Catatan Popular

Isnin, 28 Jun 2021

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN 45. MENGENAI KEPUASAN (RIDHA)

Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya  Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI


Al-Junaid berkata : “Kepuasana adalah melepaskan kehendak bebas.” Al-Harits al-

Muhasibi berkata : “Kepuasan adalah tenteramnya hati di bawah ketetapan takdir.”

Dzu’l-Nun berkata : “Kepuasan adalah kesenangan hati di jalan takdir.” Ruwaim berkata : “Kepuasan adalah mengharapkan ketetapan (Tuhan) dengan senang hati.”

Ibn Atha berkata : “Kepuasan adah penghargaan hati untuk apa yang telah dipilih Tuhan bagi hamba-Nya sejak mula-mula sekali, sebab apa yang telah dipilih oleh-Nya bagi dia adalah yang terbaik.”

Sufyan berkata kepada Rabi’ah : “Wahai Tuhan, puaslah dengan diriku.” Wanita itu berkata kepadanya : “Apakah engkau tidak malu meminta kepuasan dari Dia yang kepadanya engkau sendiri merasa tidak puas?”

Sahl berkata : “Kalau kepuasan itu disatukan dengan keridhaan (Tuhan), barulah kepuasan itu kekal; dan ‘Untuk mereka kebahagiaan dan tempat kembali terbaik di akhirat.”

Dia menunjuk kepada firman Tuhan dalam kata-kata itu : “Allah Ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah.” Perkataan ini berarti bahwa kepuasan di dunia dalam menerima ketentuan (Yuhan) akam mewarisi keraidhaan (Tuhan) di dunia mendatang bersama apa yang telah dicatat oleh pena-pena itu.

Tuhan berfirman : “Demikianlah, telah berlaku keputusan Allah terhadap para hamba-Nya dengan adil. Maka berkumandanglah ucapan : “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam!.” Ini merupakan pernyataan orang-orang bertuhan ssatu dari kedua pihak, yaitu para penghuni surga dan penghuni neraka; sedang bagi orang-orang kafir, mereka tidak dijinkan menyuarakan “pujian” sebab, mereka diselubungi.

Puisi al-Nuri berikut ini sungguh sangat mengena.

Ah, kepuasan itu adalah minuman yang pahit

Dierguk oleh kesenangan, kala hidup menjadi huru-hara gelap.

Diambil untuk kegembiraan; tapi dia

Mengungkap hal-hal yang paling suci,

Bahkan di hadirat Tuhan. Selalu binatang yang mandul itu.

Yang paling serakah di padang gembalaan.

 

Tiada ulasan: