SEJARAH
PERKEMBANGAN ILMU TASAWUF
Pada dasarnya sejarah awal perkembangan tasawuf,
adalah sudah ada sejak zaman kehidupan Nabi saw. Hal ini dapat dilihat
bagaimana peristiwa dan prilaku kehidupan Nabi saw. sebelum diangkat menjadi
rasul. Beliau berhari-hari pernah berkhalwat di Gua Hira’, terutama pada bulan
ramadlan. Disana Nabi saw lebih banyak berdzikir dan bertafakkur dalam rangka
untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Pengasingan diri Nabi saw. di Gua
Hira’ inilah yang merupakan acuan utama para sufi dalam melakukan khalwat.
Dalam aspek lain dari sisi prikehidupan Nabi saw. adalah diyakini merupakan
benih-benih timbulnya tasawuf, dimana dalam kehidupan sehari-hari Nabi saw.
sangatlah sederhana, zuhud dan tak pernah terpesona oleh kemewahan duniawi. Hal
itu di kuatkan oleh salah satu do’a Nabi saw. , beliau pernah bermohon yang
artinya: “Wahai Allah, hidupkanlah aku dalam kemiskinan dan matikanlah aku
selaku orang miskin”. (HR. al-Tirmizi, Ibn Majah, dan al-Hakim).
Sejarah perkembangan tasawuf berikutnya (periode
kedua setelah periode Nabi saw.) ialah periode tasawuf pada masa
“Khulafaurrasyidin” yakni masa kehidupan empat sahabat besar setelah Nabi saw.
yaitu pada masa Abu Bakar al-Siddiq, Umar ibn al-Khattab, Usman ibn Affan, dan
masa Ali ibn Abi Thalib. Kehidupan para khulafaurrasyidin tersebut selalu
dijadikan acuan oleh para sufi, karena para sahabat diyakini sebagai murid
langsung Nabi saw. dalam segala perbuatan dan ucapan mereka jelas senantiasa
mengikuti tata cara kehidupan Nabi saw. terutama yang bertalian dengan
keteguhan imannya, ketaqwaannya, kezuhudan, budi pekerti luhur dan yang
lainnya.Salah satu contoh sahabat yang dianggap mempunyai kemiripan hidup
seperti Nabi saw. adalah sahabat Umar Ibn al-Khattab, beliau terkenal dengan
keheningan jiwa dan kebersihan kalbunya, ia terkenal kezuhudan dan
kesederhanaannya. Diriwayatkan pernah suatu ketika setelah ia menjabat sebagai
khalifah (Amirul Mukminin), ia berpidato dengan memakai baju bertambal dua
belas sobekan.
Selain mengacu pada kehidupan keempat khalifah di
atas, para ahli sufi juga merujuk pada kehidupan para “Ahlus Suffah” yaitu para
sahabat Nabi saw. yang tinggal di masjid nabawi di Madinah dalam keadaan serba
miskin namun senantiasa teguh dalam memegang akidah dan selalu mendekatkan diri
kepada Allah Swt. Diantara para Ahlus Suffah itu ialah,sahabat Abu Hurairah,
Abu Zar al-Ghiffari, Salman al-Farisi, Muadz bin Jabal, Imran bin Husain, Abu
Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas dan Huzaifah bin
Yaman dan lain-lain.
Perkembangan tasawuf selanjutnya adalah masuk pada
periode generasi setelah sahabat yakni pada masa kehidupan para “Tabi’in
(sekitar abad ke-1 dan abad ke-2 Hijriyah), pada periode ini munculah
kelompok(gerakan) tasawuf yang memisahkan diri terhadap konflik-konflik politik
yang di lancarkan oleh dinasti bani Umayyah yang sedang berkuasa guna menumpas
lawan-lawan politiknya. Gerakan tasawuf tersebut diberi nama “Tawwabun” (kaum
Tawwabin), yaitu mereka yang membersihkan diri dari apa yang pernah mereka
lakukan dan yang telah mereka dukung atas kasus terbunuhnya Imam Husain bin Ali
di Karbala oleh pasukan Muawiyyah, dan mereka bertaubat dengan cara mengisi
kehidupan sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan kaum Tawwabin ini dipimpin oleh
Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi yang ahir kehidupannya terbunuh di Kuffah pada tahun
68 .H.
Sejarah perkembangan tasawuf berikutnya adalah
memasuki abad ke-3 dan abad ke-4 Hijriyah. Pada masa ini terdapat dua
kecenderungan para tokoh tasawuf. Pertama, cenderung pada kajian tasawuf yang
bersifat akhlak yang di dasarkan pada al-Qur’an dan al-Sunnah yang biasa di
sebut dengan “Tasawuf Sunni” dengan tokoh-tokoh terkenalnya seperti : Haris
al-Muhasibi (Basrah), Imam al-Ghazali, Sirri as-Saqafi, Abu Ali ar-Ruzbani dan
lain-lain.Kelompok kedua, adalah yang cenderung pada kajian tasawuf filsafat,
dikatakan demikian karena tasawuf telah berbaur dengan kajian filsafat
metafisika. Adapun tokoh-tokoh tasawuf filsafat yang terkenal pada saat itu
diantaranya: Abu Yazid al-Bustami (W.260 H.) dengan konsep tasawuf filsafatnya
yang terkenal yakni tentang “Fana dan Baqa” (peleburan diri untuk mencapai
keabadian dalam diri Ilahi), serta “Ittihad” (Bersatunya hamba dengan Tuhan).
Adapun puncak perkembangan tasawuf filsafat pada abad ke-3 dan abad ke-4,
adalah pada masa Husain bin Mansur al-Hallaj (244-309 H ), ia merupakan tokoh
yang dianggap paling kontroversial dalam sejarah tasawuf, sehingga ahirnya
harus menemui ajalnya di taing gantungan.
Periode sejarah perkembangan tasawuf pada abad ke-5
Hijriyah terutama tasawuf filsafat telah mengalami kemunduran luar biasa, hal
itu akibat meninggalnya al-Hallaj sebagai tokoh utamanya. Dan pada periode ini
perkembangan sejarah tasawuf sunni mengalami kejayaan pesat, hal itu ditandai
dengan munculnya tokoh-tokoh tasawuf sunni seperti, Abu Ismail Abdullah bin
Muhammad al-Ansari al-Harawi (396-481 H.), seorang penentang tasawuf filsafat
yang paling keras yang telah disebarluaskan oleh al-Bustani dan al-Hallaj. Dan
puncak kecemerlangan tasawuf suni ini adalah pada masa al-Ghazali, yang karena
keluasan ilmu dan kedudukannya yang tinggi, hingga ia mendapatkan suatu gelar
kehormatan sebagai “Hujjatul Islam”.
Sejarah perkembangan tasawuf selanjutnya adalah
memasuki periode abad ke-7, dimana tasawuf filsafat mengalami kemajuan kembali
yang dimunculkan oleh tokoh terkenal yakni Ibnu Arabi. Ibnu Arabi telah
berhasil menemukan teori baru dalam bidang tasawuf filsafat yakni tenyang
“Wahdatul Wujud”, yang banyak diikuti oleh tokoh-tokoh lainnya seperti Ibnu
Sab’in, Jalaluddin ar-Rumi dan sebagainya. Kecuali itu pada abad ke-6 dan abad
ke-7 ini pula muncul beberapa aliran tasawuf amali, yang ditandai lahirnya
beberapa tokoh tarikat besar seperti: Tarikat Qadiriyah oleh Syaikh Abdul Qadir
al-Jailani di Bagdad (470-561 H.), Tarikat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad
bin Ali Abul Abbas ar-Rifa’I di Irak (W.578 H.) dan sebagainya. Dan sesudah
abad ke-7 inilah tidak ada lagi tokoh-tokoh besar yang membawa ide tersendiri
dalam hal pengetahuan tasawuf, kalau toh ada hal itu hanyalah sebagai seorang
pengembang ide para tokoh pendahulunya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan