KARYA SYAIKH NAWAWI AL
BANTANI
Cabang iman Yang Ke-75 s/d 76 (Menghormat orang tua
dan menyayangi anak muda, Mendamaikan pertikaian di antara orang muslim bila
dijumpai caranya)
===============================
Cabang iman Yang Ke-75 s/d 76 disebutkan
dalam bait syair:
وَقِّرْ كَبِيْرًا وَارْحَمَنَّ
صَغِيْرَنَا * أَصْلِحْ لِهَجْرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَتُكْرَمُ
Hormatilah orang tua dan sayangilah anak
muda; damaikan perselisihan di antara orang-orang
========================
Menghormat orang tua dan menyayangi anak muda
Rasulullah
saw bersabda:
لَيْسَ
مِنَّا مَنْ لَمْ يُوَقِّرْ كَبِيْرَنَا وَلَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَلَمْ
يَعْرِفْ لِعَالِمِنَا حَقَّهُ
Bukanlah
golongan kami orang muda yang tidak menghormati orang tua, orang tua yang tidak
menyayangi anak muda, dan orang yang tidak mengetahui hak orang alim.
Rasulullah saw bersabda:
مِنْ
اِجْلاَلِ اللهِ اِكْرَامُ ذِى الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ
Termasuk
mengagungkan Allah adalah memuliakan orang yang sudah beruban yang beragama
Islam.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah saw bersabda:
اِنَّ اللهَ
تَعَالَى يَنْظُرُ اِلَى وَجْهِ الشَّيْخِ صَبَاحًا وَمَسَآءً وَيَقُوْلُ : يَا
عَبْدِى قَدْ كَبُرَ سِنُّكَ وَرَقَّ جِلْدُكَ وَدَقَّ عَظْمُكَ وَاقْتَرَبَ
اَجَلُكَ وَحَانَ قُدُوْمُكَ اِلَيَّ فَاسْتَحِ مِنِّى فَاَنَا اَسْتَحْيِى مِنْ
شَيْبَتِكَ اَنْ اُعَذِّبَكَ فِى النَّارِ
Sesungguhnya
Allah Ta'ala memandang ke wajah orang yang sudah tua pada waktu pagi dan petang
seraya berfirman: "Wahai hamba-Ku, umurmu sudah tua, kulitmu sudah
berkeriput, tulangmu sudah rapuh, ajalmu sudah dekat, dan sudah tiba saatnya
engkau menghadap kepada-Ku. Oleh karena itu malulah engkau kepada-Ku, niscaya
Aku malu menyiksa engkau dalam neraka karena ubanmu".
Diceriterakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra pergi ke masjid dengan bergegas untuk melakukan salat berjamaah subuh. Dalam perjalanannya, beliau bertemu seorang tua yang berjalan di depannya dengan tenang dan anggun di gang jalan. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tidak berani mendahului karena memuliakan dan menghormati orang tua tersebut sebab ubannya, sampai waktu terbit matahari tiba. Ketika orang tua tersebut dekat pintu masjid, ia tidak masuk ke dalam masjid, maka tahulah Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra bahwa orang tua tersebut adalah orang Nasrani.
Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra masuk ke dalam masjid dan mendapatkan Rasulullah saw dalam keadaan ruku'. Setelah Rasulullah saw selesai melakukan salat, para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, mengapa Rasulullah memanjangkan ruku' dalam salat ini? Rasulullah belum pernah melakukan seperti ini!"
Diceriterakan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra pergi ke masjid dengan bergegas untuk melakukan salat berjamaah subuh. Dalam perjalanannya, beliau bertemu seorang tua yang berjalan di depannya dengan tenang dan anggun di gang jalan. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra tidak berani mendahului karena memuliakan dan menghormati orang tua tersebut sebab ubannya, sampai waktu terbit matahari tiba. Ketika orang tua tersebut dekat pintu masjid, ia tidak masuk ke dalam masjid, maka tahulah Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra bahwa orang tua tersebut adalah orang Nasrani.
Kemudian Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra masuk ke dalam masjid dan mendapatkan Rasulullah saw dalam keadaan ruku'. Setelah Rasulullah saw selesai melakukan salat, para sahabat bertanya: "Wahai Rasulullah, mengapa Rasulullah memanjangkan ruku' dalam salat ini? Rasulullah belum pernah melakukan seperti ini!"
