Nama tokoh agung kita dan
sahabat mulia ini adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin
Sa’ad bin Taim. Bani Taim sendiri adalah salah satu dari 12 cabang suku
Quraisy, namun tidak termasuk ke dalam kelompok-kelompok besar.
Ia diberi gelar Al-Atiq dan diberi nama keluarga Abu Bakar. Kemudian ia lebih
dikenal dengan sebutan Ash-Shiddiq. Pada masa Jahiliyah ia termasuk salah
seorang penasehat dan sangat terpandang di kalangan kaum Quraisy. Ia adalah orang
yang paling mengerti tentang silsilah keturunan Quraisy. Di samping itu ia
dikenal pulasebagai seorang pedagang yang sering mengadakan perjalanan ke
berbagai pelosok daerah. Selain itu, di masa jahiliyah ia adalah orang yang
sangat membenci minuman keras. Bahkan ia tidak pernah menyembah dan bersujud
kepada sebuah berhala. Ia adalah sahabat Rasulullah di masa Jahiliyah dan orang
yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan orang tua. Dalam Islam, ia
dianggap sebagai orang kedua setelah Rasulullah.
Ia adalah lelaki yang pertama kali memenuhi seruan Rasulullah untuk memeluk
Islam tanpa sedikitpun meragukan kebenaran risalah yang dibawa oleh beliau.
Sehingga keimanannya yang mantap terhadap risalah yang dibawa oleh Rasulullah
itu menjadikan dirinya mendapatkan gelar tertinggi setelah para nabu, yaitu
Ash-Shiddiq.
Allah berfirman:
Dan barangsiapa yang mentaati Allah
dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang
dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang
yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang
sebaik-baiknya.
QS:An-Nisaa | Ayat: 69
QS:An-Nisaa | Ayat: 69
Setelah dirinya memeluk Islam, Abu Bakar adalah seorang sahabat yang setia
menemani Rasulullah hingga beliau wafat. Ia hijrah bersama Rasulullah ke
Madinah dan ia pula yang menemani Rasulullah singgah di dalam gua untuk
berteduh dan berlindung dari kejaran kaum kafir Quraisy dalam perjalanan
hijrahnya.
Allah berfirman:
Jikalau kamu tidak
menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika
orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia
salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia
berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah
beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan
orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi.
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. QS:At-Taubah | Ayat: 40
Abu Bakar selalu terlibat dalam berbagai peristiwa bersejarah, khususnya
peperangan yang dialami oleh Rasulullah. Ia adalah orang yang tidak pernah lari
dalam peperangan dan tetap kokoh berjuang ketika banyak pasukan melarikan diri
pada saat Perang Uhud dan Perang Hunain. Abu Bakar dikenal sebagai salah
seorang pemberani yang selalu tampil gagah perkasa di setiap medan peperangan.
Ia tidak pernah bergeser dari posisinya agar selalu berada di posisi
Rasulullah, untuk membela dan melindunginya. Abu Bakar dikenal pula sebagai
seorang dermawan yang menginfakkan sebagian besar hartanya untuk berjihad di
jalan Allah.
Dan ialah yang dimaksud dalam firman Allah:
Dan kelak akan
dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, QS:Al-Lail | Ayat: 17
yang menafkahkan
hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, QS:Al-Lail | Ayat: 18
Rasulullah bersabda:
“Tidak ada harta
yang lebih bermanfaat bagiku, selain dari hartanya Abu Bakar.”
Pada saat Perang Tabuk, Abu Bakar menginfakkan semua hartanya sebagai bekal
pasukan Muslimin, saat beliau memegang tampuk pimpinan. Banyak sahabat yang
masuk Islam karena perantara dakwahnya, di antaranya adalah: Utsman bin Affan,
Az-Zubair bin Al-Awwam, dan Abdurrahman bin Auf. Dan ia pun banyak membeli
sejumlah budak yang mendapatkan siksaan keras dari tuannya ia memerdekakan
budak yang dibelinya, di antaranya adalah: Bilal bin Rabah, Amir bin Fuhairah,
Zanirah, dan lainnya.
Rasulullah mengutusnya sebagai ketua rombongan haji pada tahun 9 H. Tatkala
Rasulullah ditimpa sakit menjelang wafatnya, beliau bersabda:
“Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat bagi orang-orang.”
Keislaman Abu Bakar telah menjadikannya sebagai orang yang terbaik dari umat
ini setelah Rasulullah.
Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Ali bin Abu Thalib, “Sebaik-baik umat ini
setelah Rasulullah adalah Abu Bakar, dan sebaik-baik umat ini setelah Abu Bakar
adalah Umar.” (HR. Ahmad)
Keislamannya banyak membawa manfaat besar bagi Islam dan kaum Muslimin, karena
setelah ia masuk Islam ia mulai menyampaikan dakwahnya kepada orang lain.
Dengan keislaman dan kegigihannya dalam berdakwah, akhirnya Allah membukakan
hati orang-orang yang ia dakwahi untuk menerima kebenaran Islam.
Di samping itu, ia juga banyak membebaskan budak-budak yang disiksa karena
masuk Islam seperti Bilal bin Rabah dan Amir bin Fuhairah.
Hal ini
sebagaimana disebutkan oleh Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, “Dari
Aisyah bahwa beliau berkata, ‘Abu Bakar telah memerdekakan tujuh orang budak
yang disiksa di jalan Allah; di antaranya yang beliau merdekakan adalah Bilal
bin Rabah dan Amir bin Fuhairah’.”
Bilal bin Rabah, ialah salah satu dari sekian banyak budak yang disiksa oleh
Umayah bin Khalaf. Ia disiksa dengan berbagai macam bentuk penyiksaan. Suatu
hari ia direbahkan di atas padang pasir yang panas lalu Umayah meletakkan batu
besar yang panas di atas perutnya.
Kemudian
Umayah berkata, “Demi Allah, engkau akan tetap terus begini sampai mati atau
engkau mengingkari Muhammad dan menyembah Latta dan Uzza.”
Kemudian Abu Bakar pun menghampirinya kemudian ia membeli Bilal dari tuannya
dan memerdekakan Bilal karena Allah.
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Abdullah bin Az-Zubair bahwa ia berkata, “Abu
Bakar Ash-Shiddiq banyak memerdekakan budak yang masuk Islam di Mekkah. Beliau
juga memerdekakan budak-budak wanita yang masuk Islam. Lalu ayahnya berkata, ‘Wahai
anakku, aku lihat engkau memerdekakan orang-orang yang lemah. Mengapa engkau
tidak memerdekakan seorang lelaki yang kuat sehingga mereka bisa membantu dan
membelamu?’ Abu Bakar pun menjawab, ‘Wahai ayahku, aku menginginkan apa yang di
sisi Allah’.”
Di samping itu Abu Bakar juga memberikan banyak tunjangan dan bantuan kepada
orang-orang yang lemah dan miskin. Di antara yang mendapatkan tunjangannya itu
ialah Misthah bin Utsatsah. Ketika terjadi peristiwa Hadits
Al-Ifki atau kabar bohong yang mencemarkan nama baik putrinya, Aisyah,
ia ikut dalam penyebaran berita bohong itu. Abu Bakar bersumpah akan memutuskan
tunjangannya kepada Misthah karena keterlibatannya itu. Kemudian turunlah wahyu
yang membersihkan nama Aisyah dari tuduhan yang keji tersebut, yaitu:
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita
bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang
dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar.
QS:An-Nuur | Ayat: 11
Mengapa di waktu kamu mendengar
berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik
terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata". QS:An-Nuur | Ayat: 12
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak
mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Olah karena mereka tidak
mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang
dusta. QS:An-Nuur | Ayat: 13
Sekiranya tidak ada kurnia Allah dan
rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab
yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. QS:An-Nuur | Ayat: 14
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita
bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak
kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja.
Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. QS:An-Nuur | Ayat: 15
Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu
mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita
memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang
besar". QS:An-Nuur
| Ayat: 16
Allah memperingatkan kamu agar (jangan)
kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang
beriman. QS:An-Nuur | Ayat: 17
dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada
kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. QS:An-Nuur | Ayat: 18
Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan
yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka
azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu
tidak mengetahui. QS:An-Nuur
| Ayat: 19
Dan sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya
kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu
akan ditimpa azab yang besar).
QS:An-Nuur | Ayat: 20
QS:An-Nuur | Ayat: 20
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti
langkah-langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan,
maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang
mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu
sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji
dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. QS:An-Nuur | Ayat: 21
Setelah
jelas kesucian dari Aisyah dan orang-orang yang terlibat dalam penyebaran
berita bohong itu telah dicambuk 80 kali termasuk Misthah, maka Allah menegur
Abu Bakar atas sumpahnya itu dengan menurunkan firman-Nya:
Dan janganlah orang-orang yang mempunyai
kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan
memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan
orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan
berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah
adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, QS:An-Nuur | Ayat: 22
Mendengar
turunnya ayat tersebut, Abu Bakar langsung berkata, “Tentu demi Allah, aku
ingin agar Allah mengampuniku.” Lalu beliau pun menyalurkan kembali nafkah
yang selama ini biasa ia berikan kepada Misthah seraya berkata, “Demi Allah,
aku tidak akan memutuskan nafkah tersebut untuk selama-lamanya.”
Betapa
pemurahnya Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau tetap memberikan bantuannya hingga
kepada orang yang pernah menyakitinya sekalipun.
Abu Bakar
memiliki banyak sekali keutamaan dan kebaikan. Di antara keutamaan-keutamaannya
adalah:
1. Paling berjasa dalam membela dakwah Rasulullah.
Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling berjasa
kepadaku dalam persahabatan dan hartanya adalah Abu Bakar. Seandainya aku boleh
menjadikan kekasih sejati selain Tuhanku, maka aku akan menjadikan Abu Bakar
sebagai kekasih. Akan tetapi hubunganku dengannya hanyalah sebagai saudara
seiman dan kecintaan kepadanya. Tidaklah terdapat pintu masjid kecuali ditutup,
kecuali pintu Abu Bakar.” (HR. Al-Bukhari)
2. Sahabat yang paling dicintai oleh
Rasulullah.
Dari Amr
bin Al-Ash bahwa Rasulullah mengutusnya untuk memimpin pasukan dalam Perang
Dzatus Salasil, lalu aku mendatangi beliau dan bertanya kepada Rasulullah, “Siapakah
orang yang paling engkau cintai?”, maka beliau menjawab, “Aisyah.”
Aku bertanya lagi, “Dari kalangan lelaki?” Lalu beliau menjawab, “Bapaknya
(Abu Bakar)”, Lalu aku bertanya lagi, “Kemudian siapa lagi?” beliau
bersabda, “Kemudian Umar bin Al-Khattab.” Dan kemudian beliau menyahut
beberapa orang lagi. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Selalu terdepan dalam setiap kebaikan.
Umar bin Al-Khattab berkata, “Pada
suatu hari, Rasulullah memerintahkan kepada kami untuk bershadaqah, dan saat
itu kebetulan saya memiliki sejumlah harta. Lalu saya bergumam, ‘Hari ini saya
akan mendahului Abu Bakar, kalau suatu hari saya mampu mendahuluinya. Akhirnya
saya mendatangi Rasulullah dengan membawa separuh hartaku.’ Maka Rasulullah
bertanya kepada saya, ‘Apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?’ Saya pun
menjawab, ‘Separuhnya lagi.’ Lalu datanglah Abu Bakar dengan membawa semua yang
ia miliki, dan berkatalah Rasulullah kepadanya, ‘Apa yang engkau tinggalkan
untuk keluargamu?’ Maka ia menjawab, ‘Aku tinggalkan untuk mereka Allah dan
Rasul-Nya.’ Saya pun berkata, ‘Aku tidak akan pernah bisa mendahuluimu dalam
hal apapun’.” (HR. Abu Dawud dihasankan Al-Albani)
Dari
riwayat tersebut para ulama tafsir menyatakan bahwa yang dimaksud dalam firman
Allah berikut ini adalah dirinya, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq:
Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka
itu, QS:Al-Lail | Ayat: 17
yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk
membersihkannya, QS:Al-Lail
| Ayat: 18
4. Sahabat yang dijuluki oleh Rasulullah sebagai Ash-Shiddiq yaitu orang yang paling jujur lagi terpercaya.
Dari
Qatadah, bahwa Anas bin Malik menceritakan kepada mereka bahwa Rasulullah
menaiki gunung Uhud bersama Abu Bakar, Umar, dan Utsman, saat itu tiba-tiba
gunung Uhud berguncang, maka beliau bersabda, “Tenanglah Uhud, karena
sesungguhnya yang berada di atasmu adalah seorang Nabi, Shiddiq, dan dua orang
yang syahid.” (HR. Al-Bukhari)
5. Sahabat yang menjadi pendamping Rasulullah saat beliau diburu oleh orang-orang kafir Quraisy.
Allah
berfirman:
Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka
sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir
(musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita".
Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir
itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. QS:At-Taubah
| Ayat: 40
Disebutkan
dalam sirah, bahwa sesampainya mereka berdua di depan gua Tsur, Abu Bakar
berkata, “Demi Allah wahai Rasulullah, janganlah engkau masuk ke dalam gua
ini sebelum aku masuk terlebih dahulu. Jika di dalamnya ada sesuatu yang
berbahaya, biarkanlah saya yang terkena terlebih dahulu, asal tidak ada musibah
yang menimpamu”.
Lalu Abu Bakar memasuki dengan
menyingkirkan kotoran dan sampah yang menghalanginya. Lalu ia merobek mantel
yang ia kenakan menjadi dua bagian guna menutup lubang dan celah yang ada di
dalam gua, karena ia khawatir akan keluar binatang yang tertentu yang dapat
melukai Rasulullah. Setelah ia merasa bahwa kondisinya telah aman, Abu Bakar
berkata kepada beliau, “Masuklah!”, maka beliau pun masuk ke dalam gua.
Setelah mengambil tempat di dalam gua, beliau merebahkan kepalanya di atas
pangkuan Abu Bakar dan tertidur. Tiba-tiba Abu Bakar disengat hewan dari lubang
dekat tempat duduknya. Namun ia tidak berani bergerak, karena takut akan
mengganggu tidur Rasulullah. Dengan menahan sakit, akhirnya air matanya menetes
ke wajah beliau. Raasulullah pun terbangun dan bertanya, “Apa yang terjadi
denganmu, wahai Abu Bakar?” Abu Bakar pun menjawab, “Ayah dan ibuku
menjadi tebusanmu. Aku digigit binatang.” Kemudian Rasulullah meludahi
bagian yang digigit tersebut hingga hilanglah rasa sakitnya.
6. Sahabat yang paling bersemangat dalam mengerjakan amal kebajikan.
Dari Abu
Hurairah, ia berkata, “Rasulullah bertanya, ‘Siapa di antara kalian yang
berpuasa hari ini?’ Abu Bakar menjawab, ‘Saya.’ Lalu Rasulullah bertanya
kembali, ‘Siapa di antara kalian yang hari ini telah mengiringi jenazah?’ Abu
Bakar menjawab, ‘Saya.’ Rasulullah pun melanjutkan pertanyaannya dan berkata, ‘Siapa
di antara kalian yang telah memberi makan kepada orang miskin?’ Abu Bakar
menjawab lagi, ‘Saya.’ Rasulullah pun bertanya kembali, ‘Siapa di antara kalian
yang telah menjenguk orang yang sakit?’ Abu Bakar kemudian menjawab, ‘Saya.’
Mendengar itu semua Rasulullah bersabda, ‘Tidaklah semua hal tadi terkumpul
dalam diri seseorang, kecuali ia akan masuk surga’.” (HR. Muslim)
7. Beliau adalah sahabat Rasulullah yang paling utama.
Dari
Abdullah bin Umar ia berkata, “Dahulu kami memilih manusia yang terbaik pada
zaman nabi, maka kami memilih Abu Bakar, kamudian Umar bin Al-Khattab, kemudian
Utsman bin Affan.” (HR. Al-Bukhari)
Penilaian
para sahabat tersebut juga dibenarkan oleh Ali bin Abu Thalib, khalifah yang
keempat. Muhammad Al-Hanafiyyah berkata, “Saya pernah bertanya kepada ayahku
(Ali bin Abu Thalib), ‘Siapakah manusia terbaik setelah Rasulullah?’ Beliau
menjawab, ‘Abu Bakar.’ Saya bertanya lagi, ‘Kemudian siapa?’ maka beliau
menjawab, ‘Umar bin Al-Khattab.’ Aku pun khawatir jika beliau menyebutkan
Utsman bin Affan setelah mereka berdua, maka aku katakan, ‘Kemudian engkau.’
Maka ia pun menjawab, ‘Aku hanyalah salah seorang dari kaum Muslimin’.”
(HR. Al-Bukhari)
Keutamaan
Abu Bakar juga diakui oleh para sahabat lain yang hidup sezaman dengannya.
Mereka semua memuji dan mencintainya. Demikian pula para Tabi’in, generasi yang
datang setelah para sahabat, semuanya mencintainya. Al-Baihaqi meriwayatkan
dalam Syu’ab Al-Iman dari Umar bin Al-Khattab bahwa ia
berkata, “Seandainya keimanan Abu Bakar ditimbang dengan keimanan seluruh
penduduk bumi, niscaya akan lebih berat keimanan Abu Bakar Ash-Shiddiq!”
Ketika Abu
Bakar wafat dan telah dikafani, Ali bin Abu Thalib masuk untuk menengoknya,
seraya berkata, “Tidak ada seorang pun yang menghadap Allah dengan kitab
catatan amal yang labih aku sukai dari orang ini.”
Ali bin Abu
Thalib juga pernah berkata, “Barang siapa yang menganggap aku lebih utama
daripada Abu Bakar dan Umar bin Al-Khattab, maka aku akan mencambuknya seperti
orang yang melemparkan tuduhan dusta (yaitu dicambuk sebanyak 80 kali).”
Asy-Sya’bi
(seorang imam di kalangan Tabi’in) berkata, “Allah telah mengkhususkan Abu
Bakar dengan empat perkara yang tidak Dia berikan kepada siapa pun di antara
hamba-hamba-Nya: Dia menyebutnya Ash-Shiddiq dan tidak ada seorang pun yang diberi
gelar Ash-Shiddiq selain dirinya, ialah yang menemani Rasulullah ketika berada
di gua Tsur. Ialah pendampingnya ketika beliau hijrah, dan ialah yang disuruh
oleh Rasulullah untuk mengimami shalat sementara kaum Muslimin sebagai
makmumnya.”
8. Mendapatkan labar gembira bahwa ia akan memasuki surga dari kedelapan pintunya.
Dari Abu
Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menafkahkan sepasang
(yakni sepasang kuda, atau dinar dan dirham, atau sepasang lainnya) di jalan
Allah, maka ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga, ‘Wahai hamba-hamba Allah,
inilah kebaikan. Barang siapa termasuk ahli shalat, ia akan dipanggil dari
pintu shalat. Barang siapa yang termasuk dari ahli jihad, ia akan dipanggil
dari pintu jihad. Barang siapa yang termasuk ahli puasa, ia akan dipanggil dari
pintu Ar-Rayyan. Barang siapa yang termasuk dari ahli shadaqah, ia akan
dipanggil dari pintu shadaqah’.”
Lalu Abu
Bakar berkata, “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu, wahai Rasulullah. Cukuplah
seseorang dipanggil dari salah satu pintu tersebut, lalu adakah yang dipanggil
dari seluruh pintu?” Rasulullah menjawab, “Ada, dan saya berharap engkau
termasuk orang yang dipanggil dari seluruh pintu tersebut.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim)
Itulah semua keutamaan dari Abu
Bakar Ash-Shiddiq.
Tentang
kekhalifahan Abu Bakar sendiri, sebenarnya telah diisyaratkan oleh Rasulullah.
Terdapat isyarat bahwa ialah yang layak menjadi khalifah bagi kaum Muslimin
sepeninggal Rasulullah. Isyarat tersebut bisa terlihat dari dua sisi.
pertama,
Rasulullah pernah berniat untuk menuliskan pesan untuk Abu Bakar saat beliau
sakit. Dari Aisyah ia berkata, “Rasulullah mengatakan kepada saya saat
beliau sakit, ‘Panggillah Abu Bakar dan saudara lelakimu agar aku menulis
sebuah pesan, sebab aku khawatir akan muncul orang-orang yang menaruh harapan
(menjadi pemimpin bagi kaum Muslimin) dan mengatakan, ‘Aku lebih berhak.’
Sesungguhnya Allah dan kaum Mukminin enggan menerima kecuali Abu Bakar’.”
(HR. Muslim)
kedua, diperintahkannya
Abu Bakar untuk menjadi imam dalam shalat saat Rasulullah sakit. Ini berarti
beliau mengindikasikan isyarat kepemimpinan Abu bakar.
Dari Abu
Musa ia berkata, “Ketika Rasulullah sakit dan kondisi beliau semakin parah,
beliau berkata, ‘Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.’ Aisyah berkata,
‘sesungguhnya ia adalah seorang lelaki yang berhati lembut; jika ia berdiri
menggantikan posisimu, ia tidak akan mampu menjadi imam shalat.’ Beliau
mengulangi perkataannya, ‘Suruhlah Abu Bakar untuk menjadi imam shalat.’ Aisyah
pun mengulangi ucapannya yang pertama. Lalu Rasulullah bersabda, ‘Suruhlah Abu
Bakar untuk menjadi imam shalat, sesungguhnya kalian seperti saudari-saudari
Yusuf.’ Rasulullah pun akhirnya mendatangi Abu Bakar dan ia menjadi imam dalam
shalat di saat Rasulullah masih hidup.” (HR. Al-Bukhari)
Imam
Al-Khaththabi mengomentari hadits riwayat Abu Dawud yang senada dengan riwayat
di atas, “Dalam riwayat-riwayat ini, ada isyarat akan kekhalifahan Abu
Bakar. Hal itu ditunjukkan dengan pernyataan Rasulullah, ‘Allah dan kaum
Muslimin menolak itu.’ Yang dapat dipahami bahwa Rasulullah tidak bermaksud
untuk menolak bolehnya kaum Muslimin untuk shalat di belakang Umar bin
Al-Khattab, karena shalat di belakang Umar dan selainnya dari kaum Muslimin
hukumya boleh. Akan tetapi yang beliau maksudkan adalah kepemimpinan yang
merupakan kekhalifahan dan pengganti Rasulullah dalam memimpin urusan umat
setelah beliau.” Dan ini merupakan bukti tentang keabsahan kekhalifahan Abu
bakar.
Sepeninggal
Rasulullah, kaum Anshar sangat membutuhkan seorang Khalifah yang akan mengatur
berbagai urusan mereka di Madinah. Sebab jika tidak, maka Madinah akan berada
dalam ancaman orang-orang kafir yang mengintai setiap saat dan siap untuk
menyerang mereka.
Kaum Anshar
mengira bahwa setelah meninggalnya Rasulullah, kaum Muhajirin akan kembali ke
Mekkah. Maka, mereka segera berkumpul di Saqifah Bani Sa’idah untuk melakukan
musyawarah di antara mereka guna membicarakan siapa yang akan menjadi pemimpin.
Dalam musyawarah tersebut, mareka sepakat untuk memilih Sa’ad bin Ubadah
sebagai khalifah sekaligus berniat untuk membaiatnya.
Hal
tersebut diketahui oleh kaum Muhajirin; maka Abu Bakar, Umar bin Al-Khattab,
dan Abu Ubaidah datang menemui mereka guna mengklarifikasi masalah tersebut.
Setibanya di tempat itu, Abu Bakar berpidato untuk menyampaikan pendirian kaum
Muhajirin dengan lemah lembut dan argument yang kuat dan bijak. Inti pidatonya
adalah menyampaikan keutamaan kaum Muhajirin sebagai orang-orang yang mula-mula
beriman kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya, membela beliau dan mengalami
penderitaan dalam memperjuangkan Islam bersamanya. Karena itu kaum Muhajirin
lebih berhak untuk memimpin umat ini sesudah Rasulullah wafat.
Tidak dapat
dipungkiri bahwa kaum Anshar juga memiliki kemuliaan dalam Islam, karena tidak
ada yang dapat menandingi keutamaan mereka dalam membantu dan menolong kaum
Muhajirin yang berhijrah untuk mempertahankan Islam. Semoga Allah meridhai kaum
Anshar karena mereka telah membela agama dan Rasul-Nya serta para sahabatnya.
Demikianlah inti dari pidato Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Akan tetapi
kaum Anshar kemudian mengusulkan pendapat untuk mengangkat dua pemimpin. Bagi
Anshar ada pemimpin dan bagi Muhajirin ada pula seorang pemimpin. Namun dengan
tegas Abu Bakar berkata, “Sesungguhnya orang-orang Arab tidak mengakui
kekuasaan ini kecuali untuk orang-orang Quraisy.”
Setelah
kaum Anshar mengetahui bahwa kaum Muhajirin akan tetap tinggal di Madinah dan
tidak akan meninggalkannya, maka akhirnya mereka menerima dengan lapang dada
bahwa kaum Muhajirin lebih berhak untuk memegang tampuk kepemimpinan, dan
akhirnya mereka semua sepakat.
Melihat
seluruh yang hadir di sana telah sepakat akan kepemimpinan kaum Muhajirin, Abu
Bakar dengan sigap berdiri dan menyalonkan dua sahabatnya yaitu Umar bin
Al-Khattab dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.
Melihat
sikap Abu Bakar yang mengajukan dirinya, Umar bin Al-Khattab pun berkata, “Tidak!
Akan tetapi kamilah yang akan membaiatmu, karena engkau adalah pemimpin kami,
sebaik-baik orang di antara kami, dan engkau lebih dicintai oleh Rasulullah.
Lalu Umar bin Al-Khattab menyebutkan keutamaan-keutamaan Abu Bakar yang
lainnya.”
Dari
Abdullah bin Mas’ud ia berkata, “ketika Rasulullah wafat, orang-orang Anshar
berkata, ‘Kami akan menjadikan seorang pemimpin untuk kami dan kalian
menjadikan seorang pemimpin untuk kalian.’ Lalu Umar bin Al-Khattab mendatangi
mereka seraya berkata, ‘Bukankah kalian telah mengetahui bahwa Rasulullah telah
menyuruh Abu Bakar untuk mengimami shalat ketika beliau sakit? Maka siapakah di
antara kalian yang berani mendahului Abu Bakar?’ Mereka menjawab, ‘Kami
berlindung kepada Allah dari perbuatan yang mendahului Abu Bakar’.” (HR.
An-Nasa’i, dengan sanad hasan)
Akhirnya
Abu Bakar dibaiat secara khusus dan resmi di Saqifah pada hari Senin, Rabi’ul
Awwal tahun 11 H.
Pada hari
berikutnya, Abu Bakar keluar menuju masjid dan orang-orang yang ada di masjid
waktu itu langsung membaiatnya. Dan setelah baiat umum ini, Abu Bakar
memberikan khutbahnya yang terkenal dan tercatat dengan tinta emas dalam
lembaran sejarah:
“Segala
puji hanya milik Allah. Wahai kaum Muslimin semuanya, kalian telah memilihku
sebagai khalifah padahal aku bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Oleh
karena itu, jika aku berlaku adil, maka bantulah aku. Dan jika aku berbuat
aniaya, maka nasehati dan luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sedangkan
dusta merupakan penghianatan. Orang yang lemah di antara kalian adalah orang
yang kuat menurut pandanganku hingga aku berikan haknya. Dan orang yang kuat di
antara kalian adalah orang yang lemah dalam pandanganku hingga ia tunaikan
kewajibannya. Janganlah kalian berhenti berjihad, tidaklah suatu kaum
meninggalkan jihad kecuali mereka akan menerima kehinaan dari Allah. Taatilah
aku selama aku berada dalam ketaatan Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, jika aku
bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya, maka tidak ada ketaatan atas kalian
kepadaku.”
Selain itu,
Abu Bakar adalah sosok pribadi yang sangat istimewa yang ditarbiyah oleh oleh
madrasah kenabian. Dalam dirinya terhimpun keimanan yang kokoh, keteguhan hati
bagaikan karang di tengah lautan, kedalaman ilmu, kelembutan hati, kerendahan
hati yang luar biasa, pembelaan Allah terhadap Rasulullah dengan segenap jiwa
dan hartanya, kepedulian terhadap nasib orang-orang yang lemah dan budak
belian, kedermawanan yang tinggi, kebijaksanaan, keberanian dan sekian banyak
lagi akhlak-akhlak terpuji yang tidak mungkin dapat diungkapkan dengan
kata-kata. Karena kepribadiannya yang istimewa itulah maka kaum Muslimin
berselisih pendapat untuk mengangkatnya sebagai khalifah sepeninggal
Rasulullah.
Setelah Abu
Bakar dibaiat oleh kaum Muslimin sebagai khalifah pertama bagi umat ini,
baliaulah yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap seluruh negeri Islam dan
wilayah kekhalifahannya sepeninggal Rasulullah.
Banyak
sekali prestasi gemilang yang telah beliau torehkan dalam sejarah umat ini.
Beliau tercatat sebagai seorang khalifah yang bisa dijadikan panutan oleh para
pemegang kekuasaan atau siapapun yang mendapatkan amanat untuk mengatur urusan
kaum Muslimin. Karena hanya para pemimpin yang mampu berbuat adillah yang akan
dapat memasuki surga Allah dan akan mendapatkan naungan di saat tidak ada
naungan lagi kecuali naungan dari-Nya.
Dari Abu
Hurairah ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘tujuh orang yang akan Allah
naungi dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan lagi kecuali naungan-Nya;
pertama, seorang pemimpin yang adil…’.” (HR. Al-Bukhari)
Bahkan para
pemimpin yang adil merupakan orang-orang yang tidak tertolak doanya.
Dari Abu
Hurairah ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Ada tiga orang yang tidak akan
Allah tolak doanya, yaitu: (1) orang yang banyak berdzikir kepada Allah’ (2)
doa orang yang terzalimi; (3) seorang pemimpin yang adil’.” (HR.Al-Baihaqi,
dihasankan oleh Al-Albani)
Di samping
hal itu, kaum Muslimin memang diperintahkan untuk mengikuti sunnah para Khulafa’ur
Rasyidin yang salah satu dari mereka adalah Abu Bakar, sebagaimana
yang disabdakan oleh Rasulullah ketika beliau memberikan nasehat kepada para
sahabat dengan nasehat yang telah membuat air mata mengucur dan membuat jiwa
bergetar:
“Saya
berwasiat kepada kalian agar bertaqwa kepada Allah, tetap mendengarkan dan taat
walaupun yang memimpin kalian adalah budak dari Habasyah; karena sesungguhnya
barang siapa yang hidup di antara kalian akan melihat banyak perbedaan.
Berhati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang diadakan, karena sesungguhnya
ia merupakan kesesatan. Barang siapa yang mendapati itu di antarakalian, maka
berpeganglah kepada sunnahku dan sunnah Khulafa’ur Rasyidin yang telah
mendapatkan petunjuk, gigitlah ia dengan gigi geraham.” (HR. At-Tirmidzi
dan ia berkata: hasan shahih)
Di antara
kegemilangan yang paling tinggi yang telah beliau raih dalam masa
kepemimpinannya adalah:
1. Instruksinya agar jenazah Rasulullah
diurus hingga selesai dikebumikan.
2. Melanjutkan misi pasukan yang
dipimpin Usamah bin Zaid yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh Rasulullah
sebelum wafat.
3. Kebijakannya dalam menyatukan
persepsi seluruh sahabat untuk memerangi kaum murtad dengan segala persiapannya
ke arah itu, kemudian instruksinya untuk memerangi seluruh kelompok yang murtad
di wilayah masing-masing.
4. Perintah beliau agar mengumpulkan
Al-Qur’an.
Ibnu Katsir
berkata, “Pada tahun 12 H, Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar
mengumpulkan Al-Qur’an dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di
kulit-kulit, dedaunan, maupun yang dihafal dalam dada kaum Muslimin. Peristiwa
itu terjadi setelah para penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur sebagai syuhada
dalam peperangan Yamamah, sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Shahih
Al-Bukhari.”
Kegemilangan beliau juga Nampak dari pernyataan Abdullah bin Ja’far yang
berkata, “Saat Abu Bakar memimpin kami, beliau adalah sebaik-baik khalifah,
orang yang paling kasih sayang terhadap kami dan yang paling lemah lembut
terhadap kami.”
Setelah
sekian tahun Abu Bakar Ash-Shiddiq memimpin kaum Muslimin sebagai khalifah,
akhirnya beliau menderita selama sakit selama 15 hari. Setelah sakit, akhirnya
beliau dipanggil oleh Allah sang pencipta alam semesta pada tanggal 21 Jumadil
Akhir 13 H (22 Agustus 634 M). Beliau dimakamkan di samping makam suri teladan
dan sahabat tercintanya, Rasulullah.
Alangkah
bahagianya Abu Bakar, karena ia termasuk salah seorang yang telah dikabarkan
Rasulullah akan masuk surga. Tidak ada kabar gembira yang lebih besar dari
surga, hunian abadi orang-orang yang bertakwa lagi penuh dengan gemilang
kenikmatan.
Dari Abu
Musa dalam sebuah hadits yang cukup panjang, ia berkata, “Sesungguhnya aku
akan menjadi penjaga pintu Rasulullah hari ini.” Lalu datanglah Abu Bakar
mendorong pintu. Aku berkata, “Siapa ini?” Ia menjawab, “Abu Bakar
Ash-Shiddiq.” Lalu aku berkata, “Tunggu dulu.” Kemudian aku pun
pergi menemui Rasulullah seraya berkata, “Wahai Rasulullah, ini Abu Bakar
Ash-Shiddiq datang meminta izin (untuk masuk).” Beliau bersabda, “Izinkan
ia dan berilah kabar gembira baginya dengan surga!” Lalu aku menghampiri
Abu Bakar Ash-Shiddiq dan berkata, “Masuklah dan Rasulullah memberi kabar
gembira bagimu dengan surga.” Lalu Abu Bakar masuk dan duduk di sebelah
kanan Rasulullah di tepi sumur. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dari Ali ia
berkata, “Rasulullah telah bersabda, ‘Abu Bakar dan Umar adalah penghulu
para penghuni sirga dari kalangan orang tua mulai dari orang-orang yang pertama
sampai dengan orang-orang yang terakhir selain para nabi dan rasul. Janganlah
beritahu mereka berduawahai Aliselama mereka berdua masih hidup’.” (HR.
Ibnu Majah dan At-Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albani)
Demikianlah
kisah perjalanan Abu Bakar, seorang Ash-Shiddiq yang telah
menghabiskan seluruh umur dan hartanya untuk membela agama Allah, menolong
Rasul-Nya, dan menjayakan agama-Nya.
Berbahagialah engkau, wahai Abu Bakar dengan derajat yang sangat tinggi di
dalam surga kelak.
Dari Abu Sa’id Al-Khudri, ia berkata, “Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya
penghuni surga pada derajat yang tinggi dilihat oleh mereka yang berada di
bawahnya bagaikan bintang bercahaya di sebuah ufuk dari ufuk-ufuk langit dan
sesungguhnya Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Al-Khattab termasuk dari mereka
dan lebih (tinggi) lagi’.” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al-Albani)
Semoga
Allah merahmatimu dan menempatkanmu di surga Firdaus yang tertinggi, wahai
Ash-Shiddiq, dan semoga Allah menghimpun kami di akhirat kelak bersamamu.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan