Catatan Popular

Selasa, 7 Oktober 2014

TOKOH SUFI AWAL : AHMAD BIN HARB DAN AHMAD SAUDAGAR



Di Nishapur tinggallah dua orang lelaki, yang seorang adalah Ahmad bin Harb dan yang lainnya adalah Ahmad Saudagar.
Ahmad bin Harb adalah seorang yang sedemikian khusyuknya di dalam mengingat Allah, sehingga ketika tukang cukur hendak rnenggunting kumisnya ia masih saja menggerak-gerakkan bibirnya.
"Janganlah bergerak-gerak sementara aku rnenggunting kumis-mu", si tukang cukur memperingatkan.
"Jangan hiraukan diriku, lakukanlah urusanmu sendiri', jawab Ahmad bin Harb. Dan setiap kali dicukur, sebanyak itu pula bibirnya terluka.

Suatu ketika Ahmad bin Harb menerima sepucuk surat. Telah lama ia hendak membalasnya tetapi tidak ada waktunya yang senggang. Pada suatu hari seorang muazzin sedang azan. Ketika si muazzin sampai kepada seruan: "Marilah........" Ahmad berkata kepada salah seorang sahabatnya: "Jawablah surat sahabatku ini. Katakan kepadanya, jangan mengirimiku surat lagi karena aku tidak mempunyai waktu untuk membalasnya. Katakan kepadanya: 'Sibukkanlah dirimu dengan Allah'. Cukup sekian!"
Lain halnya dengan Ahmad Saudagar yang sedemikian khusyuk dalam kecintaannya kepada kekayaan dunia, sehingga ketika pada suatu hari setelah menyuruh hamba perempuannya mempersiapkan makanan dan setelah si hamba melaksanakan perintahnya itu, ia masih terus juga menghitung-hitung hingga malam tiba dan tertidur.
Ketika keesokan paginya ia terbangun, ia memanggil hamba perempuannya itu dan menegur: "Kemarin engkau tidak mempersiapkan makanan untukku".

'Telah kupersiapkan, tetapi tuan sedemikian asyik dengan perhitungan-perhitungan".
Untuk kedua kalinya si hamba memasak makanan dan menyajikan makanan itu di depan tuannya, tetapi sekali lagi tuannya tidak sempat mencicipi santapan itu. Untuk ketiga kalinya si hamba mempersiapkan makanan tetapi tuannya masih tidak mempunyai kesempatan untuk menikmatinya. Si hamba masuk dan menemukan tuannya sedang tertidur nyenyak, maka makanan itu diusapkannya ke bibir tuannya. Ketika terbangun dari tidurnya Saudagar Ahmad berseru kepada pelayannya itu: "Bawakanlah air pembasuh tangan!"
Ia mengira bahwa makanan itu telah dimakannya.

Tiada ulasan: