Catatan Popular

Isnin, 28 Jun 2021

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN 60.AJARAN KAUM SUFI MENGENAI HAKIKAT MA’RIFAT

Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI

Salah seorang Syeikh berkata : “Ma’rifat terdiri atas dua jenis; Ma’rifat kebenaran dan ma’rifat hakikat.

Ma’rifat kebenaran merupakan penegasan Keesaan Tuhan atas sifat-sifat yang dikemukakan-Nya. Sedang ma’rifat hakikat adalah ma’rifat yang tidak bisa dicapai dengan alat apa pun, disebabkan oleh sifat (Tuhan) yang tak dapat ditembus dan tahkik ketuhanan-(Nya) mustahil dipahami; Tuhan berfirman : “Sedang pengetahuan mereka tidak dapat menjangkau-Nya.” Dia adalah Yang Tak Dapat Ditembus, Hakikat yang gelar-gelar dan sifat-sifatnya tak dapat dilihat.”

Salah seorang tokoh Sufi berkata : “Ma’rifat adalah panggilan hati lewat berbagai tafakur untuk menghayati ekstase-ekstase yang ditimbulkan oleh kegiatan zikir, sesuai dengan tanda-tanda pengungkapan (hakikat) yang berurutan.” Maksudnya, hati menyaksikan kekuasaan-Nya, dan merasakan besarnya kebesaran Tuhan dan Mulia-Nya, Kehebatan-Nya, yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Al-Nunaid ditanya : “Apakah ma’rifat itu? Dia menjawab : “Ma’rifat adalah beradanya hati di antara pernyataan kebesaran Tuhan yang tak bisa dipahami dan pernyataan kehebatan-Nya yang tak bisa dirasakan.”

Pada saat lain dia ditanya dengan pertanyaan yang sama dan dia menjawab : “Ma’rifat berarti mengetahui  bahwa apap pun yang engkau bayangkan dalam hatimu, Tuhan merupakan kebalikannya. Kenapa sampai terjadi kekacauan itu! Tuhan tidak merupakan bagian dari orang mana pun, dan orang itu tidak merupakan bagian dari Tuhan. Dia, adalah suatu kemaujudan yang bergerak ke sana ke mari di dalam ketiadaan. Ungkapan itu tidak ditujukan untuk Dia; Seba makhluk-makhluk itu didhului oleh sesuatu, dan yang didahului itu tidak dapat memahami yang mendahului.”

Arti kata-kata “Dia adalah suatu kemaujudan yang bergerak ke sana ke mari di dalam ketiadaan” adalah bahwa orang yang mengalami keadaan ini (adalah suatu maujud, dan seterusnya); dia (yaitu al-Junaid) berkata bahwa dia ada dalam padangan mata dan penglihatan, tapi tidak dalam pandangan gelar dan sifat.

Al-Junaid juga berkata : “Ma’rifat adalh pikiran yang mempersaksikan masalah-masalah mengenai kepulagan, dan bahwa ahli ma’rifat tidak memiliki kekuasaan, baik sehubungan dengan keberlebihan ataupun kelemahan.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa ahli ma’rifat tidak mempersaksikan sendiri keadaannya, melainkan pengetahuan Tuhan kan dirinya, dan bahwa kepulangannya adalah menuju tepat yang telah diadakan untuknya oleh Tuhan sejak sebelumnya, dan bahwa dia di awasi oleh (Tuhan) baik dalam ibadah maupun dalam kekuarangannya.

Salah seorang tokoh Sufi berkata : “Kalau ma’rifat masuk ke dalam hati, hati tidak mampu menanggungnya, ma’rifat bagaikan matahari yang sinarnya mencegah pelahitnya merasakan batas dan esensinya.”

Ibn al-farghani berkata : “Yang mengetahui bentuk (rasm) itu merasa bangga, yang mengetahui kesan (wasm) itu merasa bingung, yang mengetahui yang telah pergi sebelumnya merasa tidak berdaya, yang mentehaui Tuhan itu teguh, dan yang mengenal Yang Mahapengatur itu hina.” Yang dimaksudkannya adalah baha jika seseorang bersaksi atas dirinya sendiri bahwa dia melaksanakan tugas-tugasnya bagi Tuhan, da bertindak sia-sia, jika dia bersaksi atas apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepadanya sebelumnya, dia bingug, sebab dia tidak tahu tentang pengetahuan Tuhan mengenai dirinya, atau apa yang telah dituliskan oleh Pena mengenai dirinya, jika dia tahu bahwa apa yang telah ditakdirkan untuknya itu tidak dapat dimajukan atau dimundrkan, dia kurang pandai mencari; jika dia mengenal Tuhan, akan kekuasaan Tuhan atas dirinya, dan bahwa cukuplah Tuhan itu baginya, dia teguh dan tidak dibingungkan oleh hal-hal yang menakutkan atau oleh kebutuhan-kebutuhannya, dan jika ia tahu bahwa Tuhan menguasai segala urusannya, dia merendahkan dirinya di bawah ketetapan dan penilaian Tuhan.

 

Salah seorang tokoh besar Sufi berkata : “Jika Tuhan memberinya pengetahuan mengenai Dia, maka Dia menempatkan apdanya ma’rifat yang membuatnya tidak merasakan cinta, ketakutan, harapan, kemelaratan atau kekayan, sebab semua ini merupakan tujuan, dan Tuhan jauh dari itu.” Yang dimaksudkannya adalah bahwa dia merasakan keadaan-keadaan ini, sebab keadaan-keadaan itu merupakan gelar-gelarnya sendiri; dan gelar-gelarnya itu jauh dari cukup untuk mendapatkan apa yang merupakan hak Tuhan.

Puisi berikut ini dianggap sebagai karya salah seorang tokoh besar Sufi :

Engkaulah peindungku, Tuhan, dan penjagaku,

Engkau jauhkan aku dari wabah yang riuh;

Engkaulah harapanku di hadapan laan-lawanku,

Dan kalu aku haus, Engkau puaskan hausku,

Hamba Tuhan itu mengambil kuda, sebab dia berharap

Dapat mendaki tebing surga tertinggi yang rahasia,

Lalu, tenggelam dalam lorong tak berujung;

Dia pelajari setiap mukjizat yang dikandungnya.

Dia merobek perekat rahasia yang mengandung

Obat ajaib bagi hati dia yang mencintai;

Tapi ketika bertemu, dia begitu takjub

Hingga, walau masih hidup, tampak matilah dia.

Yang dimaksudkannya adalah bahwa dia begitu takjub dan bingung dikarenakan perasaan batinnya berupa penghormatan dan rasa terpesona akan Tuhan, sehingga ketika orang melihat dirinya, dia tampak bagaikan sudah mmati, meskipun dia masih hidup, dan meluruh dari memikirkan apa-apa yang menjadi miliknya, sebab dia tidak memiliki sendiri kekuatan untuk memajukan atau memundurkan (apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan).

 

Tiada ulasan: