TAFSIR AL JAILANI OLEH
SYEIKH ABDUL QADIR AL JAILANI (QUTUBUL GHAUTS)
JUZ AMMA
Ayat 16.
(وَ جَنَّاتٍ) [Dan kebun-kebun] yang bisa menjadi tempat rekreasi
bagimu, dan taman-taman (أَلْفَافًا) [yang
lebat] dan rimbun karena dikelilingi oleh berbagai macam pepohonan dengan
buahnya yang banyak dan berlimpah.
Semua itu
merupakan hal-hal yang sudah ditakdirkan, yang membuat orang yang berakal sehat
dapat memahami keberadaan hari kebangkitan di padang Maḥsyar dan semua perkara gaib yang telah dijanjikan pada
hari pembalasan. Semua hal yang telah ditakdirkan ini, berada dalam genggaman
kekuasaan Ilahi. Sebab mengaitkan kekuasaan Ilahi yang sempurna dengan hal-hal
yang telah ditakdirkan, dengan perkara yang telah dijanjikan, dan dengan
keinginan Ilahi; semua itu menunjukkan kalau hal-hal tersebut akan benar-benar
terjadi pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan Allah s.w.t.
Jadi secara
garis besar, orang yang pemahamannya dapat keluar dari pergaulan yang sempit,
dapat mengoyak tirai formalitas dan kebiasaan, dan dapat membebaskan diri dan
gelapnya angan-angan dan khayalan yang merintanginya untuk bisa sampai pada
keesaan Dzat yang menjadi sumber semua kebaikan dan pangkal semua kesempurnaan;
pasti mengetahui bahwa masalah kehidupan pertama dan kehidupan kedua serta yang
sejenis dengan keduanya, bahkan yang lebih banyak lagi dari itu, di sini
kekuasaan Ilahi adalah suatu hal yang gampang dan mudah. Namun manusia yang
diselimuti oleh tirai penghalang di alam inderawi, yang akalnya dibelenggu oleh
ikatan ketercengangan, dirusak oleh angan-angan yang buruk dan khayalan palsu
yang menyesatkan; hanya mendapatkan gambaran yang menunjukkan terbatasnya
pandangan dan jangkauan Ilahi, karena adanya bayang-bayang alam tabiat dan
fatamorgana.
Karena
itulah berbagai ujian menimpa manusia dan memalingkannya dari jalan menuju
kedekatan dengan Allah s.w.t. “Ya Allah, karuniailah kami rahmat dari
sisi-Mu yang dapat menyelamatkan kami dari kehancuran semacam itu. Sesungguhnya
Engkau adalah Dzat Yang Maha Memberi Karunia.”
Selanjutnya
Allah s.w.t. berfirman:
Ayat 17.
(إِنَّ يَوْمَ
الْفَصْلِ) [Sesungguhnya Hari Keputusan] yang membedakan
antara keterhilangan yang dialami oleh orang-orang yang bingung dan sesat
dengan kepemilikan yang diraih oleh orang-orang yang meraih pertolongan dan
hubungan dengan Allah s.w.t., (كَانَ مِيْقَاتًا) [adalah
suatu waktu yang ditetapkan] yakni: hari yang waktu kejadiannya sudah
berada dalam ilmu-Nya dan sudah ditakdirkan dalam lembaran qadha-Nya, di mana
Dia tidak memberitahukan waktu kejadiannya kepada seorang pun dan juga tidak
menentukannya. Namun, Dia telah mengabarkan tanda-tandanya kepada mereka.
Ayat 18.
Ingatlah
wahai Rasul yang paling sempurna, bahwa ketika (يَوْمَ) [hari] keputusan dan hari kiamat sudah tiba waktunya, maka akan (يُنْفَخُ فِي
الصُّوْرِ) [ditiup sangkakala] yang pertama untuk
membangkitkan orang-orang yang sudah mati. Ketika gema sangkakala itu sampai
kepada mereka, mereka langsung keluar dari kubur dalam keadaan bingung,
linglung, dan tercengang. Kemudian sangkakala itu ditiupkan lagi untuk
mengumpulkan mereka: (فَتَأْتُوْنَ) [lalu kamu
datang] menuju Padang Maḥsyar dengan
(أَفْوَاجًا) [berkelompok-kelompok], bergolong-golongan, dan
bergroup-group.
Ayat 19.
(وَ) [Dan] pada waktu itu, (فُتِحَتِ السَّمَاءُ) [dibukalah
langit] maksudnya: dikoyak dan dirobek, (فَكَانَتْ) [maka]
dari koyakan dan robekan tersebut, (أَبْوَابًا) [terdapatlah
beberapa pintu].
Ayat 20.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan