IMAM IBN
QAYYIM AL JAUZIYAH
Di antara tempat persinggahan iyyaka na'budu wa
iyyaka nasta'inadalah isyfaq. Allah berfirman,
"(Yaitu)
orang-orang yang takut akan adzab) Rabb mereka, sedang merekatidak melihat-Nya,
dan mereka merasa takut akan (tibanya) harikiamat." (Al-Anbiya': 49).
"Dan,
sebagian mereka menghadap kepada sebagian yang lain salingtanya-menanya. Mereka
berkata, Sesungguhnya kami dahulu, sewaktuberada di tengah-tengah keluarga
kami, merasa takut (akan adzab).Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan
memelihara kamidari adzab neraka'." (Ath-Thur:
25-27).
Isyfaq artinya rasa takut yang amat lembut terhadap orang yangditakutinya.
Perbandingannya dengan rasa takut seperti rasa belas kasihandengan kasih
sayang. Jadi ini merupakan kasih sayang yang amatlembut.
Karenanya pengarang Manazilus-Sa'irin
berkata, "Isyfaq adalahkewaspadaan secara terus-menerus yang
disertai rasa sayang. Ada tigaderajat isyfaq:
1. Isyfaq terhadap jiwa kalau-kalau beralih ke
pengingkaran, atau mengikutijalan nafsu dan kedurhakaan serta pengingkaran
ubudiyah. Sedangkanisyfaq terhadap amal ialah kalau-kalau amal itu
sia-sia. Artinyatakut kalau-kalau amalnya itu seperti yang difirmankan Allah,
"Dan, Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu
Kami
jadikan amal
itu (bagaikan) debu yang beterbangan." (Al-Furqan:
23).
Amal yang diibaratkan debu yang beterbangan itu ialah
amal-amalyang dimaksudkan untuk selain Allah, tidak menurut perintah-Nyadan
Sunnah Rasul-Nya. Rasa takut ini juga berlaku untuk amal-amalyang akan datang,
kalau-kalau dia meninggalkannya atau karena kedurhakaan yang dilakukannya,
sehingga amal-amal itu menjadi hilang,
hingga keadaannya seperti yang difirmankan Allah,
"Apakah
ada salah seorang di antara kalian yang ingin mempunyai kebunkurma dan anggur
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;dalam kebun itu dia mempunyai segala
macam buah-buahan," (Al-Baqarah: 266).
Umar bin Al-Khaththab bertanya kepada para shahabat,
"Kepada siapakah ayat ini diturunkan?"
Mereka menjawab, "Allahlah yang lebih
mengetahuinya."
Mendengar jawaban mereka ini, Umar marah, lalu dia
berkata, "Katakansaja, kami tahu atau kami tidak tahu."
Ibnu Abbas berkata, "Wahai Amirul-Mukminin, aku
mempunyai selintas pengertian tentang ayat ini."
Umar menyahut, "Wahai anak saudaraku, katakanlah,
dan janganlah engkau terlalu merendah diri."
Ibnu Abbas berkata, "Ayat ini merupakan
perumpamaan tentang suatuamal."
"Amal macam apa?" tanya Umar.
Ibnu Abbas menjawab, "Tentang seseorang yang kaya
raya dan juga rajin melakukan ketaatan kepada Allah, lalu Allah mengutus syetan
kepadanya, dan dia pun melakukan kedurhakaan, sehingga menenggelamkan semua
amalnya."
2. Isyfaq terhadap waktu kalau-kalau ia
ternodai perpisahan. Dengan katalain, seseorang mewaspadai waktunya agar tidak
tercampuri sesuatu yang bisa memisahkan kebersamaannya dengan Allah. Sedangkan isyfaq
terhadap hati, kalau-kalau ia terisi penghalang, entah berupa syubhat,
syahwat atau sebab apa pun yang menghambat perjalanan.
3. Isyfaq yang menjaga usaha seorang hamba dari ujub, menahannya
agar tidak memusuhi akhlak dan membawanya agar menjaga kesungguhannya.
Yang pertama berkaitan dengan amal, yang kedua
berkaitan
dengan akhlak dan yang ketiga berkaitan dengan
kehendak. Pada masing-masing bagian ini ada sesuatu yang bisa merusaknya. Ujub
merusak amal. Merasa takut terhadap usahanya yang bisa dirusak ujub ini dapat
menjaga usaha tersebut. Memusuhi akhlak merupakan perusak akhlak. Merasa takut
terhadap akhlak yang bisa dirusaknya ini dapat
menjaga akhlak tersebut. Keinginan bisa dirusak oleh
tidak adanya kesungguhan, yaitu canda dan senda gurau. Merasa takut terhadap keinginan
yang bisa dirusak senda gurau ini dapat menjaga keinginan tersebut.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan