dan ada ayatyang menggambarkan kesedihan, maka maksudnya adalah musibah yang
ditimpakan kepada hamba.

Yang pasti para ulama telah sepakat bahwa kesedihan hati di duniabukan sesuatu yang terpuji, kecuali Abu Utsman Al-Hiry. Dia berkata,"Menampakkan kesedihan di hadapan setiap orang adalah kemuliaan dantambahan pahala bagi orang Mukmin, selagi kesedihan itu bukan karenamusibah yang menimpanya."


Tiada ulasan: