Catatan Popular

Isnin, 26 Februari 2018

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 39 : RI’AYAH (MEMPERHATIKAN ILMU DAN MENJAGANYA DENGAN AMAL)

TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN

IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH

Di antara tempat persinggahan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in adalah ri'ayah, yang artinya memperhatikan ilmu dan menjaganya dengan amal, memperhatikan amal dengan kebaikan dan ikhlas serta menjaganyadari hal-hal yang merusak, memperhatikan keadaan dengan penyesuaiandan menjaganya dari pemutusan. Jadi ri'ayah adalah penja-gaan danpemeliharaan.
Tingkatan-tingkatan ilmu dan amal itu ada tiga macam:
- Riwayah, yaitu hanya sekedar penukilan dan membawa apa yangdiriwayatkan.- Dirayah, yaitu memahami, mendalami dan menelaah maknanya.- Ri'ayah, yaitu beramal berdasarkan ilmu yang dimiliki dan keadaannya.
Hasrat para penukil tertuju ke riwayah, hasrat orang-orang yangberilmu tertuju ke dirayah, dan hasrat orang-orang yang memilikima'rifat ke ri'ayah. Allah telah mencela orang-orang yang tidakmemelihara gaya hidup ala kerahiban yang diciptakannya dan yang telahdipilihnya,
"Dan, Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya(Isa) rasa santun dan kasih sayang. Dan, mercka mengada-adakan rahbaniyah, padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka,tetapi (mercka sendiri yang mengada-adakannya) untuk mencari kcridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya."(Al-Hadid: 27).
Dengan kata lain, Allah mencela orang yang tidak memeliharataqarrub yang diciptakan Allah dengan pemeliharaan yang semestinya.Lalu bagaimana dengan orang yang tidak memelihara taqarrub yang tidakdisyariatkan Allah, tidak diperkenankan dan tidak dianjurkan-Nya, sepertiorang-orang Nasrani yang menciptakan model kehidupan kerahiban?
''Orang-orang Nasrani menciptakan kerahiban, dengan anggapan bahwaitu merupakan sunnah Isa bin Maryam dan petunjuknya. Namun Allahmendustakan mereka dan menjelaskan bahwa merekalah yangPengarang Manazzilus-Sa’irin berkata, "Ri'ayah artinyamenjagayang disertai perhatian. Ada tiga derajat ri'ayah:
1. Memelihara amal. Artinya, memperbanyak amal itu denganmenghinakannya, melaksanakan amal itu tanpa melihat kepadanya danmenjalankan amal itu berdasarkan saluran ilmu.
Ada yang berpendapat, tanda keridhaan Allah kepadamu ialah jikaeng-kau mengabaikan keadaan dirimu, dan tanda diterimanya amalmuialah jika engkau menghinakan dan menganggap amalmu sedikit ser-takecil. Sehingga orang yang memiliki ma'rifat memohon ampun kepadaAllah dengan sebenar-benarnya setelah melakukan ketaatan. Setiapkali Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam usai mengucapkan salamdalam shalatnya, maka beliau memohon ampun kepada Allahsebanyak tiga kali. Allah juga memerintahkan hamb-hamba-Nyamemohon ampun setelah menunaikan haji.
2. Memelihara keadaan. Artinya, mencurigai usahanya sebagai riya',mencurigai keyakinannya sebagai kepura-puraan, dan mencurigaikeadaan sebagai bualan.
Dengan kata lain, dia harus mencurigai usahanya, bahwa usaha itudimaksudkan untuk riya' di hadapan manusia. Sedangkan mencurigaikeyakinan sebagai kepura-puraan, maka maksud kepura-puraan di siniialah membanggakan sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti sabdaRasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, "Orang yangmembanggakan sesuatu yang tidak diberikan kepadanya seperti orangyang mengenakan dua lembar pakaian yang palsu."
Sedangkan mencurigai keadaan sebagai bualan artinya bualan yangdusta. Hal ini harus dilakukan untuk membersihkan hati dari kebodohanbualan itu, membersihkan hati dari syetan. Hati yang senangkepada bualan adalah hati yang menjadi tempat bersemayamnya syetan.menciptakan model kehidupan itu, sementara Isa terbebas dari hal itu,karena yang demikian itu bertentangan dengan fitrah yang diberikanAllah kepada manusia, di samping Allah tidak mensyariatkan sesuatuyang bertentangan dengan fitrah. Karena itu mereka tidak akan bisa dansekali-kali tidak bisa memelihara kehidupan kerahiban itu secarasemestinya. Sebab tak seorang pun yang bisa merubah sunnatullah.Begitu pula orang-orang sufi yang juga meniru model kehidupanmereka.

3. Memelihara waktu. Artinya, berhenti pada setiap langkah, melepas-kandiri dari kesaksian kebersihan jiwanya, kemudian pergi tanpamembawa kotoran jiwanya.

Tiada ulasan: