Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq
Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI
Mereka berselisih paham mengenai masalah apakah
Tuhan telah berhenti mencipta atau tidak. Ebagian besar dari merreka mayoritas
pemimpin dan orang-orang termasyhur di antara mereka mengatakan bahwa tidak
mungkin Tuhanmnedapat sifat kekekalan pada waktu Dia belum berhak menunutut
kekekalan. Tidak benar Dia berhak dari nama Pencipta karena Dia mencipta, atau
nama Pembuat karena Dia mengawasi pembuatan makhluk-makhluk yang bsia mati,
atau nama pembentuk karena Dia membentuk beberpa bentuk; sebab jika begitu,
maka berarti selamaya Dia tidak sempurna, karena Dia hanya menjadi sempurna
kalau Dia mencipta sungguh Tuhan jauh lebih tinggi dari itu!.
Mereka berpendapat bahwa Tuhan selamanya Pencipta.
Pembuat, Pembentuk, Pemaf, Penyayang, Pengasih dan seterusnya, dikarenakan
semua sifat-Nya yang dengan sifat-sifat tersebut, Dia memberi sifat pada
diri-Nya sendiri, karena Dia telah diberi sifat dengan semua itu dalam masa pra
kekekalan. Karena Dia disifati pengetahuan, kekuatan, kebesaran, keagungan dan
kekuasaan, maka dengan begitu Dia disifati dengan pembuatan (takwin), penentuan
dan pembentukan, demikian juga dengan kehendak, kebaikan, pengampunan dan
pengasihan. Mereka tidak membedakan antara sebuah sifat yang merupakan tindakan
dan sbuah sifat yang tidak dapat diperikan dengan tindakan seperti kehebatan,
kegemilangan, pengetahuan dan kekuatan. Sama saja halnya, karena telah
ditetapkan bahwa Dia Mendengar, Melihat, Berkuasa, Mencipta, Membuat dan
Membentuk dan bahkan Dia Terpuji; toh jika Dia berhak atas nama-nama ini
semata-mata karena kebaikan benda yang diciptakan, dibentuk dan dibuat, maka
berarti Dia butuh mencipta; sedangkan kebutuhan merupakan tanda keduniawian.
Lebih-lebih, hal ini akan mengisyaratkan perubahan dan pengalihan dari satu
keadaan ke keadaan lain. Tuhan akan menjadi bukan Pencipta, lalu menjadi
Pencipta lagi; Bukan Yang Berkehendak, tetapi kemudain Berkehendak lagi; dan
hal ini akan berarti “tebenam” sebagai yang ditolak oleh Ibrahim Karib Tuhan
a.s. ketika dia berkata “Aku tidak suka kepada sesuatu yang dapat terbenam.”
(S.iv.76). Mencipta dan membuat merupakan sifat-sifat Tuhan, yang dengan jalan
itu Dia telah diberi sifat sejak pra kekekalan. Padahal, tindakan dan sesuatu
yang dilakukan bukan merupakan suatu hal yang sama, begitu juga dengan
membentuk dan membuat. Tapi jika tindakan dan sesuatu yang dilakukan itu adalah
sama, maka berarti makhluk-makhluk itu ada dengan sendirinya, sebab hubungan
(ma’na) antara Tuhan dengan mereka tidak ada, kecuali bahwa mereka sebelumnya
tidak ada lalu ada.
Tapi dengan sebagai ari mereka menolak doktrin di
atas dan mempertahan pendapat bahwa hal itu mengisyaratakan bahwa penciptaan
itu maujud-bersama dengan Tuhan dan pra-kekekalan.
Mereka mengakui bahwa Dia tidak berhenti menjadi
Pengausa, Tuhan dan Rabb, tanpa rakyat atau abdi. Oleh sebab itu, dengan cara
yang sama, bolehlah dakatakan baha Dia adalah Pencipta, Pembuat dan Pembentuk
tanpa ada ciptaan, buatan atau bentukan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan