Saudaraku yang dimuliakan Allah! Setiap orang pasti akan mati.
Sayangnya, banyak orang-orang yang tidak sadar bahwa mereka hidup di dunia ini hanya sesaat, mereka menyangka hidup ini akan terus menerus tidak ada kemantian. Kehidupan makhluk di dunia ini tidak kekal.
Setiap kehidupan pasti diakhiri dengan kematian. Umur manusia tidak ada yang tahu kecuali Allah. Berapa banyak kita dengar berita orang meninggal secara tiba-tiba. Kalau sudah waktunya, mau tak mau harus menghadapi hal yang namanya kematian.
Maut dalam bahasa artinya mati atau terpisahnya ruh dari jasad atau badan.
Ruh dalam bahasa artinya jirim atau dzat yang tidak dapat dilihat atau diraba.
Sedangkan ruh atau jirim ini adalah makhluk yang kekal tapi ada yang mengkekalkanya yaitu Allah yang Maha Kekal.
Ruh adalah makhluk ghaib, makanya disaat keluarnya ruh dari jasad tidak ada seorangpun yang mengetahuinya.
Ruh bukan benda atau materi, makanya ia tidak terkena hukum kehancuran. Jika seseorang mati jasadnya hancur dimakan tanah di pekuburan, tapi ruhnya tidak mati, ia berpindah dari satu alam ke alam yang baru, dari alam dunia ke alam akhirat, ke alam ghaib yang disebut alam Barzakh “Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan “ Al-Mu’minun 100. jadi, dzat yang ghaib seperti ruh tempatnya di alam yang ghaib pula.
Menurut pendapat ahli tafsir, makna alam barzakh ialah suatu tempat di antara dunia dan akhirat sebelum manusia dikumpulkan di padang Mahsyar setelah hari kebangkitan atau boleh juga dikatakan alam barzakh adalah dinding pembatas antara waktu setelah kematian seseorang sehingga waktu dibangkitkannya.
Jadi siapa yang mati bermakna dia telah memasuki alam barzakh atau alam kubur.
Maut bukan akhir dari kehidupan. Maut adalah adalah awal kehidupan yang baru.
Jadi maut bukan kesudahan, kehancuran atau kemusnahan. Maut adalah suatu peralihan dari suatu dunia ke dunia lainnya. Jadi, kematian tidak bisa dihindari dari seseorang. Tetapi harus dihadapi.
Yang ditakutkan manusia bukan menghadapi kematian, tapi apa yang akan dihadapi setelah kematian itu datang.
Oleh karena itu orang yang semasa hidupnya banyak menabur dan menanam kebaikan, maka kematian baginya adalah sebuah pintu yang membawanya masuk kedalam kehidupan baru yang jauh lebih baik dan lebih indah dari kehidupan di dunia.
Itulah yang diyakini orang yang beriman dan sering berbuat baik, baginya kematian itu akan mengantarkan mereka ke taman surga Firdaus yang mengalir di bawahnya sungai sungai, sehingga kematian bagi mereka tidak terasa. Maka hadapilah kematian dengan iman, dan lakukanlah kebaikan sebelum kematian itu tiba.
Saudaraku yang dimuliakan Allah! Tentu sebelum datang kematian, manusia pasti mengalami sakaratul maut, artinya saat saat terpisahnya jasad dengan ruh.
Tatkala ajal seorang hamba telah sampai pada waktunya pasti dia akan merasakan dahsyat, ngeri, dan sakit yang luar biasa karena sakaratul maut, kecuali hamba-hamba-Nya yang diistimewakan.
Mereka tidak akan merasakan sakaratul maut kecuali sangat ringan. Sebagaimana firman Allah “Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari darinya.” (Qaf: 19)
Rasa sakit sakaratul maut pasti akan dialami setiap manusia, dengan berbagai macam tingkat rasa sakit, ini terkait dengan tingkat keimanan atau kezhaliman seseorang selama ia hidup.
Oleh karena itu, tatkala Nabi saw menghadapi sakaratul maut, beliau berusaha menenangkan dirinya dengan mengusap wajah beliau dengan tangannya yang telah dicelupkan ke dalam bejana berisi air. Beliau mengusap wajahnya berkali-kali, sambil bersabda: “Tiada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah. Sesungguhnya kematian itu disertai oleh rasa pedih (sakarat).” (Riwayat Imam Bukhari)
“Demi Allah, seandainya jenazah yang sedang kalian tangisi bisa berbicara sekejap saja, lalu menceritakan (pengalaman sakaratul mautnya) pada kalian, niscaya kalian akan melupakan jenazah tersebut, dan mulai menangisi diri kalian sendiri.”. Itu menurut gambaran Imam Ghozali tentang sakaratul maut.
Adapun menurut Nabi saw “Kematian yang paling ringan ibarat sebatang pohon penuh duri yang menancap di selembar kain sutera. Apakah batang pohon duri itu dapat diambil tanpa membawa serta bagian kain sutera yang tersobek ?” (Riwayat Imam Bukhari)
Saudaraku yang dicintai Allah! Bila demikian dahsyatnya rasa sakit yang menimpa seorang mukmin ketika menghadapi sakaratul maut, maka bagaimana dengan diri kita?
Betapa banyak dosa dan kemaksiatan yang menodai lembaran amal kita? Maka salah satu cara yang baik untuk menghadapai rasanya sakaratul maut dengan tenang, adalah dengan bertaubat dari kemaksiatan dan beristiqamah dalam ketaatan?
Simaklah kelanjutan hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dan Ibnu Majah yang menggambarkan saat saat seorang mukmin akan dicabut ruhnya oleh malaikat dan bagaimana saat saat seorang kafir akan mati:
Sesungguhnya bila seorang yang beriman hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Wajah mereka putih bercahaya bagaikan matahari. Mereka membawa kain kafan dan wewangian dari surga. Selanjutnya mereka akan duduk sejauh mata memandang dari orang tersebut. Pada saat itulah Malaikat Maut menghampirinya dan duduk di dekat kepalanya.
Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang baik, cepatlah keluar dari ragamu menuju kepada ampunan dan keridhaan Allah.”
Segera ruh orang mukmin itu keluar dengan begitu mudah bagaikan air yang mengalir dari mulut kendi. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat maut menyambutnya.
Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangan Malaikat Maut.
Para malaikat segera mengambil ruh orang mukmin itu dan membungkusnya dengan kain kafan dan wewangian yang telah mereka bawa dari surga.
Dari wewangian ini akan tercium semerbak bau harum, bagaikan bau minyak misik yang paling harum yang pernah ada di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruhnya itu naik ke langit. ketika para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, mereka bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu harum.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: “Ini adalah ruh Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terbaik yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya).”
Itulah gambaran seorang mukmin saat saat akan dicabut ruhnya oleh malaikat, dan sekarang silahkan menyimak bagaimana malaikat mencabut ruh seorang kafir.
Pada riwayat lain: Bila orang jahat hendak meninggal dunia dan memasuki kehidupan akhirat, ia didatangi oleh segerombol malaikat dari langit. Mereka berwajah hitam kelam, membawa kain yang kasar, dan selanjutnya mereka duduk darinya sejauh mata memandang. Pada saat itulah Malaikat Maut menghampirinya dan duduk di dekat kepalanya. Setibanya Malaikat Maut, ia segera berkata: “Wahai jiwa yang buruk, cepatlah engkau keluar dari ragamu menuju kepada kebencian dan kemurkaan Allah.” Lalu ruh orang jahat itu menyebar ke seluruh raganya. Tanpa menunda-nunda malaikat maut segera mencabut ruhnya dengan kasar, bagaikan mencabut kawat bergerigi dari bulu domba yang basah. Begitu ruhnya telah keluar, segera Malaikat Maut menyambutnya.
Dan bila ruhnya telah berada di tangan Malaikat Maut, para malaikat yang telah terlebih dahulu duduk sejauh mata memandang tidak membiarkanya sekejappun berada di tangannya. Para malaikat segera mengambil ruh orang jahat itu dan membungkusnya dengan kain kasar yang telah mereka bawa. Dari kain itu tercium bau busuk bagaikan bau bangkai paling menyengat yang pernah tercium di dunia. Selanjutnya para malaikat akan membawa ruh itu naik ke langit. Ketika para malaikat itu melintasi segerombolan malaikat lainnya, mereka bertanya: “Ruh siapakah ini, begitu busuk.” Malaikat pembawa ruh itupun menjawab: “Ini adalah ruh Fulan bin Fulan (disebut dengan namanya yang terburuk yang dahulu semasa hidup di dunia ia pernah dipanggil dengannya”
Itulah gambaran saat saat mausia akan meninggal. Maka agar hati hati kita menjadi lunak dan keimanan kita bertambah untuk menerima dan mengamalkan kebenaran, Habib Abdullah Alhaddad dalam kitabnya ”an-Nashaih ad-Diniyyah” selalu mengajarkan kita agar kita sering-sering mengigatkan diri kita akan kematian, mengingatkan kita agar selalu menyebut nyebut hadzimul ladzat yaitu pemisah kelezatan yang dimaksudkan disini adalah kematian dan kuburan.
Karena ini merupakan akhir perjalanan manusia, cepat atau lambat kita pasti menjadi salah seorang dari penghuni kuburan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan