Catatan Popular

Isnin, 28 Jun 2021

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN 51. MENGENAI CINTA (MAHABBAH)

Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI

Al-Junaid berkata : “Cinta adalah kecenderungan hati,” berarti bahwa cinta cenderung kepada Tuhan dan apa yang yang berhubungan dengan Tuhan, tanpa dipaksa,

Yang lain berkata : “Cinta adalah penyesuaian.” Yaitu kepatuhan terhadap apa yang diperintahkan oleh Tuhan, menjauhakn diri dari apa yang  dilarang oleh Tuhan, dan puas dengan apa yang ditetapkan dan diatur oleh-Nya.

 Muhammad ibn Ali al-Kattani berkata : “Cinta berarti lebih menyukai Kekasihnya.” Yang lain berkata : “Cinta berarti lebih menyukai apa yang dicintai untuk orang yang dicintainya.”

Abu Abddillah al-Nibaji berkata : “ Cinta adalah kesenangan jika  itu ditujukan kepda makhluk, dan pembinasaan jika itu ditujukan kepada Pencipta.” Yang dimaksudkannya dengan “pembinasaan” adalah, bahwa tidak da minat pribadi yang tinggal, baha cinta yang semacam itu tidak ada penyebabnya, dan baha si pecinta tidak bertahan lewat penyebab apa pun.

Sahl berkata : “Barang siapa mencintai Tuhan, dialah kehidupan; tapi barang siapa mencintai, maka dia tidak memiliki kehiduan.” Dengan kata-kata “Dialah kehidupan” yang dimaksudkannya adalah bahwa kehidupan itu serasi , sebab pecinta menemukan kesenangan di dalam segala sesuatu yang datang kepadanya dari kekasihnya, entah itu sesuatu yang mendatangkan  kebencian atau yang diinginkan; sedangkan dengan kata-kata “dia tidak memiliki kehidupan” yang dimaksudkannya adalah, karena dia selalu berusaha mencapai apa yang dicintainya, dan selalu takut kalau-kalau dia dihalangi untuk mencapainya, maka seluruh kehidupannya musnah. 

Salah seorang tokoh Sufi berkata : “Cinita adalah suatu kesenangan, dan dengan Tuhan tidak ada kesenangan; sebab keadaan-keadaan hakikat itu merupakan kekagetan, penyerahan dan kebingungan. Cinta manusia kepada Tuhan adalah suatu pemujaan yang bersemayam di dalam hati, dan penafian cinta kepada sesuatu selain Tuhan. Cinta Tuhan kepada manusia adalah bahwa Dia menyusahkannya, dan membuatnya tidak layak untuk apa pun kecuali untuk Dia.

Inilah arti firman Tuhan : “Dan aku telah memilihmu untuk-Ku.” Tapi kata-kata “membuatnya tidak layak untuk apa pun kecuali untuk Dia” berati, bahwa tidak ada bagian dirinya yang tinggal, yang memungkinkannya melakukan hal-hal lain, atau menaruh perhatian pada kondisi-kondisi material.

Salah seorang tokoh Sufi berkata : “Cinta itu ada dua macam : Cinta yang diakui, yang dimiliki oleh mereka yang terpilih dan orang-orang awam, dan cinta gairah dalam arti pencapaian. Sehubungan dengan yang kedua ini, tidak ada pertimbangan mengenai diri atau makhluk-makhluk lain, atau mengenai penyebab-penyebab sekunder atau kondisi-kondisi sekunder, sebab ada penyerapan tolak ke dalam perenungan tentang apa yang ada beserta Tuhan dan dari Tuhan.”

Salah seorang tokoh Sufi menggubah syair berikut ini :

Dengan dua jalan aku mencintai Engkau : secara egois,

Dan kemudian, dengan penghargaan terhadap-Mu.

Cinta dirilah yang telah menyiakanku..

Kecuali memikirkan Engkau dengan segenap pemikiran;

Cinta paling sucilah yang ada ketika Engkau bentangkan..

Slubung menutupi pandanganku yang terpesona.

Bukan keberatan atas puji yang begini atau begitu..

Milik-Mu adalah puji dua-duanya kuharap.

Ibn Abd al-Shamad berkata : “Cinta adalah yang mendatangkan kebutaan dan ketulian; Cinta membutakan segalanya kecuali terhadap Yang Dicinta, sehingga orang itu tidak melihat apapun kecuali Dia.

Nabi berkata : “Cintamu adalah sesuatu yang mendatangkan kebutaan dan ketulian.” Dia juga menyitir syair berikut ini :

Cinta membuatku tuli dari segala kecuali suara-Nya;

Pernahkah cinta se aneh ini?

Cinta membutakanku, dan hanya kepada-Nya semata aku memandang

Cinta membutakan, dan karena tersembunyi, membunuh..

Dia juga menyitir :

Ada kelebihan cinta

Yang tak bisa ditahan manusia, cinta membubung tinggi

Melebihi segala nilai, kala begitu banyak hal menakutkan

Turu, Atau biarkan diamenyamai yang dibawa oleh kemarahan

Dia akan gembira, atau biarkan dia melewati segala ukuran

Dia akan bersuka, dan menganggapnya kesenangan

Nah, orang-orang Sufi memang memiliki ungkapan-ungkapan khas dan istilah-istilah teknis tertentu yang mereka pahami di lingkungan mereka sendiri, tapi sangat jarang digunakan oleh orang lain. Kami akan terus menuliskan semuanya itu sepanjang masih sesuai, dengan memberi pelukisan arti-artinya dengan kata-kata atau ungkapan (frase).

Di sini semata-mata bertujuan memberi penjelasan mengenai arti beberapa ungkapan, bukan pengalaman yang diliputi ungkapan itu; sebab, pengalaman seperti itu disebutkan pun mustahil, apalagi dijelaskan. Esensi yang sesungguhnya dari keadaan-keadaan kejiwaan orang-oranng Sufi adalah sedemikian rupa, sehingga ungkapan-ungkapan itu saja tidak cukup untuk melukiskannya. Sekalipun begitu, ungkapan-ungkapan ini dipahami sepenuhnya oleh orang-orang yang telah mengalami keadaan-keadaan itu.

Tiada ulasan: