Catatan Popular

Rabu, 1 Oktober 2014

KUNCI MENGENAL ALLAH BAB 1 (BAHAGIAN 2) Zuhud Sebagai Cikal Bakal Tasawuf



Salah satu ajaran tasawuf adalah zuhud bahkan ada sebagian mengatakan zuhud merupakan cikal bakal tasawuf. Secara bahasa zudud, berasal dari Bahasa Arab “Zahada” yang berarti meninggalkan atau menjauhi.

Adapun Zuhud menurut istilah tasawuf adalah memalingkan muka dari kesenangan kehidupan duniawi, dan menghapus cinta dunia pada hati sanubari, hal ini dilakukan untuk konsentrasi mendekatkan diri pada Allah SWT. Dan dalam hal ini mencintai Allah dan hari akhir adalah diatas segala-galanya. Andai kata ia melewati kehidupan orang yang serba mewah dan hedonis, tidak sedikitpun hatinya tergoyah dan terpesona oleh silaunya sinar dunia dan ia sadar betul bahwa kehidupan dunia ini tidak akan sebanding dengan kehidupan akhirat.

Imam Al-Junaid memberikan defenisi masalah ini:
Artinya: Zuhud ialah menganggap remeh dan menghapus cinta keduniaan dalam hati.

Dalam kitab yang sama dikatakan:

Artinya: Orang-orang yang zuhud tidak gembira kalau dunia ada pada dirinya namun juga tidak bersedih jika dunia lari darinya (Risalah Qusyairiyah hal. 56)

Berkata Imam Al-Gazali:

Artinya:  Zuhud artinya meninggalkan sesuatu yang halal yang di inginkan hawa nafsu (Ihya Ulumuddin, jlid IV hal. 212)

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik benang merah, bahwa yang di sebut dengan zuhud adalah memalingkan atau menghapuskan sifat keduniaan dalam hati manusia, dan berkonsentrasi beribadah kepada Allah. Hal ini dilakukan karena akhirat bersifat kekal dan abadi.

Sedangkan menurut Prof. Dr. Harun Nasution seseorang muslim tidak akan menjadi shufi kecuali harus terlebih dahulu menjadi zahid. Dengan demikian tiap sufi pastilah zahid, namun sebaliknya belum tentu si zahid itu sampai pada sufi[4], dan dalam sejarah Islam sebelum munculnya tasawuf terlebih dahulu dari aliran zuhud. Aliran ini menurut sebagian saksi dari ketimpangan social dan moral pada akhir abad I H. dan awal II H. Ketimpangan social dan penyelewengan moral banyak dilakukan oleh elit-elit politik pada waktu itu seperti berbuat maksiat, hidup bermewah-mewah, melanggar batas-batas dan norma-norma syari`at Islam. Orang-orang alim memperingatkan para elit dengan perkataan tidak digyblisnya lagi. Sehingga dalam rangka memperotes dan mengingatkan para elit yang lalai ini ditempuhlah hidup zuhud (hidup bersahaja) sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.

Dengan kata lain zuhud merupakan gerakan moral yang bertujuan mengingatkan para elit politik dan masyarakat luas, agar kembali pada ajaran Allah dan hidup secara Islami sebagaimana yang di contohkan oleh Rasulullah dan sahabat-sahabtnya. Para zahid melihat Mua`wiyah sebagaimana raja-raja romawi dan persi. Dan yang tidak kalah sadisnya, anak kesayangan beliau, Yazid adalah pelanggar HAM berat, yang suka mabuk-mabukan dan larangan-larangan agama lainnya. Nilai-nilai Islam sudah jauh dari kehidupan sehari-hari. Sifat-sifat matrealisme mewabah pada tiap-tiap kehidupan waktu itu, mulai elit politik sampai rakyat biasa.

Dalalam Risalah Qusyairiyah disebutkan bahwa Imam Ahmad Ibnu Hambal membagi zuhud ada tiga macam:

    Zuhudnya orang awam, yaitu menjauhi harta yang haram
    Zuhudnya orang khawas yaitu memalingkan muka dari harta yang halal, hal ini dilakukan demi untuk berkonsentrasi untuk ibadah, taqarrub ilallah SWT.
    Zuhudnya orang arif, meninggalkan harta benda yang dapat mengganggu kepentingan akhirat..

Berbicara tokoh-tokoh zuhud, lebih dahulu perlu diklarifikasikan asal-usul kehidupan zuhud itu sendiri. Zuhud ada sejak zaman Rasulullah, sahabat, tabiin, tabiit tabiin, dan ulama-ulama yang sholeh, tokoh zuhud yang tidak dapat dilupakan adalah Hasan Al-Basry wafat 728 M/ 110 H. konsep Hasan Al-Basri tentang kehidupan keagamaan merupakan refleksi zuhud, dimana keslahan kefakiran, dan menjauhkan cinta dunia dalam hati untuk taqarrub kepada Allah dan gerakan ini  berkembang pesat di Bagdad, sebagai jawaban atas ketimpangan sosial dan politik waktu itu.

Sedangkan di Kufah aliran zuhud di pelopori  Sofyan Assaury yang wafat 135 H, dan Abu Hasyim wafat 150 H. serta Jabir Ibn Hasyim yang wafat 190 H. mereka memakai wol (bulu-bulu domba yang kasar sebagai bentuk protes dan mengingatkan para elit politik yang telah jauh menyimpang dari nilai-nilai agama. Dimana kaum laki-laki sudah memakai sutra dan emas-emasan yang dilarang agama.

Dari kedua kota ini aliran zuhud pindah kedaerah-daearah lain seperti khurasan dengan tokoh Ibrahim Ibn Adham w 162 H. Syafiq al-Balqi w. 190 H. dan di Madinah ada Ja`far asshidiq w. 142 H. dalam memperhatikan kemewahan dunia dan perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan oleh para elit politik, orang-orang zahid ingat akan ancaman Allah yang akan menimpa umatnya yang durhaka, mereka teringat adzab Neraka yang digambarkan dalam Al-Qur`an, mereka lari dari kemewahan dunia yang mewah dan hidup sederhana sebagaimana yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabatnya.

Tentang zuhud ini Hasan Al-Basry mengatakan “Jauhilah dunia ini (dalam hati) karena ia laksana ular yang licin namun ia juga beracun yang siap membunuh “. Sedangkan Ibrahim ibnu Adham adalah putera seorang raja di Persia yang akhirnya menjadi seorang zahid besar, kata  beliau “tinggalkanlah dunia ini, karena cinta dunia membuat orang tuli, serta buta, dan menjadi budaknya duniawi”.

Tiada ulasan: