Laki-laki ini beriman sejak belia. Ia yang pertama
mengakui Kenabian Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dari kalangan
anak-anak. Dalam perjalanan hidupnya, laki-laki ini menjadi satu di antara
empat sahabat terbaik Nabi dan kelak terpilih sebagai menantu dari manusia
paling mulia di muka bumi ini.
Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu.
Seorang Muslim smpurna yang gagah, cendekiawan, dan taat. Keshalihannya
diberbincangkan dan senantiasa diteladani kaum Muslimin sampai akhir zaman.
Pemikiran dan teladannya tak pernah habis, sampai
umat manusia dikembalikan kepada Allah Ta’ala di Hari Kiamat.
Sayyidina ‘Ali memang mengagumkan. Ialah sosok penuh
pesona, melebihi banyak laki-laki lain di masanya.
Sayyidina ‘Ali bin Thalib dijamin masuk surga.
Beliaulah laki-laki yang terpilih untuk menggantikan di pembaringan Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam peristiwa Hijrah menuju Madinah
al-Munawarah. Sebuah pilihan yang pelik, sebab artinya; Sayyidina ‘Ali bin Abi
Thalib sudah siap mati untuk Islam yang mulia.
Dalam fasal kehidupan selanjutnya, Sayyidina ‘Ali bin
Thalib Radhiyallahu ‘anhu juga terpilih sebagai menantu Nabi. Ia dinikahkan
dengan Sayyidatina Fathimah az-Zahra Radhiyallahu ‘anha. Inilah satu di antara
banyaknya pasangan paling serasi dan ideal di muka bumi ini; laki-laki shalih
bersanding dengan wanita shalihah, laki-laki tampan dan gagah menjadi pasangan
wanita suci dan cantik jelita.
Tapi, ‘Ali bin Abi Thalib juga manusia biasa. Ia tak
layak disucikan. Ia pernah kerjakan salah, meski kadarnya kecil. Ia,
sebagaimana kita, memiliki kegemaran dan membenci beberapa hal. ‘Ali bin Abi
Thalib, sebagaimana dituturkan Imam Ibnul Jauzi dalam Shaidul Khatir,
membenci dua hal berikut ini.
Sayangnya, dua hal ini justru banyak dikerjakan oleh
kaum Muslimin.
“Hal yang dibenci ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu
‘anhu adalah terus makan setelah merasa kenyang dan mengenakan pakaian untuk
menyombongkan diri.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan