Dinukilkan dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul
fii Asbaabin Nuzuul
Tidak ada
riwayat atau pendapat ulama yang menyebutkan tentang sebab turun surah
al-Faatihah. Imam as-Suyuthi sendiri tidak menyinggung sama sekali tentang
surah al-Faatihah di dalam buku ini. Namun agar seluruh surah Al-Qur’an masuk
dalam pembahasan buku ini, kami (penerjemah) melihat perlu untuk membubuhkan
sedikit tentang surah al-Faatihah.
Ayat 1-7,
yaitu firman Allah ta’ala,
“Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan
semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari
Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami
meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan
orang-orang yang telah Engkau beri ni’mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka
yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (al-Faatihah: 1-7)
Nama Lain
dari Surah al-Faatihah
Di antara
nama lain dari surah al-Faatihah adalah sebagai berikut.
1. Ummul
Kitaab. Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan at-Tirmidzi
-dan dia menshahihkannya- dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda,
“Alhamdulillah
adalah Ummul Qur’an, Ummul Kitab, dan as-Sab’ul Matsaani.”(1)
2. Ash-Shalat.
Penamaan ini berdasarkan firman Allah ta’ala dalam hadits Qudsi yang
diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah
dari Abu Hurairah, dari Nabi saw. Yang di antara isinya adalah,
“Allah
ta’ala berfirman, `Aku membagi shalat menjadi dua; untuk-Ku dan untuk hamba-Ku
dan Aku berikan kepada hamba-Ku apa yang dia minta.”
Para ulama
berpendapat bahwa yang dimaksud dengan shalat di sini adalah surah al-Faatihah,
karena shalat tidak sempurna tanpa membaca surah al-Faatihah.
3. Asy-Syifaa’.
Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan ad-Darimi dari Abu Sa’id
al-Khudri bahwa Nabi saw. bersabda,
“Pembuka
(Faatihah) Al-Kitab adalah obat bagi semua penyakit.” (2)
4. Ar-Ruqyah.
Penamaan ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim dari
Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah bersabda kepada seorang sahabat yang
mengobati seseorang yang disengat binatang berbisa dengan membacakan surah
al-Faatihah terhadapnya,
“Bagaimana
engkau tahu bahwa surah al-Faatihah adalah ruqyah (obat)?” (3)
Keutamaan
Surah al-Faatihah
Surah
al-Faatihah mempunyai beberapa keutamaan. Di antara keutamaannya adalah sebagai
berikut.
1. Surah
yang Paling Agung di Dalam Al-Qur’an
Al-Bukhari,
Abu Dawud, dan an-Nasa’i meriwayatkan dari Abu Sa’id ibnul-Mu’alla, dia
berkata, “Pada suatu hari saya sedang shalat di masjid, lalu Rasulullah
memanggil saya dan sayat tidak menjawab panggilan beliau. Setelah selesai
shalat, saya berkata kepada beliau, ‘Wahai Rasulullah, tadi saya shalat. `Rasulullah
bersabda, ‘Bukankah Allah berfirman, ‘Penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila
dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu,…” (al-Anfaal:
24)
Kemudia
beliau bersabda,
‘Saya akan
mengajarkan kepadamu sebuah rumah yang teragung di dalam Al-Qur’an sebelum
engkau keluar dari masjid’.
Kemudian
beliau menggandeng tangan saya. Ketika beliau ingin keluar dari masjid, saya
katakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, bukankan engkau katakan bahwa engkau
akan mengajarkan kepadaku surah teragung di dalam Al-Qur’an?’
Maka beliau
menjawab,
‘(Ia adalah
surah), ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.’ Ia adalah tujuh ayat yan
diulang-ulang (dalam setiap rakaat) dan Al-Qur’an yang agung yang diberikan
kepada saya.” (4)
2. Surah
yang Paling Utama di Dalam Al-Qur’an
An-Nasa’i
dalam as-Sunan al-Kubra, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Baihaqi
meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata, “Pada suatu hari Rasulullah
dalam perjalanan. Kemudian beliau berhenti dan turun dari tunggangan beliau.
Lalu seseorang turun dari tunggangannya juga untuk mendampingi beliau.
Kemudian
beliau bersabda,
‘Maukah
engkau saya beritahu surah apa yang paling utama di dalam Al-Qur’an?’
Lalu beliau
membaca,
“Segala puji
bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” (5)
3. Surah
al-Faatihah adalah munajat antara hamba dan Rabbnya
Muslim, Abu
Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwa Nabi saw. bersabda,
“Barangsiapa
melakukan shalat tanpa membaca al-Faatihah, maka shalatnya tidak sempurna.“
Beliau mengulangi
sabda tersebut sebanyak tiga kali.
Lalu Abu
Hurairah ditanya, “Ketika itu kita ikut imam?” Abu Hurairah menjawab, “Jika
begitu, bacalah al-Faatihah dengan tidak terdengar oleh orang lain. Karena saya
mendengar Rasulullah bersabda,
‘Allah
ta’ala berfirman, ‘Aku membagi shalat menjadi dua; untuk-Ku dan untuk hamba-Ku,
dan Aku berikan kepada hamba-Ku apa yang dia minta.’ Jika sang hamba membaca,
‘Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam’. Allah berfirman, ‘Hamba-Ku
memuji-Ku…’ (6) Jika sang hamba membaca, ‘Yang Maha pemurah, Maha Penyayang’,
Allah berfirman, ‘Hamba-Ku memuji-Ku.’ Jika sang hamba membaca, ‘Pemilik hari
pembalasan,’ Allah berfirman, ‘Hamba-Ku mengagungkan-Ku.’ Jika sang hamba
membaca, “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami
mohon pertolongan,’ Allah berfirman, ‘Ini antara Aku dan hamba-Ku, dan untuk
hamba-Ku apa yang dia minta.’ Jika sang hamba membaca,” Tunjukilah kami jalan
yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat,’ Allah
berfirman, ‘Ini Aku berikan kepada hamba-Ku, dan untuknya apa yang dia minta.” (7)
1. HR
at-Tirmidzi dalam Kitabu Tafsiri Qur’an, No. 3049.
2. HR at-Tirmidzi dalam Bab Fadhli Faatihatil Kitab, No. 3433.
3. HR Bukhari dalam Kitabul Ijarah, No. 2276 dan Muslim dalam Kitabus Salaam, No. 2201.
4. HR Bukhari dalam Kitabut Tafsir, No. 4474, Abu Dawud dalam Kitabush Shalat, No. 1458 dan an-Nasa’i dalam Kitabul Iftitaah.
5. HR an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, dalam Kitabu Fadhaa’ilil Qur’an, No. 8011, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dalam Kitabur Raqaaq, No. 774, al-Hakim dalam al-Mustadrak, dalam Kitabu Fadhaa’ilil Qur’an dan al-Baihaqi dalam as-Sunanush Shaghiir.
6. Pujian di sini mengandung arti terima kasih.
7. HR Muslim dalam Kitabush Shalah, No. 395, Abu Dawud dalam Kitabus Shalat, No. 821, at-Tirmidzi dalam Kitabut Tafsir, No. 2953, an-Nasa’i dalam Kitabul Iftitaah, No. 2953 dan Ibnu Majah dalam Kitabul Adab, No. 3784.
2. HR at-Tirmidzi dalam Bab Fadhli Faatihatil Kitab, No. 3433.
3. HR Bukhari dalam Kitabul Ijarah, No. 2276 dan Muslim dalam Kitabus Salaam, No. 2201.
4. HR Bukhari dalam Kitabut Tafsir, No. 4474, Abu Dawud dalam Kitabush Shalat, No. 1458 dan an-Nasa’i dalam Kitabul Iftitaah.
5. HR an-Nasa’i dalam as-Sunan al-Kubra, dalam Kitabu Fadhaa’ilil Qur’an, No. 8011, Ibnu Hibban dalam Shahihnya, dalam Kitabur Raqaaq, No. 774, al-Hakim dalam al-Mustadrak, dalam Kitabu Fadhaa’ilil Qur’an dan al-Baihaqi dalam as-Sunanush Shaghiir.
6. Pujian di sini mengandung arti terima kasih.
7. HR Muslim dalam Kitabush Shalah, No. 395, Abu Dawud dalam Kitabus Shalat, No. 821, at-Tirmidzi dalam Kitabut Tafsir, No. 2953, an-Nasa’i dalam Kitabul Iftitaah, No. 2953 dan Ibnu Majah dalam Kitabul Adab, No. 3784.
Sumber: Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun
Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim
Abdul Hayyie (Gema Insani), hlm. 19 – 24.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan