Ada dua pendekatan yang dapat di gunakan untuk
mendefinisikan akhlak yaitu pendekatan linguistic (kebahasan), dan pendekatan
terminologik (peristilahan). Namun akar kata akhlak dari akhlaqa sebagaimana
tersebut di atas tampaknya kurang pas, sebab isim mashdar dari kata akhlaqa
bukan dari kata akhlaq tetapi ikhlaq. Berkenaan dengan ini maka timbul pendapat
yang mengatakan bahwa secara Lingustik kata akhlak merupakan isim jaded atau
isim mustaq, yaitu isim yang tidak memiliki akar kata, melainkan kata tersebut
memang sudah demikian adanya.
Secara bahasa akhlak berasal dari kata اخلق – يخلق – اخلاقا
artinya perangai, kebiasaan, watak, peradaban yang baik, agama. Kata akhlak
sama dengan kata khuluq.
انما بعثت لا تمم مكارم الاخلاق
Artinya : bahwasanya aku di utus (allah) untuk
menyempurkan keluhuran budi pekerti. (HR. AHMAD)
A Secara istilah akhlak berasal dari :
a) Ibnu
Miskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorongnya untuk melaksanakan
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
b) Imam Ghazali:
sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan yang
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
c) Ibrahim Anis
dalam Mu`jam al-Wasith : sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya
lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran
dan pertimbangan.
d) Dalam kitab
Dairatul Ma`arif : sifat-sifat yang terdidik.
Dari atas tak ada perbedaan akan tetapi memilki kemiripan
antara satu dengan yang lain. Definisi – definisi akhlak tersebut adalah
subtansial tampak saling melengkapi,
B. Ruang Lingkup
Akhlak
Jika definisi tentang ilmu akhlak tersebut kita
perhatikan dengan seksama, akan tampak bahwa ruang lingkup pembahasan ilmu
akhlak adalah membahas tentang perbuatan – perbuatan manusia, kemudian
menetapkannya apakah perbuatan tersebut tergolong perbuatab yang baik atau
perbuatan yang buruk.
Dengan mengemukakan beberapa literaratur tentang akhlak
tersebut menunjukan bahwa keberadaan ilmu akhlak sebagai sebuah disiplin ilmu
agama sudah sejajar dengan ilmu-ilmu keIslaman lainnya, seperti tafsir, tauhid,
fiqh, sejarah Islam, dan lai-lain.
Pokok-pokok masalah yang dibahas dalam ilmu akhlak pada
intinya adalah perbuatan manusia. Dan selanjutnya di tentukan kriterianya
apakah itu baik atau buruk.
Definisi dari ruang lingkup akhlak:
Perbuatan-perbuatan manusia menurut ukuran baik dan buruk.
Objeknya adalah
norma atau penilaian terhadap perbuatan tersebut.
Perbuatan
tersebut baik perbuatan individu maupun kolektif.
C. Tujuan Akhlak
Tujuan akhlak adalah menggapai suatu kebahagiaan hidup
umat manusia baik di dunia dan di akhirat. Dikarekan itulah kita sebagai
manusia untuk hidup saling membantu baik dari pekerjaan, kebutuhan atau
lainnya.
Tujuan mempelajari akhlak diantaranya adalah menghindari
pemisahan antara akhlak dan ibadah. Atau bila kita memakai istilah: menghindari
pemisahan agama dengan dunia (sekulerisme). Kita sering mendengar celotehan,
“Agama adalah urusan akhirat sedang masalah dunia adalah urusan masing-masing.”
Atau ungkapan, ”Agama adalah urusan masjid, di luar itu terserah semau gue.”
Maka jangan heran terhadap seseorang yang beribadah, kemudian di lain waktu
akhlaknya tidak benar. Ini merupakan kesalahan fatal. Kita pun sering menjumpai
orang-orang yang amanah dan jujur, tetapi mereka tidak shalat. Ini juga
keliru.[1]
D. Manfaat Mempelajari Ilmu Akhlak
Berkenaan dengan manfaat mempelajari ilmu akhlak ini,
Ahmad Amin mengatakan sebgaai berikut :
Tujuan mempelajari ilmu akhlak dan permasalahannya yang
menyebabkan kita dapat menetapkan sebagian perbuatan yang lainnya sebagai yang
baik dan sebagian perbuatan lainnya sebagai yang buruk. Bersikap adil termasuk
baik, sedangkan berbuat zalim termasuk perbuatan buruk, membayar utang kepada pemilkinya
termasuk perbuatan baik, sedangkan mengingkari utang termasuk pebuatan buruk.
Selanjutnya Mustafa Zahri mengatakan bahwa tujuan
perbaikan akhlak itu, ialah untuk membersihkan qalbu dari kotoran-kotoran hawa
nafsu dan marahsehingga hati menjadi suci bersih, bagaikan cermin yang dapat
menerima NUR cahayaTuhan.[2]
Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki
pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik dan buruk, dan selanjutnya ia akan
banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk.
Ilmua akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam
mengarahkan dan mewarnai berbagai aktivitas kehidupan manusia disegala bidang.
Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju disertai akhlak yang mulia, niscaya
ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk
kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai
dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalahgunakan yang akibatnya
akan menimbulkan bencana dimuka bumi.
Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta
bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk
melakukannya dan berusaha menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan
terhindar dari berbagai perbuatan yang dapat membahyakan dirinya.
Dengan demikian secara ringkas dapat dikatakan bahwa Ilmu
Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam
mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. Terhadap perbuatan yang baik ia
beruasaha melakukannya, dan terhadap yang buruk ia berusaha untuk
menghindarinya.
Hubungan
Akhlak dengan Tasawuf
Akhlak dan Tasawuf saling berkaitan. Akhlak dalam
pelaksanaannya mengatur hubungan horizontal antara sesame manusia, sedangkan
tasawuf mengatur jalinan komunikasi vertical antara manusia dengan Tuhannya.
Akhlak menjadi dasar dari pelaksanaan tasawuf, sehingga dalam prakteknya
tasawuf mementingkan akhlak.
Para ahli ilmu tasawwuf pada umumnya membagi tasawwuf
kepada tiga bagian:
1) Tasawwuf falsafi
2) Tasawwuf akhlaki
3) Tasawwuf amali
Yang memiliki tujuannya sama yaitu mendekatkan diri
kepada Allah dengan cara membersihkan diri dari perbuatan yang terceladan
menghias diri dengan perbatab yang terpuj
Tiada ulasan:
Catat Ulasan