SYARAH GURU LANANG :
Menurut Kalam Hikmah ke 32 Al-Arifbillah Syeikh Ahmad
Ibnu Athaillah As kandary:
. - تَشَوُّفُكَ إلى ما بَطَنَ فيكَ مِنَ
العُيوبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّفِكَ إلى ما حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الغُيوبِ.
tasyawwu fuka
ilaa maabathana fiika minal’uyuubi kharun min tasyawwufika ilaa maahujiba ‘anka
minalghuyuubi.
“Usahamu
untuk mengetahui apa yang tersimpan di dalam dirimu dari berbagai macam cela
itu adalah lebih baik, daripada usahamu kepada apa yang terlarang dari kamu
dari berbagai macam perkara yang ghaib”
Gajah di
pelupuk mata tiada kelihatan, tapi semut di sebrang lautan jelas kelihatan.
Itulah sebuah peribahasa yang mengungkapkan watak manusia yang suka melihat dan
meneliti kesalahan orang lain walaupun yang sekecil-kecilnya, akan tetapi lupa
atau memang sengaja melupakan diri terhadap ksalahan diri sendiri.
Perbuatan
seperti itu sesungguhnya sangat dilarang oleh Allah sebagaimana firman-Nya yang
tersebut dalam Al-Quran Surat Al_Hujarat ayat 12, yang artinya
:
“Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kbanyakan dari perasangka sesungguhnya
sebagian perasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mncari-cari orang lain,
dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain, sukakah salah
seorang di antara kamu memekan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Menerima Taubat lagi Maha Penyayang”.
Dan dalam
sebuah Hadits hasan yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar. Rasulullah saw. Bersabda,
artinya :
“Berbahagialah
orang yang selalu diingatkan oleh ‘aibnya sendiri.daripada ‘aibnya orang lain”.
Maka dari
itu, sebagai orang yang beriman, hendaknya kita senantiasa pandai-pandai
mengoreksi dan membersihkan aib atau kesalahan-kesalahan yang terjadi pada diri
sendiri dan berusaha dengan segala daya dan upaya untuk mengekang (hawa nafsu).
Karena pada dasarnya, kesalahan-kesalahan yang terjadi itu adalah karena
menurut hawa nafsu.
Perhatikan
firman Allah dalam Al-Quran Surat All-Naziaat ayat 40-41, yang artinya :
“Dan adapun orang-orang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya
surgalah tempat tinggalnya”.
Perlu
diketahui pula, bahwa bergjolaknya hawa nafsu itu bersumber dari empat hal,
yakni :
1.
Sering melanggar larangan Allah.
2.
Sering berlaku riya’ (berbuat baik bukan karena Allah, melainkan supaya
mendapat pujian, sanjungan dan sebagainya).
3.
Suka membuang-buang waktu dengan percuma.
4.
malas mengerjakan perintah-perintah Allah.
Agar kita
dapat mngatasi keempat sumber bergejolak hawa nafsu tersebut, maka hendaknya kita
mengisi jiwa ini dengan ma’rifat, taat dalam menjalankan perintah-printahnya
dan menjauhi larangan-larangannya. Baik yang bersumber dari Al-Quran maupun
dari Hadits Rasulullah saw.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan