Catatan Popular

Isnin, 28 Jun 2021

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN 63.AJARAN KAUM SUFI MENGENAI YANG MENCARI DAN YANG DICARI

Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI

 

Yang mencari itu dalam kenyataanya adalah yang dicari, dan Yang Dicari Yang Mencari; sebab orang yang mencari Tuhan itu hanya mencari-Nya karena mula-mula Tuhan mencarinya lebih dulu. Maka Tuhan berkata : “Dia mencintai mereka, dan mereka mencintai-Nya.”

Dan lagi : “Allah senang kepada mereka dan mereka pun senang pula kepada Allah>” dan agi : “Kemudian Allah menerima tobat mereka, agar mereka selalu kembali kepada-Nya” Pencarian-Nya akan mereka merupakan penyebab pencarian mereka akan Dia; sebab penyebab dari segala sesuatu itu adalah tindakan-tindakan Tuhan, sedang tindakan-tindakan-Nya tidak bersebab. Jika Tuhan mencari seseorang, tidak akan mungkin bagi orang itu untuk tidak mencari Tuhan; Maka Tuhan telah membuat orang yang mencari menjadi yang dicari. Yang Dicari menjadi Yang Mencari. Sekali pun begitu (dalam bahasa orang-orang sufi), orang yang mencari adalah yang tindakannya mendahului perkataannya, sedang yang dicari adalh dia yang perkataannya mendahului tindakannya.

Orang yang mencari itu dilukiskan dalam firman Tuhan : “Orang-orang yang berjuang di pihak Kami akan Kami tunjuki jalan-jalan Kami” Orang semacam itulah yang dicari Tuhan, Yang memalingkan hatinya dan menanamkan di dalamnya suatu karunia, untuk menggerakan hatinya agar berjuang demi Dia dan berpaling kapda-Nya serta mencari-Nya.

Lalu Dia ungapkan baginya keadaan kejiwaan itu. Begitulah halnya dengan haritsah, yang berkata : “Aku memalingkan diriku dari dunia ini, dan berpuasa di siang hari serta berjaga di malam hari” lalu dia berkata : “Dan seolah-oleh aku melihat Singgasana Tuhan tampi.” Dengan kata-kata ini dia menunjukan bahwa ilham dari yang tak terlihat itu mendatangi dirinya, setelah dia berpaling dari dunia ini. Orang yang “dicari” sebaliknya, dijauhkan secara paksa dari dunia ini oleh Tuhan, dan diungkapkan baginya keadaan itu, sehingga lewat kekuatan pewawasan itu dia bisa digerakan untuk berjuang demi Tuhan-nya, dan berrpaling kepaa-Nya serta menanggung beban yang ditempatkan oleh Tuhan atas dirinya. Maka begitulah halnya dengan kemampuan sihir Fir’aun sebab mereka berkata : “Kami tidak akan mengutamakan daripada keterangan-keterangan nyata .... Karena itu hukumlah kamu sesuka hatimu.”

Begitu pula halnya dengan Umar ibn Al-Khattab. Ketika dia datang untuk membunuh Nabi; sebab Tuhan mencegahnya dalam perjalanannya. Sama halnya juga kisah Ibrahim ibn Adham, dia pergi untuk memburu kesenangan, dan sebuah suara memanggilnya, berkata : “Bukan untuk ini kamu diciptakan, dan bukan untuk ini kamu diperintah.” Dua kali suara itu memanggilnya, dan pada kali ketiga panggilan itu datang dari bagian depan sadel kudanya. Lalu dia berkata : “Demi Tuhan, aku tidak akan ingkar dari Tuhan sesudah ini, sepanjang Tuhanku selalu melindungiku dari dosa.” Maka inilah yang dimaksudkan dengan “dijauhkan secara paksa.” Orang-orang ini diberi ilham mengenai keadaan kejiwaan, dan dengan begitu dijauhkan dari keinginan-keinginan dan kekayaan-kekayaan duniawi mereka. Ahli Hukum Abu Abdillah al-Baraqi pernah mengutip puisi, karangannya sendiri, ini untuk saya :

Hati si pencari itu tertancap dalam kesucian,

Dan hasrat itu membawa langkahnya menuju setiap celah pegunungan;

Ke sepanjang lembah mana pun tujuannya,

Tempatnya satu-satunya adalah Tuhan segala manusia.

Dia membayar dengan kesucian, dengan cara suci pula,

Dan kesucianlah yang dibawa ke dalam hati oleh lentera,

Yang dicarinya adalah tempat tinggal Sang Pencari:

Lipat tigalah rahmat si pencari yang dicari!.

Tiada ulasan: