Catatan Popular

Jumaat, 2 Mac 2018

AHLI SYURGA BERSANDAL JEPIT


Suatu hari, para sahabat Nabi Muhammad SAW sedang duduk di serambi masjid. Memang kebiasaan para sahabat itu berdiskusi sesudah berdzikir.

Mereka memperbincangkan ketauhidan dan kemashlahatan umat. Dan tentu saja Nabi Muhammad senang melihat kebiasaan mereka itu. Nabi pun turut serta berdiskusi dan menjadi narasumber.

Tiba-tiba, Nabi Muhammad SAW berkata, “Sebentar lagi akan ada seorang ahli surga yang mengenakan sandal jepit lewat di depan kita.”
Serentak semua sahabat kaget dan tertegun. Siapakah orang yang dimaksud nabinya? Mereka pun saling berpandangan dan menduga-duga keberadaan orang yang sangat mulia itu. 

Di tengah kegalauan itu, tiba-tiba muncullah seorang laki-laki berjalan di depan mereka dengan mengenakan sandal jepit yang nyaris tak dapat digunakan. Lalu, para sahabat pun berfikir, “Tak mungkin orang ini yang dimaksud Rasulullah SAW tadi.

Lalu, mereka pun meneruskan menunggu kedatangan orang yang dimaksud Nabi Muhammad SAW. Siapakah gerangan lelaki yang dimaksud Nabi Muhammad itu SAW?

Di tengah kegalauan mereka, tiba-tiba seorang lelaki berjalan di depan mereka. Lelaki itu tak lain adalah lelaki yang melintas di depan mereka tadi. Lelaki itu masih terlihat mengenakan sandal jepit yang rusak itu.

Lagi-lagi, para sahabat berfikir, “Tak mungkin orang ini yang dimaksud Rasulullah SAW” Lalu, mereka pun meneruskan menunggu kedatangan orang yang dimaksud Nabi Muhammad. Siapakah gerangan lelaki yang dimaksud Nabi Muhammad SAW itu? Sekali lagi, para sahabat kurang yakin dengan semua yang dilihatnya. Maka, mereka – para sahabat – masih berusaha menunggu kedatangan lelaki lain seperti dimaksud Rasululullah SAW. Tak lama kemudian, lelaki tadi pun berjalan melintas di depan para sahabat. Maka, mereka pun baru yakin bahwa lelaki itu pastilah yang dimaksud Rasululllah SAW.

Setelah yakin dengan semua yang dialaminya, mereka pun berusaha mengorek lelaki asing tersebut. Siapakah lelaki ini? Di manakah dia tinggal? Apa saja keistimewaannya sehingga Rasulullah SAW menyebutnya sebagai ahli surga? Dan para sahabat itu berusaha menguntit lelaki itu untuk mengetahui dimana ia tinggal.

Tampaklah lelaki itu memasuki sebuah rumah. Terlihat rumah itu biasa-biasa saja alias memiliki kesamaan dengan rumah-rumah di sekitarnya. Tak ada yang istimewa dengan rumah itu. Ketika lelaki itu sudah masuk ke rumahnya, para sahabat pun berusaha mengikutinya. Lalu, masuklah mereka ke rumah lelaki itu.

Assalaamu’alaikum” ucap sahabat di depan pintu.
Lelaki pemilik rumah itu langsung menjawab salam para sahabat dan menemuinya dengan ramah. Lalu, para sahabat pun bercerita tentang ucapan Nabi Muhammad SAW tadi. Tentunya para sahabat ingin menjadi ahli surga seperti lelaki itu. Agar dapat mengetahui kebiasaan-kebiasaan harian yang dilakukan lelaki itu, mereka - para sahabat itu - ingin tinggal selama tiga hari di rumah lelaki itu. Dan lelaki pemilik rumah itu mengizinkannya.

Hari pertama para sahabat tinggal di rumah lelaki itu, tak ada satu pun kebiasaan istimewa yang dilakukan lelaki itu. Shalat, mengaji, dzikir, sedekah, dan semua kebiasaan harian dilakukan biasa-biasa saja. Shalat ia lakukan di masjid seperti umumnya. Mengaji juga dilakukan hanya beberapa waktu. Dzikir juga dilakukan usai shalat fardlu. Sedekah dilakukan jika memiliki cukup harga. Tidak ada satu pun kebiasaan istimewa yang terlihat.

Semua yang dilihat dan diperhatikan hari pertama terjadi lagi pada hari kedua dan ketiga. Tidak ada satu pun kegiatan istimewa yang dilakukan lelaki itu. Semua berjalan biasa-biasa saja. Lalu, mengapa Rasulullah SAW mengatakan bahwa lelaki itu menjadi ahli surga? Apa yang menjadikannya sehingga menjadi lelaki yang begitu istimewa hingga seorang Muhammad SAW berani menjamin surga baginya?

Karena sudah tiga hari tinggal bersama dengan lelaki itu, para sahabat pun berusaha menggali informasi. Ketika kesempatan itu datang, para sahabat pun berkata kepada lelaki itu, “Wahai si Fulan, selama tiga hari kami sudah tinggal bersama Anda. Namun, kami tidak menemukan satu pun keistimewaan pada diri Anda. Lalu, mengapa sehingga Rasulullah SAW menyebutmu sebagai ahli surga?”

Mendengar pertanyaan para sahabat, lelaki itu pun menjawab bahwa dirinya dijamin menjadi ahli surga karena ikhlas menerima keadaan dan tidak memiliki sifat iri, apalagi dengki, sama sekali.

“Meskipun kehidupan keluarga kami seperti ini, kami menerima keadaan ini sebagai anugerah kami. Meskipun tetangga kami berkehidupan lebih baik daripada kami, itu sudah menjadi rezekinya. Dan kami menjauhi sifat iri kepadanya, apalagi dengki!”


Tiada ulasan: