Nabi Muhammad saw merupakan orang yang zuhud dan
sederhana. Maksud zuhud adalah adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang
disenangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan
menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual/ kebahagiaan
akhirat.DalamIslam, zuhud itu inti dari tasawuf. Pemahaman zuhud bukanlah hidup
membenci dunia dan mengisolir diri dari keramaian dengan mengabaikan kewajiban
menafkahi keluarga. Zuhud tidak mengharamkan yang halal dan tidakpula membuang
harta. Zuhud terhadap dunia berarti lebih yakin dan percaya apa yang ada di
tangan Allah daripada apa yang ada di tangan manusia.
Bukti kehidupan Rasulullah saw yang zuhud dan
sederhana tergambar dalam kisah berikut ini:
1.
PENOLAKAN RASULULLAH SAW TERHADAP TAWARAN GUNUNG EMAS
Rasulullah saw, bersabda, "Tuhanku telah
menawarkan kepadaku untuk mengubah bukit-bukit di Makkah menjadi emas. Tetapi
aku menadahkan tangan kepada-Nya, sambil berkata, "Ya Allah, saya lebih
suka sehari kenyang dan lapar pada hari berikutnya agar saya dapat mengingat-Mu
apabila sedang lapar, dan memuji-Mu serta mensyukuri nikmat-Mu apabila
kenyang." (Hr. Tirmidzi)
Hikmah dari kisah ini: Inilah kehidupan dari jiwa
yang suci, yang namanya sering kita sebut, dan kita juga bangga mnjadi umatnya.
Oleh karena itu, kita harus menjadikan kehidupan beliau sebagai ittiba' bagi
kehidupan kita.
2.
RASULULLAH SAW MEMPERINGATKAN UMAR R.A. DENGAN KEHIDUPAN BELIAU YANG ZUHUD
Suatu ketika Nabi saw. telah bersumpah akan berpisah
dengan isteri-isterinya selama satu bulan sebagai peringatan bagi mereka.
Selama sebulan beliau tinggal seorang diri dalam sebuah kamar sederhana yang
letaknya agak tinggi. Terdengar kabar di kalangan para sahabat bahwa Nabi saw.
telah menceraikan semua isterinya. Ketika Umar bin Khathab r.a. mendengar kabar
ini, dia segera berlari ke mesjid. Setibanya disana, dia melihat para sahabat
sedang duduk termenung, mereka bersedih dan menangis. Juga kaum wanitanya
menangis di rumah-rumah mereka. Kemudian Umar r.a. pergi menemui putrinya yang
telah dinikahi Nabi saw, hafshah r.a. yang telah dinikahi oleh Nabi saw.
Umar r.a mendapati Hafshah r.a sedang menangis di
dalam kamarnya. Umar r.a bertanya, "Mengapa engkau menangis? Bukankah
selama ini saya telah melarangmu agar jangan melakukan sesuatu yang dapat
menyinggung perasaan Nabi?
Kemudian dia kembali ke mesjid terlihat olehnya beberapa
orang sahabat sedang menangis di dekat mimbar. Kemudian dia duduk bersama para
sahabat beberapa saat, lalu berjalan ke arah kamar Nabi saw yang terletak di
tingkat atas mesjid. Dia mendapati rabah r.a., seorang hamba sahaya sedang
duduk di tangga kamar itu. Melalui Rabah r.a dia minta izin untuk menemui Nabi
saw. Rabah r.a pergi menjumpai Nabi saw, kemudian kembali dan memberitahukan
bahwa dia telah menyampaikan keinginannya, namun Rasulullah saw, hanya diam
tidak menjawab pertanyaannya. Permintaannya untuk menjumpai Nabi saw diulang
beberapa kali, hingga yang ketiga kalinya barulah Nabi saw mengizinkan naik.
Ketika Umar r.a masuk, dia menjumpai Nabi saw. sedang berbaring diatas sehelai
tikar yang terbuat pelepah daun kurma, sehingga di badan Nabi saw. yang putih
bersih dan indah itu terlihat jelas bekas-bekas daun kurma. Di tempat kepala
beliau ada sebuah bantal yang dibuat dari kulit binatang yang dipenuhi oleh
daun dan kulit pohon kurma.
Umar r.a. bercerita, "Saya mengucapkan salam
kepada beliau kemudian bertanya, "Apakah engkau telah menceraikan
interi-isteri engkau?" Nabi saw menjawab, "Tidak".
Saya merasa sedikit lega. Sambil bercanda saya
mengatakan, "Ya Rasulullah, kita adalah kaum Quraisy yang selamanya telah
menguasai wanita-wanita kita. Tetapi setelah kita hijrah ke Madinah, keadaannya
sungguh berbeda dengan orang-orang Anshar, mereka dikuasai oleh wanita-wanita
mereka sehingga wanita-wanita kita terpengaruh dengan kebiasaan mereka.
Nabi saw. tersenyum mendengar perkataan saya. Saya
memperhatikan keadaan kamar nabi, terlihat tiga lembar kulit binatang yang
telah disamak dan sedikit gandum di sudut kamar itu, selain itu tidak terdapat
apapun, saya menangis melihat keadaan itu.
Rasulullah saw. bertanya, "Mengapa engkau
menangis?"
Saya menjawab, "Bagaimana saya tidak menangis,
Ya Rasulullah, saya sedih melihat bekas tanda tikar yang engkau tiduri di badan
engkau yang mulia dan saya prihatin melihat keadaan kamar ini. Semoga Allah
mengaruniakan kepada tuan bekal yang lebih banyak. Orang-orang persia dan
Romawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah, tetapi raja mereka hidup
mewah. Mereka hidup dikelilingi taman yang di tengahnya mengalir sungai,
sedangkan engkau adalah pesuruh Allah, tetapi engkau hidup dalam keadaan
miskin."
Ketika saya berkata demikian, rasululah saw. sedang
bersandar di bantalnya, beliau bangun lalu berkata, "Wahai Umar,
sepertinya engkau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di alam
akhirat, tentu akan lebih baik daripada kesenangan hidup dan kemewahan di dunia
ini. Jika orang-orang kafir itu hidup mewah di dunia ini, kita pun akan
memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Disana kita akan
mendapatkan segala-galanya."
Mendengar Sabda Nabi saw. itu saya merasa menyesal,
lalu berkata, "Ya Rasulullah, memohon ampunlah kepada Allah untuk saya.
Saya telah bersalah dlam hal ini."
Hikmah dari kisah ini: Rasulullah saw. adalah
pemimpin agama dan dunia, sekaligus kekasih Allah SWT, namun beliau tidur
diatas sehelai tikar yang tidak dilapisi apapun, sehingga menimbulkan goresan
bekas tidur di badan beliau yang putih. Kita dapat mengetahui bagaimana keadaan
ekonomi Rasulullah saw. Ketika Umar r.a ,enganjurkan beliau agar berdoa kepada
Allah supaya diberi harta, beliau malah memperingatkannya.
Keadaan kita saat ini selalu ingin tidur nyaman di
atas kasur yang empuk. Lihatlah Rasulullah saw. padahal Allah SWT pernah
menawarkan harta kekayaan yang banyak kepada beliau, namun beliau menolaknya.
Beliau tidak pernah mengeluh sedikit pun.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan