Hari itu, mendung kesedihan menyelimuti kota di mana Ali bin Husein
tinggal. Penduduk kota kehilangan salah satu manusia shalih yang pernah hidup
di dunia ini. Beliau adalah salah seorang tabi’in panutan di zamannya.
Selain karena garis keturunannya yang masih memiliki hubungan darah
dengan Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam, beliau juga tersohor akan keluhuran budi
pekertinya yang begitu harum nan semerbak, siap memikat siapa saja yang pernah
mengenalnya. Beliau adalah sosok yang telah mendapat tempaan khusus dari
lingkungannya yang suci.
Sosok yang membalas keburukan tidak dengan keburukan tapi dengan
kebaikan. Sosok yang apabila orang melihatnya niscaya ia akan berkata dalam
hatinya, “Inilah keturunan Nabi yang sesungguhnya!”. Orang itu tidak lain
adalah Ali bin Husein atau yang lebih dikenal sebagai Ali Zainal Abidin.
Sebagaimana lazimnya seorang muslim ketika
meninggal dunia, maka orang-orang muslim lainnya segera mengurus jenazahnya. Jasad
mulia beliau diletakkan di tempat khusus untuk dimandikan. Orang-orang yang
bertugas memandikan jenazah beliau pun telah siap untuk melaksanakan
kewajibannya sebagai umat muslim jika ada saudara seagamanya yang meninggalkan
dunia ini.
Tatkala jenazah beliau diletakkan di tempat
khusus untuk dimandikan, dan orang-orang bersiap untuk memandikannya,
terjadilah kehebohan yang luar biasa, “Apa ini…!?” Kata mereka secara
serempak.
Secara mengejutkan mata para petugas
yang akan memandikannya terbelalak kaget melihat warna hitam di punggung Ali
Zainal Abidin. Sungguh hal yang tidak lazim sekali. Pertanda apakah ini? Apakah
bekas hitam yang mereka temukan di punggung beliau mengisyaratkan bahwa beliau
wafat dalam keadaan dimurkai oleh Allah, sebagaimana yang banyak dikira oleh
masyarakat awam? Tapi Ah..
mana mungkin kalau ini yang terjadi kepada orang seperti beliau. Lantas, kenapa
punggung beliau berwarna aneh seperti itu…
Ternyata, tatkala malam telah menyelimuti
bumi, kala mata manusia telah hanyut dalam tidurnya, ada seseorang yang selalu
menyusuri jalan di kota Madinah. Punggungnya yang lemah ia paksakan untuk
mengangkut beban berat berupa karung yang berisi bahan makanan.
Secara diam-diam sosok misterius itu meletakkan bungkusan berisi bahan
makanan di depan rumah penduduk yang ia anggap sebagai orang miskin namun ia
menjaga dirinya dari menengadahkan tangan kepada orang lain. Hal ini
berlangsung terus-menerus tanpa ada seorang pun yang mengetahui siapa
pelakunya. Dan banyak sekali orang-orang miskin yang terbantu oleh perbuatan
mulia sosok misterius ini.
Hingga suatu ketika. Tersiar kabar bahwa
tokoh panutan mereka, Ali Zainal Abidin, meninggal dunia, maka bahan makanan
yang secara misterius selalu ada di depan rumah mereka kini tidak pernah muncul
lagi.
Ketika para petugas yang akan memandikan jenazah beliau keheranan
melihat bekas hitam di punggungnya, sadarlah penduduk kota siapa sesunggguhnya
pahlawan misterius yang selalu memberikan orang-orang miskin bantuan bahan
pangan di malam hari secara diam-diam.
Ternyata warna hitam di punggung Ali Zainal Abidin disebabkan karena
saking seringnya beliau membawa karung di punggungnya lalu membawanya
mengelilingi kota setiap malam untuk membagi-bagikan bahan makanan kepada orang
yang membutuhkan.
Beban berat inilah yang akhirnya membekas di punggung beliau. Kini, masyarakat
Madinah kehilangan sosok itu. Sosok yang telah memberikan bantuan tanpa pamrih
kepada banyak keluarga di kota Madinah. Sosok yang mengamalkan ajaran kakeknya
yang mengajarkan; apabila tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu…
Tiada ulasan:
Catat Ulasan