Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dan
Imam Muslim Rahimahumallahu Ta’ala dalam buku Membentuk Kepribadian Muslim
Ideal menurut al-Qur’an dan as-Sunnah.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan
pertanyaan kepada para sahabat, “Sebutkan sebuah pohon yang dapat diumpamakan
seperti seorang Muslim? Ia berbuah setiap saat sesuai kehendak Tuhannya dan
tidak mudah jatuh daunnya?”
Di majlis yang mulia itu, semua sahabat terdiam.
Tidak ada yang boleh menyampaikan jawapan atas pertanyaan Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam yang mulia. Pun dengan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq dan
Sayyidina ‘Umar bin Khaththab Radhiyallahu ‘anhuma. Keduanya diam. Sampai Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan jawapannya.
Setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
menyampaikan jawapan, para sahabat pulang ke kediamannya masing-masing.
Dalam perjalanan pulang, Sayyidina ‘Umar bin
Khaththab berjalan bersama buah hati kebanggaannya, ‘Abdullah bin ‘Umar. Sang
anak shalih ini bertutur, “Ayah, sebenarnya aku telah menduga bahwa jawapannya
adalah pohon kurma.”
“Mengapa engkau tidak menyampaikan jawapan itu kepada
Rasulullah, wahai anakku?” tutur sang ayah.
“Jika (tadi) engkau menyampaikan jawapannya, hal itu
lebih aku sukai melebihi ini dan ini.” pungkas sang ayah.
“Tidak ada yang menghalangi aku untuk menyampaikan
jawapan atas pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,” ujar sang anak, “ kecuali
karena aku melihat engkau dan Abu Bakar ash-Shiddiq tidak berkata satu kata
pun. Aku sungkan.”
Sayyidina ‘Abdullah anak ‘Umar telah memberikan
teladan yang sangat indah kepada kita. Beliau urung menyampaikan jawaban atas
pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lantaran rasa hormatnya kepada
Sayyidina ‘Abu Bakar ash-Shiidiq dan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab, ayahnya.
Padahal, ‘Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma
mengetahui jawapannya. Ia telah membuat perkiraan jawapan. Dan perkiraan itu
tepat, sebagaimana jawapan yang disampaikan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam.
Kisah ini, seharusnya membuat kita merenung. Apalagi,
banyak kaum Muslimin baru belajar yang sok tahu dan sok menyalahkan para ulama
yang belajar lebih dahulu dengan guru yang lebih ‘alim serta faqih dalam urusan
agama.
Berkacalah pada laki-laki ini. Ia mengetahui jawapan
atas pertanyaan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tapi memilih diam karena di
sana terdapat Sayyidina Abu Bakar dan Sayyidina ‘Umar bin Khaththab.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan