Catatan Popular

Rabu, 1 Oktober 2014

KUNCI MENGENAL ALLAH BAB 1 (BAHAGIAN 4) : Kehidupan Nabi SAW Yang Zuhud Dan Sederhana



Nabi Muhammad saw merupakan orang yang zuhud dan sederhana. Maksud zuhud adalah adalah berpaling dan meninggalkan sesuatu yang disenangi yang bersifat material atau kemewahan duniawi dengan mengharap dan menginginkan sesuatu wujud yang lebih baik dan bersifat spiritual/ kebahagiaan akhirat.DalamIslam, zuhud itu inti dari tasawuf. Pemahaman zuhud bukanlah hidup membenci dunia dan mengisolir diri dari keramaian dengan mengabaikan kewajiban menafkahi keluarga. Zuhud tidak mengharamkan yang halal dan tidakpula membuang harta. Zuhud terhadap dunia berarti lebih yakin dan percaya apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tangan manusia.
Bukti kehidupan Rasulullah saw yang zuhud dan sederhana tergambar dalam kisah berikut ini:

1. PENOLAKAN RASULULLAH SAW TERHADAP TAWARAN GUNUNG EMAS

Rasulullah saw, bersabda, "Tuhanku telah menawarkan kepadaku untuk mengubah bukit-bukit di Makkah menjadi emas. Tetapi aku menadahkan tangan kepada-Nya, sambil berkata, "Ya Allah, saya lebih suka sehari kenyang dan lapar pada hari berikutnya agar saya dapat mengingat-Mu apabila sedang lapar, dan memuji-Mu serta mensyukuri nikmat-Mu apabila kenyang." (Hr. Tirmidzi)
Hikmah dari kisah ini: Inilah kehidupan dari jiwa yang suci, yang namanya sering kita sebut, dan kita juga bangga mnjadi umatnya. Oleh karena itu, kita harus menjadikan kehidupan beliau sebagai ittiba' bagi kehidupan kita.
 
2. RASULULLAH SAW MEMPERINGATKAN UMAR R.A. DENGAN KEHIDUPAN BELIAU YANG ZUHUD
Suatu ketika Nabi saw. telah bersumpah akan berpisah dengan isteri-isterinya selama satu bulan sebagai peringatan bagi mereka. Selama sebulan beliau tinggal seorang diri dalam sebuah kamar sederhana yang letaknya agak tinggi. Terdengar kabar di kalangan para sahabat bahwa Nabi saw. telah menceraikan semua isterinya. Ketika Umar bin Khathab r.a. mendengar kabar ini, dia segera berlari ke mesjid. Setibanya disana, dia melihat para sahabat sedang duduk termenung, mereka bersedih dan menangis. Juga kaum wanitanya menangis di rumah-rumah mereka. Kemudian Umar r.a. pergi menemui putrinya yang telah dinikahi Nabi saw, hafshah r.a. yang telah dinikahi oleh Nabi saw.
Umar r.a mendapati Hafshah r.a sedang menangis di dalam kamarnya. Umar r.a bertanya, "Mengapa engkau menangis? Bukankah selama ini saya telah melarangmu agar jangan melakukan sesuatu yang dapat menyinggung perasaan Nabi?
Kemudian dia kembali ke mesjid terlihat olehnya beberapa orang sahabat sedang menangis di dekat mimbar. Kemudian dia duduk bersama para sahabat beberapa saat, lalu berjalan ke arah kamar Nabi saw yang terletak di tingkat atas mesjid. Dia mendapati rabah r.a., seorang hamba sahaya sedang duduk di tangga kamar itu. Melalui Rabah r.a dia minta izin untuk menemui Nabi saw. Rabah r.a pergi menjumpai Nabi saw, kemudian kembali dan memberitahukan bahwa dia telah menyampaikan keinginannya, namun Rasulullah saw, hanya diam tidak menjawab pertanyaannya. Permintaannya untuk menjumpai Nabi saw diulang beberapa kali, hingga yang ketiga kalinya barulah Nabi saw mengizinkan naik. Ketika Umar r.a masuk, dia menjumpai Nabi saw. sedang berbaring diatas sehelai tikar yang terbuat pelepah daun kurma, sehingga di badan Nabi saw. yang putih bersih dan indah itu terlihat jelas bekas-bekas daun kurma. Di tempat kepala beliau ada sebuah bantal yang dibuat dari kulit binatang yang dipenuhi oleh daun dan kulit pohon kurma.
Umar r.a. bercerita, "Saya mengucapkan salam kepada beliau kemudian bertanya, "Apakah engkau telah menceraikan interi-isteri engkau?" Nabi saw menjawab, "Tidak".
Saya merasa sedikit lega. Sambil bercanda saya mengatakan, "Ya Rasulullah, kita adalah kaum Quraisy yang selamanya telah menguasai wanita-wanita kita. Tetapi setelah kita hijrah ke Madinah, keadaannya sungguh berbeda dengan orang-orang Anshar, mereka dikuasai oleh wanita-wanita mereka sehingga wanita-wanita kita terpengaruh dengan kebiasaan mereka.
Nabi saw. tersenyum mendengar perkataan saya. Saya memperhatikan keadaan kamar nabi, terlihat tiga lembar kulit binatang yang telah disamak dan sedikit gandum di sudut kamar itu, selain itu tidak terdapat apapun, saya menangis melihat keadaan itu.
Rasulullah saw. bertanya, "Mengapa engkau menangis?"
Saya menjawab, "Bagaimana saya tidak menangis, Ya Rasulullah, saya sedih melihat bekas tanda tikar yang engkau tiduri di badan engkau yang mulia dan saya prihatin melihat keadaan kamar ini. Semoga Allah mengaruniakan kepada tuan bekal yang lebih banyak. Orang-orang persia dan Romawi yang tidak beragama dan tidak menyembah Allah, tetapi raja mereka hidup mewah. Mereka hidup dikelilingi taman yang di tengahnya mengalir sungai, sedangkan engkau adalah pesuruh Allah, tetapi engkau hidup dalam keadaan miskin."
Ketika saya berkata demikian, rasululah saw. sedang bersandar di bantalnya, beliau bangun lalu berkata, "Wahai Umar, sepertinya engkau masih ragu mengenai hal ini. Dengarlah, kenikmatan di alam akhirat, tentu akan lebih baik daripada kesenangan hidup dan kemewahan di dunia ini. Jika orang-orang kafir itu hidup mewah di dunia ini, kita pun akan memperoleh segala kenikmatan tersebut di akhirat nanti. Disana kita akan mendapatkan segala-galanya."
Mendengar Sabda Nabi saw. itu saya merasa menyesal, lalu berkata, "Ya Rasulullah, memohon ampunlah kepada Allah untuk saya. Saya telah bersalah dlam hal ini."
Hikmah dari kisah ini: Rasulullah saw. adalah pemimpin agama dan dunia, sekaligus kekasih Allah SWT, namun beliau tidur diatas sehelai tikar yang tidak dilapisi apapun, sehingga menimbulkan goresan bekas tidur di badan beliau yang putih. Kita dapat mengetahui bagaimana keadaan ekonomi Rasulullah saw. Ketika Umar r.a ,enganjurkan beliau agar berdoa kepada Allah supaya diberi harta, beliau malah memperingatkannya.
Keadaan kita saat ini selalu ingin tidur nyaman di atas kasur yang empuk. Lihatlah Rasulullah saw. padahal Allah SWT pernah menawarkan harta kekayaan yang banyak kepada beliau, namun beliau menolaknya. Beliau tidak pernah mengeluh sedikit pun.

Tiada ulasan: