Oleh Syeikh Abdul Wahhab As-Sya'rani (Tokoh
Sufi Mesir)
Seorang
murid (orang yang hendak berjalan menuju Tuhan) harus menghindarkan diri dari
perbuatan dzolim, terutama kepada orang lain. Ini adalah masalah serius yang
tidak akan dibiarkan oleh Tuhan).
Adapun
dzolim pada dirisendiri selain syirik walau hal itu tetap tercatat, tidak akan
diperdulikan oleh Allah, kalau mau bertaubat. Allah akan mengampuni
dosa-dosanya
Menurut Ali
Al-Khowas, berbuat dzolim terhadap orang lain ada tiga macam; berhubungan
dengan badan, berhubungan dengan harta dan yang berhubungan dengan harga diri
atau kehormatan.
Dzolim yang
berhubungan dengan badan, seperti pembunuhan, pemukulan dan lain-lain,
hukumannya telah banyak dijelaskan dalam kitab-kitab fiqih. Yang berhubungan
dengan harta, hal ini tidak akan boleh selesai kecuali dengan mengembalikan
harta yang diambil kepada pemiliknya yang sah, atau kepada ahli warisnya. Bila
yang berhak telah meninggal, ia harus banyak sedekah dengan atas nama orang
yang didzolimi. Bila tidak mampu, harus banyak berbuat baik yang nantinya dapat
digunakan sebagai pembayaran ganti rugi kepada yang dirugikan.Bila tidak, maka
ia hendaknya bersiap-siap untuk menanggung dosa dan tuntutan orang yang
disakiti, di akherat kelak.
"Sungguh, siapa yang mempunyai kebaikan
tetapi pernah menyakiti orang lain- akan diambil kebaikannya untuk diberikan
kepada orang-orang yang pernah dirugikan. Bila tidak mempunyai kebaikan atau
kebaikannya habis maka dosa dan kesalahan orang-orang yang pernah disakiti
ditimpakan kepada orang tersebut. Sedemikian,sehingga ia tidak mempunyai
apa-apa kemudian dilemparkan kedalam neraka" (Al-Hadits).
Adapun
pendzoliman yang berhubungan dengan harga diri dan kehormatan, maka hal itu
dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bila
perbuatan dzolimitu berhubungan dengan gunjingan, hal itu ada kalanya sudah
sampai (didengar) oleh yang digunjing, atau belum. Bila sudah didengar, maka
orang yang menggunjing harus segera datang dan minta maaf. Bila belum, maka
yang bersangkutan harus banyak memintakan ampun atas orang yang didzolimi.
Tidakperlu datang dan minta maaf, sebab hal itu justru malah akan menimbulkan dendam
dan kemarahan. Selain itu, ada juga perlakukan dzolim yang samar; apakah ia
dzolim pada diri sendiri, atau dzolim pada orang lain, seperti zina.
Disini perlu
diperhatikan. Bila orang yang dizina (pihak perempuan) mengajak dahulu, maka itu berarti dzolim pada diri
sendiri. Sebaliknya, bila pihak laki-laki merayu dan memaksa wanita untuk
melakukan zina, maka itu berarti juga dzolim pada orang lain. Laki-laki itu
telah merusak kehormatan wanita, merusak kehormatan keluarganya dan merusak
masa depannya.
Kehormatan
adalah sesuatu yang sangat penting. Tanggung jawabnya lebih berat daripada soal
harta. Abu Al-Mawahib As-Syadzili menyatakan, banyak murid yang tidak dapat naik
ke Hadlirat Ilahy karena persoalan ini; terjerumus dalam soal harga diri orang
lain, seperti menggunjing dan lain-lain. Maka, siapa yang terlanjur menggunjing
orang lain, hendaknya ia membaca surat Al-Fatihah, Al-Ihlas, Al-Falq dan An-Nas.
Niatkan
pahala bacaan tersebut pada orang yangdisakiti atau didzolimi.
Rasul pernah
bersabda;
"Keburukan menggunjing dan pahala
surat-surat di atas akan datang kehadapan Allah. Saya berharap, keduanya akan
seimbang"
Tiada ulasan:
Catat Ulasan