Rasulullah saw bersabda: "Pada waktu saya ruku' dan membaca:
سُبْحَانَ
رَبِّيَ الْعَظِيْمِ
Maha Suci
Tuhanku Yang Maha Agung.
Sebagaimana wiridanku, dan aku ingin mengangkat kepalaku, datanglah Malaikat Jibril dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan memegang saya dalam waktu yang lama. Tatkala Jibril mengangkat sayapnya, maka aku mengangkat kepalaku." Para sahabat berkata: "Mengapa Malaikat Jibril melakukan ini?" Rasulullah saw bersabda: "Aku tidak bertanya tentang hal tersebut!"
Sebagaimana wiridanku, dan aku ingin mengangkat kepalaku, datanglah Malaikat Jibril dan meletakkan sayapnya di atas punggungku dan memegang saya dalam waktu yang lama. Tatkala Jibril mengangkat sayapnya, maka aku mengangkat kepalaku." Para sahabat berkata: "Mengapa Malaikat Jibril melakukan ini?" Rasulullah saw bersabda: "Aku tidak bertanya tentang hal tersebut!"
Kemudian Jibril datang dan berkata: "Wahai Muhammad, sesungguhnya Ali bin Abi Thalib ra bergegas untuk melakukan salat berjamaah; kemudian di jalan bertemu dengan seorang Nasrani, sedangkan ia tidak tahu bahwa orang tersebut adalah orang Nasrani. Ia menghormatinya karena ubannya dan tidak berani mendahuluinya. Kemudian Allah swt memerintahkan kepadaku untuk memegangi engkau dalam keadaan ruku', agar Ali dapat mengikuti jamaah salat subuh besertamu." Allah memerintahkan kepada Malaikat Mikail untuk memegangi matahari dengan sayapnya, sehingga matahari tidak terbit karena penghormatan Ali ra kepada orang tua.
Rasulullah saw bersabda:
لَيْسَ
الرَّحِيْمُ الَّذِى يَرْحَمُ نَفْسَهُ وَاَهْلَهُ خَآصَّةً وَلكِنَّ الرَّحِيْمَ
الَّذِى يَرْحَمُ الْمُسْلِمِيْنَ
Penyayang
bukanlah orang yang menyayangi dirinya dan keluarganya secara khusus, tetapi
penyayang adalah orang yang menyayangi orang-orang muslim.
Rasulullah saw bersabda:
مَنْ مَسَحَ
عَلَى رَأْسِ يَتِيْمٍ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ تَمُدُّ عَلَيْهَا يَدُهُ
نُوْرٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa
yang mengusap kepala anak yatim, maka setiap rambut yang dijangkau oleh
tangannya akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.
Hikayat:
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra menceriterakan bahwa ada seorang laki-laki datang kepada Nabi Muhammad saw seraya bermohon: "Wahai Rasulullah, saya telah berbuat maksiat. Oleh karena itu sucikanlah diriku!"
Rasulullah saw bersabda: "Apa dosamu?"
Ia berkata: "Aku malu mengucapkannya!"
Rasulullah saw bersabda: "Mengapa engkau malu kepadaku untuk memberitahukan kepadaku tentang dosamu dan tidak malu kepada Allah, sedangkan Allah melihatmu? Berdirilah dan pergilah engkau dariku, agar api tidak turun kepada kita!"
Laki-laki tersebut pergi dari sisi Rasulullah dalam keadaan menyesal, putus asa, dan menangis.
Kemudian Malaikat Jibril datang dan berkata: "Wahai Muhammad, mengapa engkau membuat putus asa orang berbuat maksiat, sedangkan ia mempunyai tebusan bagi dosanya meskipun dosanya banyak?"
Rasulullah bersabda: "Apakah tebusannya?"
Jibril menjawab: "Ia mempunyai anak laki-laki yang masih kecil. Setiap ia masuk ke dalam rumahnya dan anaknya menjumpainya, ia memberinya sesuatu makanan atau memberikan sesuatu yang dapat menggembirakannya. Jika anak tersebut bergembira, niscaya kegembiraannya menjadi tebusan baginya."
Mendamaikan pertikaian di antara orang muslim bila
dijumpai caranya
Dalam surat
al-Hujurat ayat 10 Allah swt berfirman:
اِنَّمَا
الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوْا اللّهَ
لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
Sesungguhnya
orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua
saudaramu dan bertakwalah kamu sekalian kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat.
Dalam surat an-Nisa ayat 85 Allah swt berfirman:
مَنْ
يَشْفَعْ شَفَاعَةً حَسَنَةً يَكُنْ لَّهُ نَصِيْبٌ مِنْهَا ... الآية
Barangsiapa
yang memberikan syafaat yang baik, niscaya dia akan memperoleh bagian (pahala)
dari padanya ..."
Rasulullah saw bersabda:
اَلاَ
اُخْبِرُكُمْ بِاَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصَّلاَةِ وَالصِّيَامِ وَالصَّدَقَةِ ؟
قَالُوْا : بَلَى . قَالَ : اِصْلاَحُ ذَاتِ الْبَيْنِ
Perhatian,
aku akan mengkhabarkan kepada kamu sekalian tentang amal yang lebih utama dari
pada derajat salat, puasa, dan sedekah!" Para sahabat berkata:
"Baik!" Beliau bersabda: "Mendamaikan dua orang yang
berselisih!"
Rasulullah saw bersabda:
اَفْضَلُ
الصَّدَقَةِ اِصْلاَحُ ذَاتِ الْبَيْنِ
Sedekah yang
paling utama adalah mendamaikan dua orang yang berseteru.
Rasulullah saw bersabda:
لَيْسَ
بِكَذَّابٍ مَنْ اَصْلَحَ بَيْنَ اثْنَيْنِ فَقَالَ خَيْرًا
Orang yang
mendamaikan di antara dua orang dan dia berkata baik bukanlah pendusta
.
Rasulullah saw bersabda:
Rasulullah saw bersabda:
اَفْضَلُ
الصَّدَقَةِ اَنْ تُعِيْنَ بِجَاهِكَ مَنْ لاَ جَاهَ لَهُ
Sedekah yang
paling utama ialah apabila Anda membantu dengan pangkat Anda kepada orang yang
sama sekali tidak mempunyai pangkat.
Ketahuilah bahwa orang muslim yang mendiamkan (tidak mengajak bicara) orang muslim lainnya melebihi tiga hari, meskipun ia sedang marah kepadanya adalah haram. Jika keduanya sedang berhadap-hadapan dan tidak mau berbicara kepadanya, meskipun dengan memberi salam, kecuali karena udzur syara', seperti keadaan orang yang didiamkan adalah orang yang fasik atau ahli bid'ah, maka hukumnya tidak haram; meskipun mendiamkannya tidak memberi faedah kepada orang yang didiamkan, seperti meninggalkan perbuatan fasiknya.
Benar, andaikata seseorang mengetahui bahwa mendiamkannya akan membawa orang yang didiamkan bertambah fasik, maka dilarang mendiamkannya. Andai tidak berhadapan, maka hukumnya tidak haram meskipun bertahun-tahun, sebagaimana keterangan Imam al-Mudabighi.
Ketahuilah bahwa orang muslim yang mendiamkan (tidak mengajak bicara) orang muslim lainnya melebihi tiga hari, meskipun ia sedang marah kepadanya adalah haram. Jika keduanya sedang berhadap-hadapan dan tidak mau berbicara kepadanya, meskipun dengan memberi salam, kecuali karena udzur syara', seperti keadaan orang yang didiamkan adalah orang yang fasik atau ahli bid'ah, maka hukumnya tidak haram; meskipun mendiamkannya tidak memberi faedah kepada orang yang didiamkan, seperti meninggalkan perbuatan fasiknya.
Benar, andaikata seseorang mengetahui bahwa mendiamkannya akan membawa orang yang didiamkan bertambah fasik, maka dilarang mendiamkannya. Andai tidak berhadapan, maka hukumnya tidak haram meskipun bertahun-tahun, sebagaimana keterangan Imam al-Mudabighi.
Rasulullah saw bersabda:
لاَ يَحِلُّ
لِمُسْلِمٍ اَنْ يَهْجُرَ اَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثَةِ اَيَّامٍ ؛ فَمَنْ هَجَرَهُ
فَوْقَ ثَلاَثٍ فَمَاتَ دَخَلَ النَّارَ
Tidak halal
bagi seseorang muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari.
Barangsiapa yang mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari, kemudian mati,
maka ia masuk neraka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan