Di
dalam Shaid al-Khatir, Imam Ibnul Jauzi Rahimahullahu Ta’ala mengajak kaum
Muslimin merenungkan dosa. Beliau mengatakan, “Allah Ta’ala adalah Zat Yang
Paling Pemurah, sedangkan kemurahan mengharuskan pengampunan. Tapi, mengapa Dia
tetap menyiksa dan menimpakan bencana sedahsyat ini?”
Allah
Ta’ala Maha Pemurah, tapi mengapa Dia memberikan siksaan, bencana,
kesengsaraan, kerumitan, kesakitan, dan derita-derita lainnya?
Banyak
di antara kaum Muslimin yang belum mampu menemukan hikmah di balik sunnatullah
ini. Banyak di antara mereka yang ingkar, menyalahkan, meremehkan, dan
mendustakan syariat-syariat-Nya.
Padahal,
andaikata memahami, di balik siksaan dan bencana yang ditimpakan kepada umat
manusia atau kaum Muslimin terdapat hikmah dan pelajaran yang sangat berharga.
“Seringkali,”
lanjut Imam Ibnul Jauzi dalam huraiannya ini, “kita melihat orang tua yang
dihina pada usia senjanya hingga banyak hati berbelas kasih kepadanya. Ia tidak
tahu, bahwa penyebabnya adalah pengabaian hak Allah Ta’ala yang pernah
dikerjakannya di usia mudanya.”
Bencana
dan siksa adalah akibat pasti dari keburukan, dosa, dan kemaksiatan yang pernah
kita lakukan. Ia boleh ditimpakan di dunia, ditangguhkan di akhirat, atau
dirasakan di dunia dan akhirat.
Di
dalam semua itu, terdapat hikmah yang agung bagi orang-orang yang mau berfikir.
Bagi siapa pun yang beriman dengan benar kepada-Nya.
“Kesimpulannya,”
tegas sosok yang juga menulis Talbis al-Iblis dan kitab lainnya, “kapan dan di
mana saja Anda menyaksikan seseorang yang disiksa, maka yakinlah bahwa hal itu
disebabkan perbuatan dosa yang pernah dikerjakannya.”
Apakah
saat ini kita menjalani hidup yang sukar, pelik, rumit, dan banyak jalan buntu?
Apakah
istri-istri kita tidak taat bahkan membangkang dari jalan-jalan kebenaran yang
disyariatkan oleh Allah Ta’ala dan Rasul-Nya?
Adakah
anak-anak kita menjadi penentang yang nyata saat diajak untuk melakukan
kebaikan dan berbagai jenis amal shalih?
Adakah
bumi serasa menghimpit dan langit menghujani kita dengan air kesukaran
diselingi angin kepedihan?
Adakah
kita merasa semua jalan seakan menyumbang kegagalan atas upaya kesuksesan dan
keberhasilan yang kita upayakan?
Periksa
dirimu. Periksa ibdahmu. Jangan-jangan, kesukaran dan kepedihan ini merupakan
akibat dari dosa masa lalu yang belum ditaubati.
Astagfirullahal
‘azhiim.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan