Catatan Popular

Jumaat, 2 Mac 2018

BELAJAR IKHLAS DARI SYEIKH ALI ZAINAL ABIDIN RAHIMULLAH


       Hari itu, mendung kesedihan menyelimuti kota di mana Ali bin Husein tinggal. Penduduk kota kehilangan salah satu manusia shalih yang pernah hidup di dunia ini. Beliau adalah salah seorang tabi’in panutan di zamannya.

Selain karena garis keturunannya yang masih memiliki hubungan darah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau juga tersohor akan keluhuran budi pekertinya yang begitu harum nan semerbak, siap memikat siapa saja yang pernah mengenalnya. Beliau adalah sosok yang telah mendapat tempaan khusus dari lingkungannya yang suci.

Sosok yang membalas keburukan tidak dengan keburukan tapi dengan kebaikan. Sosok yang apabila orang melihatnya niscaya ia akan berkata dalam hatinya, “Inilah keturunan Nabi yang sesungguhnya!”. Orang itu tidak lain adalah Ali bin Husein atau yang lebih dikenal sebagai Ali Zainal Abidin.
      Sebagaimana lazimnya seorang muslim ketika meninggal dunia, maka orang-orang muslim lainnya segera mengurus jenazahnya. Jasad mulia beliau diletakkan di tempat khusus untuk dimandikan. Orang-orang yang bertugas memandikan jenazah beliau pun telah siap untuk melaksanakan kewajibannya sebagai umat muslim jika ada saudara seagamanya yang meninggalkan dunia ini.
      Tatkala jenazah beliau diletakkan di tempat khusus untuk dimandikan, dan orang-orang bersiap untuk memandikannya, terjadilah kehebohan yang luar biasa, “Apa ini…!?” Kata mereka secara serempak.
        Secara mengejutkan mata para petugas yang akan memandikannya terbelalak kaget melihat warna hitam di punggung Ali Zainal Abidin. Sungguh hal yang tidak lazim sekali. Pertanda apakah ini? Apakah bekas hitam yang mereka temukan di punggung beliau mengisyaratkan bahwa beliau wafat dalam keadaan dimurkai oleh Allah, sebagaimana yang banyak dikira oleh masyarakat awam? Tapi Ah.. mana mungkin kalau ini yang terjadi kepada orang seperti beliau. Lantas, kenapa punggung beliau berwarna aneh seperti itu…
      Ternyata, tatkala malam telah menyelimuti bumi, kala mata manusia telah hanyut dalam tidurnya, ada seseorang yang selalu menyusuri jalan di kota Madinah. Punggungnya yang lemah ia paksakan untuk mengangkut beban berat berupa karung yang berisi bahan makanan.

Secara diam-diam sosok misterius itu meletakkan bungkusan berisi bahan makanan di depan rumah penduduk yang ia anggap sebagai orang miskin namun ia menjaga dirinya dari menengadahkan tangan kepada orang lain. Hal ini berlangsung terus-menerus tanpa ada seorang pun yang mengetahui siapa pelakunya. Dan banyak sekali orang-orang miskin yang terbantu oleh perbuatan mulia sosok misterius ini.
       Hingga suatu ketika. Tersiar kabar bahwa tokoh panutan mereka, Ali Zainal Abidin, meninggal dunia, maka bahan makanan yang secara misterius selalu ada di depan rumah mereka kini tidak pernah muncul lagi.
Ketika para petugas yang akan memandikan jenazah beliau keheranan melihat bekas hitam di punggungnya, sadarlah penduduk kota siapa sesunggguhnya pahlawan misterius yang selalu memberikan orang-orang miskin bantuan bahan pangan di malam hari secara diam-diam.

Ternyata warna hitam di punggung Ali Zainal Abidin disebabkan karena saking seringnya beliau membawa karung di punggungnya lalu membawanya mengelilingi kota setiap malam untuk membagi-bagikan bahan makanan kepada orang yang membutuhkan.

Beban berat inilah yang akhirnya membekas di punggung beliau. Kini, masyarakat Madinah kehilangan sosok itu. Sosok yang telah memberikan bantuan tanpa pamrih kepada banyak keluarga di kota Madinah. Sosok yang mengamalkan ajaran kakeknya yang mengajarkan; apabila tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu…


Tiada ulasan: