Catatan Popular

Sabtu, 27 Jun 2015

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN 20.AJARAN KAUM SUFI TENTANG KEWAJIBAN-KEWAJIBAN YANG DIBEBANKAN OLEH TUHAN KEPADA WAKIL-WAKILNYA


Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya  Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI


Mereka amengakui bahwa semua peraturan yang dibebankan oleh Tuhan kepada hamba-hamba-Nya dalam Kitab-Nya, dan semua kewajiban yang ditentukan oleh Nabi (dalam hadits) bersifat mengikat bagi orang-orang dewasa yang telah matang pemikirannya, dan bahwa peraturan dan kewajiban tersebut tidak boleh ditinggalkan atau diabaikan dengan cara apapun oleh siapa pun, entah dia seorang beriman yang jujur (shiddiq), seorang suci atau seorang ahli Ma’rifat, meskipun dia mungkin telah mencapai barisan yang paling jauh, tingkat yang paling tinggi, tempat yang paling mulia atau taraf yang paling agung. Mereka beranggapan, tidak ada tempat bagi seseorang untuk dapat lepas dari ketentuan-ketentuan (‘adab) hukum keagamaan, dengan mendapat izin untuk melakukan hal-hal yang dihalalkan oleh Tuhan, atau menghalalkan hal-hal yang diharamkan oleh Tuhan, atau lali dalam melaksanakan semua  kewajiban keagamaan tanpa alasan yang sah, yaitu alasan yang ditentukan oleh pengadilan yang disetujui oleh orang-orang Muslim dan diakui oleh ketentun-ketentuan hukum agama. Semakin suci isi hati seseorang, semakin tinggi tarafnya dan semakin mulia tempatnya, demikian pula, usahanya pun semakin keras, disertai keikhlasan dan ketakwaan yang lebih besar (pada Tuhan).

Mereka bersepakat bahwa tindakan-tindakan itu bukan merupakan sebab dari kebahagiaan atau kedukaan, tapi kebahagiaan dan kedukaan itu ditakdirkan dan ditentukan oleh kehendak Tuhan. Begitulah disebutkan dalam sabda Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar : “Inilah kitab dari Rabb seluruh alam, di dalamnya ada nama-nama penghulu surga, beserta nama-nama orang tua dan suku-suku mereka.” Lalu jumlahnya pun ditetapkan, dan sesudah itu tidak akan ada penambahan maupun pengurangan sama sekali. Dengan cara yang sama,  Nabi berbicara tentang orang-orang yag menghuni neraka : “Orang yang berbahagia dalah dia yang berbahagia sewaktu berada dalam peurt ibunya, dan orang yang beduka adalah dia yang berduka sewaktu berada dalam perut ibunya.” Labih jauh lagi, mereka bersepakat bahwa tindakan-tindakan itu tidak menentukan pahala atau hukuman, tapi bahwa pahala atau hukuman itu ditentukan oleh karunia, keadilan dan ketetapan Tuhan. Mereka mengakui bahwa rahmat surga adalah milik orang-orang yang telah ditakdirkan oleh Allah untuk bahagia, tanpa sebab; dan bahwa hukuman neraka adalah milik orang-orang yang telah ditakdirkan oleh Tuhan untuk berduka, tanpa sebab pula. Menurut hadits (qudsi) “Orang-orang ini (akan) berada di surga, dan Aku tidak peduli; orang-orang ini (akan) berada di neraka, dan Aku tidak peduli;” Tuhan berfirman : “Sesungguhnya telah kami sediakan bagi penghuni neraka, banyak jin dan manusia.” Dan lagi : “Sesungguhnya, orang-orang yang sudah lebih dahulu mendapat taufik dari Kami, mereka dijauhkan dari neraka.” Mereka mengatakan bahwa perbuatan-perbuatan manusia merupakan tanda-tanda dari apa yang telah ditakdirkan oleh Tuhan untuknya, seperti kata Nabi : “Tindakan itu, bagi setiap orang, diperssiapkan untuk menghadapi sesuatu yang untuknya dia dicipta. “ Al-Junaid berkata : “ Kepatuhan membawa berita-berita gembira menurut yang telah ditakdirkan oleh Tuhan bagi orang yang patuh, dan demikian juga halnya dengan orang yang tidak patuh.” Tokoh sufi lain berkata : “Ibadah merupakan suatu hiasan bagi bagian-bagian lahiriah, dan kalau seseorang sudah menghiasi anggota-anggota tubuhnya, maka Tuhan tidak akan membiarkan dia meninggalkan anggota-anggota tubuh itu tak terisi.” Muhammad ibn Ali al-Kattani berkata : “Tindakan-tindakan itu merupakan pakaian para hamba : orang-orang yang oleh Tuhan ditempatkan jauh (dari Dia) pada saat pembagian (takdir) akan terlepas pakaiannya, tapi orang-orang yang oleh Tuhan didekatkan (pada-Nya) mengagumidan memegangnya erat-erat.”

Sekalipun begitu; mereka bersepakat bahwa Tuhan memberi pahala dan hukuman untuk tindakan-tindakan itu; sebab Dia menjanjikan pahala bagi perbuatan-perbuatan yang benar dan megancamkan hukuman bagi perbuatan-perbuatan jahat; Dan Dia akan memenuhi janji-Nya serta mewujudkan ancaman-Nya, sebab Dia Maha Benar dan firman-firman-Nya merupakan kebenaran. Mereka mengatakan bahwa telah menjadi kewajiban bagi setiap orang untuk berusaha sebisanya untuk melaksanakan apa yang telah diwajibkan atasnya dan melaksanakan apa yang telah dituntut darinyauntuk dilakukan, menurut yang telah ditentukan; dan kalau dia telah sepenuhnya melaksanakan tugasnya, maka kemudian didatangkan pdanya ilham-ilham, sesuai dengan hadis : “Jika seseorang bertindak menurut apa yang diketahuinya, Tuhan akan mewariskan kepadanya pengetahuan yang belum dia ketahui. “Tuhan berfirman : “Kepada oang-orang yang berjuang di pihak Kami, sunguh akan Kami tunjukkan jalan-jalan Kami.” Dan lagi : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang dapat mendekatkan kepada keridhaan-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya, semoga semua beruntung.” Yahya berkata : “Jiwa dari ma’rifat tidak akan pernah mencapai hatimu, selama masih ada kewajiban pada Tuhan yang belum kemu laksanakan.” Al-Junaid berkata : “Tuhan akan berurusan dengan hamba-hamba-Nya pada hari akhir dengan cara yang sama dengan ketika Dia berurusan dengan mereka pada mulanya. Dia mulai menciptakan mereka dengan kemuliaan, memerintah mereka dengan belas kasih dan bejanji kepda mereka dengan sikap merendahkan diri serta memberikan kepada merreka tambahan-tambahan kemuliaan. Jika seseorang bisa melihat kebaikan-Nya yang dahulu itu, akan mudah baginya untuk melaksanakan perintah-Nya; dan jika dia mengikuti perintah-Nya, dia akan sampai kepada janji-Nya; dan jika dia telah memiliki janji-Nya, tidak ada keraguan lagi bahwa Dia akan memberinya tambahan-tambahan.” Sahl ibn Abdillah a-Tustari berkata : “Jika seseorang menutup matanya dari Tuhan walaupun hanya sekejap, dia tidak akan dituntun selama hidupnya.”

Tiada ulasan: