Catatan Popular

Sabtu, 27 Jun 2015

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN 7 PERSELISIHAN KAUM SUFI TENTANG MASALAH APAKAH TUHAN TELAH BERHENTI MENCIPTA



Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya  Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI

Mereka berselisih paham mengenai masalah apakah Tuhan telah berhenti mencipta atau tidak. Ebagian besar dari merreka mayoritas pemimpin dan orang-orang termasyhur di antara mereka mengatakan bahwa tidak mungkin Tuhanmnedapat sifat kekekalan pada waktu Dia belum berhak menunutut kekekalan. Tidak benar Dia berhak dari nama Pencipta karena Dia mencipta, atau nama Pembuat karena Dia mengawasi pembuatan makhluk-makhluk yang bsia mati, atau nama pembentuk karena Dia membentuk beberpa bentuk; sebab jika begitu, maka berarti selamaya Dia tidak sempurna, karena Dia hanya menjadi sempurna kalau Dia mencipta sungguh Tuhan jauh lebih tinggi dari itu!.

Mereka berpendapat bahwa Tuhan selamanya Pencipta. Pembuat, Pembentuk, Pemaf, Penyayang, Pengasih dan seterusnya, dikarenakan semua sifat-Nya yang dengan sifat-sifat tersebut, Dia memberi sifat pada diri-Nya sendiri, karena Dia telah diberi sifat dengan semua itu dalam masa pra kekekalan. Karena Dia disifati pengetahuan, kekuatan, kebesaran, keagungan dan kekuasaan, maka dengan begitu Dia disifati dengan pembuatan (takwin), penentuan dan pembentukan, demikian juga dengan kehendak, kebaikan, pengampunan dan pengasihan. Mereka tidak membedakan antara sebuah sifat yang merupakan tindakan dan sbuah sifat yang tidak dapat diperikan dengan tindakan seperti kehebatan, kegemilangan, pengetahuan dan kekuatan. Sama saja halnya, karena telah ditetapkan bahwa Dia Mendengar, Melihat, Berkuasa, Mencipta, Membuat dan Membentuk dan bahkan Dia Terpuji; toh jika Dia berhak atas nama-nama ini semata-mata karena kebaikan benda yang diciptakan, dibentuk dan dibuat, maka berarti Dia butuh mencipta; sedangkan kebutuhan merupakan tanda keduniawian.

Lebih-lebih, hal ini akan mengisyaratkan perubahan dan pengalihan dari satu keadaan ke keadaan lain. Tuhan akan menjadi bukan Pencipta, lalu menjadi Pencipta lagi; Bukan Yang Berkehendak, tetapi kemudain Berkehendak lagi; dan hal ini akan berarti “tebenam” sebagai yang ditolak oleh Ibrahim Karib Tuhan a.s. ketika dia berkata “Aku tidak suka kepada sesuatu yang dapat terbenam.” (S.iv.76). Mencipta dan membuat merupakan sifat-sifat Tuhan, yang dengan jalan itu Dia telah diberi sifat sejak pra kekekalan. Padahal, tindakan dan sesuatu yang dilakukan bukan merupakan suatu hal yang sama, begitu juga dengan membentuk dan membuat. Tapi jika tindakan dan sesuatu yang dilakukan itu adalah sama, maka berarti makhluk-makhluk itu ada dengan sendirinya, sebab hubungan (ma’na) antara Tuhan dengan mereka tidak ada, kecuali bahwa mereka sebelumnya tidak ada lalu ada.

Tapi dengan sebagai ari mereka menolak doktrin di atas dan mempertahan pendapat bahwa hal itu mengisyaratakan bahwa penciptaan itu maujud-bersama dengan Tuhan dan pra-kekekalan.
Mereka mengakui bahwa Dia tidak berhenti menjadi Pengausa, Tuhan dan Rabb, tanpa rakyat atau abdi. Oleh sebab itu, dengan cara yang sama, bolehlah dakatakan baha Dia adalah Pencipta, Pembuat dan Pembentuk tanpa ada ciptaan, buatan atau bentukan.

Tiada ulasan: