Imam Ahmad Syihabuddin
Bin Salamah Al-Qulyuby.
Dikisahkan :
bahwasanya pada zaman Malik bin Dinar ada dua orang majusi yang menyembah api.
Yang kecil berkata pada saudaranya yang besar : “ Hai saudaraku. Bahwasanya
kamu telah menyembah api ini selama 63 tahun dan aku menyembah api selama 35
tahun. “
“Mari kita lihat
apakah ia membakar kita seperti ia membakar selain kita yakni orang yang tidak
menyembahnya ( api )?. Apabila ia tidak membakar kita maka kita meyembahnya dan
jika ia membakar kita maka kita tidak meyembahnya. “
Kemudian mereka
menyalakan api , lalu yang kecil berkata pada saudaranya yang besar : “ Apakah
kamu yang akan meletakkan tanganmu sebelum aku atau aku yang meletakkan
tanganku sebelum kamu ?. lalu yang besar berkata : “letakkanlah tanganmu “ yang
kecilpun meletakkan tangannya.
Maka terbakarlah
jari-jarinya, ia pun segera menarik tangannya seraya berkata : “Ah…, aku
meyembahmu sekian tahun dan kamu menyakitiku”. Lalu ia berkata : “Ya saudaraku
mri kita sembah Dzat yang meskipun kita berbuat dosa dan meninggalkannya selama
500 tahun kemudian dia mengampuni kita hanya dengan taat satu saat ataupun
istighfar satu kali”.
Saudaranya menjawab
hal tersebut dan berkata : “Ayo kita pergi kepada orang yang bisa menunjukkan
kita pada jalan yang benar”. Mereka sepakat untuk pergi ke Malik bin Dinar.
Kemudian mereka menuju ke Malik bin Dinar dan menemukannya dikerumunan
orang-orang Basrah sedang duduk untuk menghormati
orang umum.
Ketika mereka
melihat Malik saudara yang besar berkata pada saudaranya : “Telah jelas bagiku
aku tidak Islam dan telah melewatkan banyak umurku dalam beribadah pada api.
Maka ketika aku masuk Islam keluargaku melihat denga mencaciku dan api senang
pada orang yang mencaciku. Lalu saudaranya yang kecil berkata kepadanya :
“jangan kau lakukan. Karena sesungguhnya cacian mereka akan berlalu dan api itu
selamanya tidak hilang”. Lalu ia tidak mendengar. Kemudian ia berkata keda
kakaknya : “ terserah kamu hai syakiy ( celaka ).
Lalu yang besar
pulang sedangkan yang kecil pergi ke raja Malik bin Dinar bersama anak-anak dan
wanitanya dan duduk didekat Malik bin Dinar sampai tempat duduknya kosong. Lalu
ia bediri dan menceritakan kisahnya pada Malik bin Dinar serta meminta untuk menjelaskan padanya, anak-anaknya dan istrinya tentang Islam.
Kemudian jelaslah pada mereka tentang Islam.
Kemudian seorang
pemuda mengaharapkan untuk pulang pada keluarganya. Raja berkata padanya :
“Sampai aku mengumpulkan ssuatu dari sahabatku untukmu”. Pemuda menjawab : “
Aku tidak mengharapkan apa-apa”.
Lalu ia pergi dan
masuk ketempat reruntuhan. Menemukan
rumah yang ramai kemudian ia masuk kedalamnya. Ketika menjelang pagi
istrinya berkata : “ Pergilah kepasar dan carilah pekerjaan serta belilah untuk
kami sesuatu yang bisa kami makan dengan upahmu. Kemudian ia pergi kepasar dan
tak seorangpun memberikan pekerjaan padanya.
Lalu ia berkata
didalam hatinya : “ Aku beramal untuk Allah. Lalu ia masuk pada tempat
reruntuhan yang lain dan sholat di dalamnya sampai maghrib, lalu ia pulang
kerumahnya dengan tangan kosong. Istrinya berkata pada laki-laki tersebut :
“Kamu tidak membawakan kami sesuatupun ?. Laki-laki itu menjawab : “ Aku
beramal untuk raja ( Allah ) sehari dan ia tida memberiku sesuatu”.
Dan berkata : “
akan ku beri kau besok”. Kemudian mereka tidur dengan keadaan lapar.
Ketika sudah pagi laki-laki tersebut
pergi ke pasar dan tidak mendapatkan pekerjaan, lalu ia melakukan seperti yang
ia lakukan kemarin sore dan pulang pada istrinya dengan tangan kosong. Ia
berkata pada istrinya : “ Bahwasanya raja berjanji padaku sampai hari jum’at”.
Ketika telah
memasuki waktu pagi hari jum’at ia pergi kepasar dan tidak mendapatkan
pekerjaan, lalu ia melakukan seperti yang ia lakukan sebelumnya. Kemudian pada
sutu siang hari yang lain ia sholat dua rakaat, mengangkat tangannya
kelangit dan berkata : “Ya Rab. Jika
kamu memulyakanku dengan Islam dan memahkotaiku dengan mahkota petunjuk, maka
dengan kemulyaan agama ini dan kemulyaan hari yang diberkahi ini, hilangkanlah
dari hatiku rasa ingin menafaqohi keluargaku sementara aku malu pada keluargaku
dan takut kalau keadaan mereka berubah karena baru masuk Islam. Kemudian ketika
menjelang pagi dan masuk waktu dhuhur, laki-laki itu pergi ke masjid.
Rasa laparpun
menguasai anak-anaknya lalu dating sesorang kerumahnya dan mengetuk pintu.
Kemudian perempuan itu keluar dan bertemu pemuda yang tampan yang pada
tangannya terdapat nampan dari emas yang ditutupi sapu tangan dari emas. Lalu pemuda tadi berkata pada perempuan itu :
“Ambillah ini dan katakana pada suamimu ucapanku : “Ini adalah upah amalmu selama dua hari, jika kamu mengharapkan
tambaha maka akanku tambah”. Perempuan tadi menerima nampan tadi lalu tiba-tiba
didalamnya terdapat seratus dinar. Lantas perempuan tadi mengambil satu dinar
dan pergi ke Syairafi. Ada dua nasrani dalam Syairafi itu.
Nasrani tadi
menimbang dinar dan menambah satu dan dua batu timbangan, dan melihat ukirannya
dan diketahui bahwa dinar tadi dari petunjuk akhirat. Nasrani bekata pada
perempuan tadi : “dari mana dan dimana kamu mendapatkan ini ?” lalu perempuan
tadi menceritakan kisahnya. Nasrani berkata pada perempuan tadi : “ Aku
berpaling dari Islam lalu akau masuk Islam”.
Kemudian nasrani
memaksa perempuan tadi untuk menerima seribu dinar dan berkata : “Belanjakanlah
dan ketika habis beritahulah aku”. Lalu perempuan tadi mengambil dinar darinya
dan membuat makanan yang enak. Ketika suaminya sholat maghrib dan berharap akan
pulang kerumahnya dengan tangan kosong, ia membentangkan karung dan sholat dua
rakaat serta memenuhi karung dengan debu dan berkata dalam hatinya : “Ketika
istriku bertanya kepadaku aku akan berkata kepadanya : “Ini tepung, kamu buatlah
sesuatu dengan tepung ini”. Lalu laki- laki itu pulang kerumahnya dan menemukan
perabot rumah yang bagus dan mencium bau makanan.
Lalu ia meletakkan
karung pada pintu supaya istrinya tidak mengetahui karung tersebut. Kemudian ia
bertanya pada istinya tentang keadaan dan
tentang perkara yang ia lihat ditempat tinggalnya. Istrinya menceritakan
ceritanya pada laki-laki tadi. Lantas si laki-laki tadi sujud syukur karena
Allah. Lalu perempuan itu bertanya pada suaminya tentang sesuatu yang di bawa
suaminya dalam karung. Laki-laki tadi berkata pada istrinya : “Kamu tidak usah
bertanya padaku tentang sesuatu itu” lalu laki-laki tadi pergi ke tempat ia
meletakkan karung dan berniat akan membuang debu yang ada di dalamnya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan