Catatan Popular

Isnin, 30 Oktober 2017

TAFSIR AL JAILANI SURAH 78 AN NABA, AYAT 16 - 20



TAFSIR AL JAILANI OLEH SYEIKH ABDUL QADIR AL JAILANI (QUTUBUL GHAUTS)

JUZ AMMA

Ayat 16.

(وَ جَنَّاتٍ) [Dan kebun-kebun] yang bisa menjadi tempat rekreasi bagimu, dan taman-taman (أَلْفَافًا) [yang lebat] dan rimbun karena dikelilingi oleh berbagai macam pepohonan dengan buahnya yang banyak dan berlimpah.
Semua itu merupakan hal-hal yang sudah ditakdirkan, yang membuat orang yang berakal sehat dapat memahami keberadaan hari kebangkitan di padang Masyar dan semua perkara gaib yang telah dijanjikan pada hari pembalasan. Semua hal yang telah ditakdirkan ini, berada dalam genggaman kekuasaan Ilahi. Sebab mengaitkan kekuasaan Ilahi yang sempurna dengan hal-hal yang telah ditakdirkan, dengan perkara yang telah dijanjikan, dan dengan keinginan Ilahi; semua itu menunjukkan kalau hal-hal tersebut akan benar-benar terjadi pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan Allah s.w.t.
Jadi secara garis besar, orang yang pemahamannya dapat keluar dari pergaulan yang sempit, dapat mengoyak tirai formalitas dan kebiasaan, dan dapat membebaskan diri dan gelapnya angan-angan dan khayalan yang merintanginya untuk bisa sampai pada keesaan Dzat yang menjadi sumber semua kebaikan dan pangkal semua kesempurnaan; pasti mengetahui bahwa masalah kehidupan pertama dan kehidupan kedua serta yang sejenis dengan keduanya, bahkan yang lebih banyak lagi dari itu, di sini kekuasaan Ilahi adalah suatu hal yang gampang dan mudah. Namun manusia yang diselimuti oleh tirai penghalang di alam inderawi, yang akalnya dibelenggu oleh ikatan ketercengangan, dirusak oleh angan-angan yang buruk dan khayalan palsu yang menyesatkan; hanya mendapatkan gambaran yang menunjukkan terbatasnya pandangan dan jangkauan Ilahi, karena adanya bayang-bayang alam tabiat dan fatamorgana.
Karena itulah berbagai ujian menimpa manusia dan memalingkannya dari jalan menuju kedekatan dengan Allah s.w.t. “Ya Allah, karuniailah kami rahmat dari sisi-Mu yang dapat menyelamatkan kami dari kehancuran semacam itu. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Memberi Karunia.
Selanjutnya Allah s.w.t. berfirman:

Ayat 17.

(إِنَّ يَوْمَ الْفَصْلِ) [Sesungguhnya Hari Keputusan] yang membedakan antara keterhilangan yang dialami oleh orang-orang yang bingung dan sesat dengan kepemilikan yang diraih oleh orang-orang yang meraih pertolongan dan hubungan dengan Allah s.w.t., (كَانَ مِيْقَاتًا) [adalah suatu waktu yang ditetapkan] yakni: hari yang waktu kejadiannya sudah berada dalam ilmu-Nya dan sudah ditakdirkan dalam lembaran qadha-Nya, di mana Dia tidak memberitahukan waktu kejadiannya kepada seorang pun dan juga tidak menentukannya. Namun, Dia telah mengabarkan tanda-tandanya kepada mereka.

Ayat 18.

Ingatlah wahai Rasul yang paling sempurna, bahwa ketika (يَوْمَ) [hari] keputusan dan hari kiamat sudah tiba waktunya, maka akan (يُنْفَخُ فِي الصُّوْرِ) [ditiup sangkakala] yang pertama untuk membangkitkan orang-orang yang sudah mati. Ketika gema sangkakala itu sampai kepada mereka, mereka langsung keluar dari kubur dalam keadaan bingung, linglung, dan tercengang. Kemudian sangkakala itu ditiupkan lagi untuk mengumpulkan mereka: (فَتَأْتُوْنَ) [lalu kamu datang] menuju Padang Masyar dengan (أَفْوَاجًا) [berkelompok-kelompok], bergolong-golongan, dan bergroup-group.

Ayat 19.

(وَ) [Dan] pada waktu itu, (فُتِحَتِ السَّمَاءُ) [dibukalah langit] maksudnya: dikoyak dan dirobek, (فَكَانَتْ) [maka] dari koyakan dan robekan tersebut, (أَبْوَابًا) [terdapatlah beberapa pintu].

Ayat 20.

(وَ سُيِّرَتِ الْجِبَالُ) [Dan dijalankanlah gunung-gunung] dari atas permukaan bumi sehingga bergerak-gerak, lalu bagian-bagiannya beterbangan ke udara seperti debu. (فَكَانَتْ) [Maka] bentuk dan kondisi gunung-gunung itu. (سَرَابًا) [menjadi fatamorgana] maksudnya: seperti fatamorgana yang saat dilihat berbentuk gunung, padahal sebenarnya tidak ada gunung, seperti yang terjadi saat ini dalam penglihatan orang ārif dan ahli mukāsyafah

Tiada ulasan: