Catatan Popular

Isnin, 26 Februari 2018

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 36 : Wara'

TEMPAT-TEMPAT PERSINGGAHAN IYYAKA NABUDU WA IYYAKA NASTAIN

IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH

Dalam kaitannya dengan tempat persinggahan wara' ini Allah telah
befirman,
"Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan
kerjakanlah amal yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui
apa yang kalian kerjakan." (Al-Mukminun: 51).

"Dan pakaianmu, bersihkanlah." (Al-Muddatstsir: 4).

Menurut Qatadah dan Mujahid, artinya bersihkan dirimu dari dosa.
Diri ini dikiaskan dengan pakaian. Ini merupakan pendapat Ibrahim, An-
Nakhah'y, Adh-Dhahhak, Asy-Sya'by, Az-Zuhry dan para mufassir. Menu-rut
Ibnu Abbas, artinya janganlah engkau mengenakan pada dirimu kedurhakaan
dan pengkhianatan. Orang-orang Arab biasa mensifati orang
yang jujur dan selalu menepati janji dengan sebutan tahiruts-tsiyab (ber-sih
pakaiannya), sedangkan orang yang jahat dan suka berkhianat dise-but
danisuts-tsiyab (kotor pakaiannya).
Menurut Adh-Dhahhak, artinya benahilah amalmu. Menurut As-
Suddy, biasa dikatakan kepada orang yang dikenal shalih, "Bersih pakaiannya".
Sedangkan kepada orang yang jahat akan dikatakan, "Kotor pakaiannya".
Menurut Sa'id bin Jubair, yang dibersihkan adalah hatinya.
Menurut Al-Hasan dan Al-Qurazhy, yang dibersihkan adalah akhlaknya.
Ibnu Sirin dan Ibnu Zaid berkata, "Ini merupakan perintah untuk
membersihkan pakaian dari hal-hal najis, yang tidak bisa dipergunakan
untuk shalat, sebab orang-orang musyrik tidak biasa membersihkan diri
dan juga tidak biasa membersihkan pakaian."

Menurut Thawus, artinya pendekkanlah pakaianmu, karena dengan
memendekkan pakaian bisa menjaga kebersihannya. Tapi yang be-nar
adalah pendapat yang pertama, seperti yang tertera dalam ayat.
Tidak dapat diragukan bahwa membersihkan pakaian dan memendekkannya
termasuk cara membersihkan yang diperintahkan, karena
dengan cara ini bisa menunjang pembenahan amal dan akhlak. Kotoran
zhahir bisa mengimbas ke kotoran batin. Karena itu orang yang berdiri di
hadapan Allah diperintahkan untuk menghilangkan dan menjauhi kotoran
itu.
Maksudnya, wara' dapat membersihkan kotoran hati dan najisnya,
sebagaimana air yang dapat membersihkan kotoran pakaian dan najisnya.
Antara pakaian dan hati ada kesesuaian zhahir dan batinnya. Karena itu
pakaian seseorang saat tidur menunjukkan keadaan dirinya dan hatinya,
yang satu berpengaruh terhadap yang lain. Maka ada larangan bagi kaum
laki-laki mengenakan pakaian sutera, emas dan mengenakan kulit-kulit dari
binatang buas, karena yang demikian itu berpengaruh terhadap hati, yang
tidak menggambarkan ubudiyah dan ketundukan.

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah menghimpun keseluruhan
wara' dalam satu kalimat,
"Di antara tanda kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa
yang tidak bermanfaat baginya."

Meninggalkan apa yang tidak bermanfaat ini mencakup perkataan,
pandangan, pendengaran, berjalan, berpikir, memegang dan semua gerakan
zhahir dan batin. Pernyataan beliau ini sudah mencakup semua
yang ada dalam wara'.
Ibrahim bin Adham berkata, "Wara' artinya meninggalkan setiap
syubhat, sedangkan meninggalkan apa yang tidak bermanfaat bagimu
artinya meninggalkan hal-hal yang berlebih."

Di dalam riwayat At-Tirmidzy disebutkan secara marfu' kepada Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam,
" Wahai Abu Hurairah, jadilah engkau orang yang wara', niscaya
engkau akan menjadi orang yang paling banyak melakukan ibadah."
Menurut Asy-Syibly, wara' artinya menjauhi segala sesuatu selain
Allah. Menurut Abu Sulaiman Ad-Darany, wara' merupakan permulaan
zuhud, seperti halnya rasa berkecukupan merupakan permulaan ridha.
Menurut Yahya bin Mu'adz, wara' artinya berada pada batasan ilmu tan-pa
melakukan ta'wil. Wara' itu ada dua sisi: Wara'zhahir dan wara' batin. Wara'
zhahir artinya tidak bertindak kecuali karena Allah semata, sedangkan wara'
batin ialah tidak memasukkan hal-hal selain ke dalam hati. Siapa yang
tidak melihat detail wara' tidak akan bisa melihat besarnya anugerah."
Sufyan Ats-Tsaury berkata, "Aku tidak melihat sesuatu yang lebih
mudah daripada wara', yaitu jika ada sesuatu yang meragukan di dalam
jiwamu, maka tinggalkanlah."

Menurut Yunus bin Ubaid, wara' artinya keluar dari setiap syubhat
dan menghisab diri sendiri setiap saat. Menurut Al-Hasan, wara' seberat
dzarrah lebih baik daripada shalat dan puasa seribu kali. Menurut sebagi-an
salaf, seorang hamba tidak mencapai hakikat takwa hingga dia meninggalkan
apa yang diperbolehkan baginya, sebagai kehati-hatian dari apa
yang tidak diperbolehkan baginya.

Pengarang Manazilus-Sa'irin mengatakan, "Wara' adalah menjaga
diri semaksimal mungkin secara waspada, dan menjauhi dosa karena
pengagungan." Dengan kata lain, menjaga diri dari hal-hal yang haram
dan syubhat serta hal-hal yang bisa membahayakan semaksimal mungkin
untuk dijaga. Menjaga diri dan waspada merupakan dua makna yang
hampir serupa. Hanya saja menjaga diri merupakan perbuatan anggota
tubuh, sedangkan waspada merupakan amalan hati. 

Adakalanya seseorang menjaga diri dari sesuatu bukan karena takut atau
kewaspadaan, tapi karena hendak menunjukkan kebersihan diri, kemuliaan
dan kehor-matan, seperti orang yang menjaga diri dari hal-hal yang hina
dan kebu-rukan, sekalipun dia tidak percaya kepada surga dan neraka.
Sedangkan menjauhi dosa karena pengagungan, artinya dorongan
terhadap orang yang menjauhi hal-hal yang haram dan syubhat, bisa
karena menghin-dari ancaman atau karena pengagungan terhadap Allah.
Sedangkan menjauhi kedurhakaan, bisa karena dorongan takut atau pun
pengagungan. Pengagungan ini cukup disamakan dengan cinta. Artinya,
orang yang mencintai tentu tidak mau mendurhakai kekasihnya.
Menurut pengarang Manazilus-Sa'irin, "Warn' merupakan kesudah-an
zuhud orang-orang awam, dan merupakan permulaan zuhud orang
khusus yang berjalan kepada Allah."

Wara' ini ada tiga derajat:

1. Menjauhi keburukan karena hendak menjaga diri, memperbanyak
kebaikan dan menjaga iman.
Menjaga diri artinya memelihara dan melindunginya dari hal-hal yang
bisa mengotori dan menodainya di sisi Allah, para malaikat, hambahamba-
Nya yang beriman dan semua makhluk. Karena siapa yang
dirinya mulia di sisi Allah, maka Dia akan menjaga, melindungi, mensucikan,
meniggikan dan meletakkannya di tempat yang paling ting-gi,
berkumpul bersama orang-orang yang memiliki kesempurnaan.
Sedangkan siapa yang dirinya hina di sisi Allah, maka Dia melemparkannya
ke dalam kehinaan, tidak menjaganya dari keburukan dan
melepaskan dirinya. Batasan minimal menjauhi keburukan adalah
menjaga diri.
Memperbanyak kebaikan dapat dilakukan dengan dua cara: Pertama,
memperbanyak kesempatan dalam melaksanakan kebaikan. Jika seorang
hamba melakukan keburukan, berarti kesempatan yang telah
dipersiapkan untuk kebaikan menjadi berkurang. Kedua, memperbanyak
kebaikan yang dilakukan agar tidak berkurang, sebagaimana telah
dikupas dalam masalah taubat, bahwa keburukan bisa menggu-gurkan
kebaikan, entah secara keseluruhan ataukah sekedar terku-rangi.
Minimal akan melemahkan posisi kebaikan itu. Kaitannya dengan
menjaga iman, karena menurut seluruh ulama Ahlus-Sunnah, iman itu
bisa bertambah karena ketaatan dan bisa berkurang karena kedurhakaan.
Pendapat ini juga dikisahkan dari Asy-Syafi'y dan lain-lainnya dari
kalangan shahabat dan tabi'in. Peranan kedurhakaan yang melemahkan
iman ini merupakan perkara yang sudah dimaklumi rasa dan dibuktikan
kenyataan. Sebab sebagaimana yang telah disebutkan di dalam hadits,
bahwa jika hamba melakukan dosa, maka di dalam hatinya ditorehkan
satu titik hitam. Jika dia memohon ampunan, maka hatinya menjadi
mengkilap kembali. Jika dia kembali melakukan dosa, maka di dalam
hatinya ditorehkan titik hitam lainnya. Keburukan membuat hati
menjadi hitam dan mema-damkan cahayanya. Iman adalah cahaya di
dalam hati, sedangkan keburukan bisa melenyapkan cahaya itu atau
minimal menguranginya.

Kebaikan menambah cahaya hati dan keburukan memadamkan cahaya
hati. Allah mengabarkan bahwa melanggar perjanjian yang te-lah
diteguhkan Allah terhadap hamba-hamba-Nya merupakan sebab
kerasnya hati. Firman-Nya,
"Karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami
jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan
(Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian
dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya." (Al-
Maidah: 13).
Dosa melanggar perjanjian menimbulkan beberapa dampak, berupa
kekerasan hati, datangnya kutukan, kebiasaan merubah kalam Allah
dan melupakan ilmu. Kedurhakaan bagi iman seperti penyakit bagi
kekuatan. Keduanya hampir serupa. Karena itu orang-orang salaf berkata,
"Kedurhakaan merupakan kurirkekufuran, seperti penyakit yang
menjadi kurir kematian." Iman orang yang melakukan keburukan
seperti kekuatan orang yang sakit, tergantung dari parah tidaknya penyakit
yang diderita.
Tiga sifat yang ada dalam derajat pertama ini juga merupakan wara'-nya
orang-orang yang berjalan kepada Allah. Dengan kata lain, mereka
masih mempunyai jenis wara' lain yang disebutkan dalam dua derajat
berikut.

2. Menjaga hukum dalam perkara-perkara yang mubah, mengekalkan,
melepaskan diri dari kehinaan, dan menjaga diri agar tidak melam-paui
batasan hukum.
Orang yang naik dari derajat pertama dari wara' lalu beralih ke derajat
kedua ini, meninggalkan sekian banyak hal-hal yang mubah, karena
takut hatinya akan terkotori dan cahayanya padam. Sebab memang
banyak hal-hal yang mubah dapat mengotori kebersihan hati, mengurangi
gemerlapnya dan memadamkan cahayanya. Suatu kali
Syaikhul-Islam berkata kepadaku sehubungan dengan hal yang mubah,
"Ini dapat menghilangkan derajat yang tinggi, sekalipun
meninggalkannya bukan merupakan syarat untuk mendapatkan keselamatan."
Orang yang memiliki ma'rifat lebih banyak meninggalkan hal-hal yang
mubah, karena untuk mengekalkan penjagaan hati, apalagi jika yang
mubah itu merupakan sekat antara yang halal dan yang haram. Jika
orang yang ada pada derajat pertama berusaha untuk mendapatkan
penjagaan, maka orang pada derajat yang kedua ini berusaha untuk
menjaga kebersihan hati agar tidak terkotori dan agar cahayanya tidak
padam. Inilah makna mengekalkan penjagaan. Melepaskan diri dari
kehinaan artinya menjauhi jalan-jalan kehinaan dan perbuatannya.
Sedangkan menjaga diri agar tidak melampaui batasan hukum, maka
batasan hukum di sini artinya kesudahan dan pemutusan yang halal dan
yang haram. Selagi suatu hukum disudahi dan diputuskan, maka itulah
batasannya. Siapa yang melanggarnya, berarti dia berada dalam
kedurhakaan.

3. Menjauhi segala sesuatu yang mengajak kepada perceraian, bergan-tung
kepada perpisahan dan yang menghalangi kebersamaan secara total.
Perbedaan antara perceraian dan bergantung kepada perpisahan seperti
perbedaan antara sebab dan akibat, penafian dan penetap-an. Siapa
yang bercerai, maka tidak ada kesempatan baginya untuk bergantung
kepada selain tuntutannya. Siapa yang tidak menjadikan Allah sebagai
kehendaknya, berarti dia menghendaki selain-Nya. Siapa yang tidak
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan, maka dia akan
menyembah selain-Nya. Siapa yang amalnya bukan karena Allah,
berarti amalnya karena selain Allah. Perasaan takut membuahkan
wara', permohonan pertolongan dan harapan yang tidak muluk-muluk.
Kekuatan iman kepada perjumpa-an dengan Allah membuahkan zuhud.
Ma'rifat membuahkan cinta, takut dan harapan. Rasa cukup
membuahkan keridhaan. Dzikir membuahkan kehidupan hati. Iman
kepada takdir membuahkan tawakal. Terus-menerus memperhatikan
asma' dan sifat Allah membuahkan ma'rifat. Wara' membuahkan
zuhud. Taubat dan terus-menerus me-ngingat Allah membuahkan cinta
kepada-Nya. 

Ridha membuahkan syukur. Tekad yang kuat dan sabar
membuahkan semua keadaan dan kedudukan yang tinggi. Ikhlas dan
kejujuran saling membuahkan. Ma'rifat membuahkan akhlak. Pikiran
membuahkan tekad. Menge-tahui nafsu dan membencinya
membuahkan rasa malu kepada Allah, menganggap banyak karunia-
Nya dan menganggap sedikit ketaatan kepada-Nya. Memperhatikan
secara benar ayat-ayat yang didengar dan disaksikan membuahkan
pengetahuan yang benar. Penopang semua ini ada dua macam: Pertama,
memindahkan hati dari kampung dunia ke kampung akhirat. Kedua,
mendalami, menyimak dan memahami makna-makna Al-Qur'an serta
sebab-sebab diturun-kannya, lalu engkau mengambil dari ayat-ayatnya

untuk mengobati penyakit di dalam hati.

Tiada ulasan: