Catatan Popular

Selasa, 7 Oktober 2014

TOKOH SUFI AWAL : AHMAD BIN HARB DAN SEORANG PENGANUT AGAMA ZOROASTER



Ahmad bin Harb bertetangga dengan seorang penganut agama Zoroaster, yang bernama Bahram. Suatu hari si tetangga ini menyuruh seorang rekannya pergi berdagang. Di dalam perjalanan, semua barang-barangnya kemudian dicuri orang.
Begitu mendengar berita ini, Ahmad berkata kepada murid-muridnya: "Man! Suatu musibah telah menimpa tetangga kita. Sebaiknya kita mengunjunginya dan menghibur hatinya. Walaupun dia penganut agama Zoroaster, ia adalah tetangga kita".
Ketika mereka sampai ke rumah Bahram, Bahram sedang rrienyalakan api pemujaannya. Bahram segera menyambut mereka dan mencium lengan bajunya. Bahram menduga bahwa tamu-tamunya tentu lapar walaupun roti yang dimilikinya pasti tak mencukupi
"Janganlah merepotkan dirimu", tegur Ahmad. "Kami datang untuk menyatakan bahwa kami turut prihatin. Aku mendengar barang-barangmu dicuri orang".
"Memang benar", jawab Bahram. "Tetapi aku masih bersyukur kepada Tuhan karena tiga alasan. Pertama: yang dicuri adalah barang-barangku, bukan barang-barang orang lain. Yang kedua: mereka hanya mengambil separuh dari harta kekayaanku. Yang ketiga: seandainya pun seluruh harta kekayaanku hilang, aku masih mempunyai agamaku, soal harta gampang dicari".
Ahmad senang sekali mendengar kata-kata Bahram itu.
Ia pun berkata kepada murid-muridnya: "Catatlah kata-kata ini. Semerbak agama Islam membersit dari kata-kata Bahram". Kemudian ia bertanya pada Bahram: 'Tetapi mengapa engkau memuja api?"
Bahram menjawab: "Alasan pertama adalah agar api tidak akan membakar tubuhku. Yang kedua adalah karena di dunia telah kuberikan minyak sedemikian banyaknya kepada api sehingga di akhirat nanti ia tidak akan mengkhianati diriku, dan akan mengantarkanku kepada Tuhan".
"Engkau sangat keliru. Api adalah lemah, tidak tahu apa-apa dan tidak dapat dipercayai. Semua perkiraan yang menjadi landasan pemikiranmu adalah salah. Apabila seorang anak kecil menyiramkan sedikit air kepada api itu, niscaya ia akan padam. Sesuatu yang selemah itu, dapatkah mengantarkan engkau kepada Yang Maha Kuat? Sesuatu yang tidak berdaya menghindarkan lontaran segumpal tanah, dapatkah mengantarkan engkau kepada Tuhan? Lagi pula sebagai bukti betapa kebodohan api itu, jika engkau menaburkan cendana dan sampah ke dalam api, niscaya kedua-duanya akan dibakarnya, sedang ia tidak tahu yang manakah yang lebih baik di antara keduanya. Sampai saat ini telah tujuh puluh tahun lamanya engkau menyembah api, sedang aku tidak pernah. Tetapi jika kita berdua sama-sama memasukkan tangan kita ke dalam api; niscaya ia akan membakar tanganku dan tanganmu. Suatu bukti bahwa api tidak setia kepadamu".
Kata-kata Ahmad ini menggoncangkan hati si penganut agama Zoroaster ini. Maka berkatalah ia kepada Ahmad: "Akan kuajukan empat buah pertanyaan kepadamu. Jika engkau dapat menjawab semuanya, akan kuterima agamamu itu. Mengapakah Allah men-ciptakan ummat manusia? Setelah menciptakan ummat manusia, mengapakah Dia memberikan makanan kepada mereka? Mengapakah Dia mematikan manusia? Dan setelah mematikan mereka, mengapakah Dia membangkitkan mereka kembali?"
''Allah menciptakan ummat manusia agar mereka menjadi hamba-hamba-Nya", jawab Ahmad. "Dia memberikan makanan kepada ummat manusia agar mereka mengenal-Nya sebagai Yang Maha Memelihara. Dia mematikan ummat manusia agar mereka tahu akan Kemahakuasaan-Nya. Kemudian Dia menghidupkan ummat manusia kembali agar mereka mengenal-Nya sebagai Yang Maha Kuasa dan Yang Maha Tahu".
Begitu Ahmad, selesai dengan jawabannya, Bahram mengucapkan syahadah:
"Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku ber-saksi bahwa Muhammad adalah Rasul Allah".
Seketika itu juga Ahmad berseru nyaring dan jatuh pingsan. Tidak berapa lama kemudian ia sadar kembali dan murid-muridnya bertanya: "Mengapakah engkau sampai jatuh pingsan seperti itu?"

"Ketika Bahram mengangkat tangannya dalam bersaksi itu", jawab Ahmad, "sebuah seruan dari dalam lubuk hatiku yang terdalam berkata: 'Ahmad, Bahram adalah penganut agama Zoroaster selama tujuh puluh tahun tetapi akhirnya ia memberikan kesaksian-nya. Engkau telah beriman selama tujuh puluh tahun, tetapi akhirnya apakah yang hendak engkau berikan?' ".

Tiada ulasan: