Oleh Syeikh Abdul Wahhab As-Sya'rani
(Tokoh Sufi Mesir)
Diriwayatkan, Rasul membaca istighfar sampai
70 kali dalam sehari semalam.
"Sungguh, aku beristighfar dan meminta
ampun kepada Allah, 70 kali sehari".
"Hatiku selalu tertindih dan aku selalu
meminta ampun kepada Allah 100 kali (sehari)".
Berdasar hal
itu, Abu Hasan As-Syadzili memerintahkan para muridnya untuk senantiasa beristighfar
kepada Allah. Boleh dibayangkan, Rasul yang maksum (terjaga dan diampuni
dosanya) beristighfar sebanyak itu, bagaimana dengan kita yang tidak terjaga?
Mestinya
harus lebih banyak dari itu. Waktu beristighfar, pertama, pagi dan sore hari.
Diriwayatkan,
setiap hari malaikat pencacat amal manusia senantiasa naik membawa laporan.
Allah tidak melihat apa yang ada di dalamnya, kecuali pada awal dan akhir
catatan. "Benar-benar Aku ampuni dosa hamba-Ku yang tercatat di antara
awal dan akhir catatanini".
Maka,
sungguh beruntung mereka yang dalam buku catatannya banyak dijumpai permohonan
maaf (istighfar). Kedua, saat dilanda
kesulitan dalam soal ekonomi.
Diriwayatkan,
"Siapa yang membiasakan diri membaca
istighfar, akan diberikan jalan keluar dari setiap kesempitan, diberikan
kelapangan dari setiap kesusahan dan diberikan rizqi dari setiap arah yang
tidak terduga".
Ketiga, saat
terjerumus dalam perbuatan maksiat dan dosa. Diriwayatkan, bahwa malaikat
penulis amal tidak langsung mencatat dosa seseorang; ditunggu sampai beberapa
saat. Bila orang tersebut sadar dan mau segera meminta ampun kepada Tuhan, maka
akan diampuni dosanya (tidak dicatat kesalahannya) dan di akherat tidak akan
disiksa. Keempat, sehabis melakukan segala perbuatan baik. Hal ini dimaksudkanuntuk
menyadarkan manusia, bahwa apa yang dilakukan belum tentu sempurna. Mungkin
masih banyak kesalahan, kekurangan dan cacat; karena tidak khusyuk, bercampur
riya, ujub, sombong dan lain-lain.
Rasul
sendiri selalu membacaistighfar 3 kali begitu selesai melaksanakan sholat
fardlu. Demikianlah, setiap orang
hendaknya selalu meminta ampun kepada Allah (memperbanyak istighfar) ; siang
dan malam, setelah mengerjakan dosa atau tidak. Sehingga, ia boleh sedikit lega
dari kemungkinan turunnya siksa atau adzab.
Allahberfirman;
"Allah tidak akan menyiksa mereka yang
senantiasa meminta ampun" (Al-
Anfal, 33).
Catatan:
Selain orang
yang terjerumus dalam dosa, orang yang dianggap baik oleh masyarakat padahal
sebenarnya tidak demikian, ia harus juga banyak beristighfar. Harus banyak
minta ampun kepada Allah, karena ia secara tidak langsung
berarti
telah "mengelabui" masyarakat; tidak sesuai dengan yang mereka
ketahui dan perkirakan. Para ulama menyatakan, sejelek-jelek manusia adalah
orang yang dianggap baik oleh masyarakat, padahal yang ada sebenarnya tidak
demikian. Ia senang dipuji, tetapi tidak mau meneliti dan menyadari
kekurangannya sendiri. Orang yang baik tidak demikian. Ia tahu dan sadar akan
kelebihannya, tetapi juga sadar akan kelemahan dan kekurangannya. Sedemikian,
sehingga dapat melihat dan menempatkan dirinya secara proporsional; tidak
terlalu disanjung, tetapi juga tidak diremehkan. Ia selalu beristighfar
terhadap kesalahan dan kekurangannya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan