Oleh Syeikh Abdul Wahhab As-Sya'rani
(Tokoh Sufi Mesir)
Seseorang
yang ingin mencapai Tuhan harus mempunyai rasa malu; malu melakukan segala
perbuatan yang bertentangan dengan ketentuan-Nya. Para ulama menyatakan, ibadah
mempunyai 71 jurusan (pintu).
Tujupuluh (70)
di antara terkandung dalam rasa malu, hanya 1 (satu) ada dalam semua bentuk
kebajikan. Rasul sendiri selalu memerintahkan para shahabat agar mempunyai rasa
malu terhadap Tuhan.
Bagaimana
malu terhadap Tuhan?
"Orang
yang malu kepada Allah adalah orang yang menjaga kepala dan apa yang ada
didalamnya (fikiran-fikiran dan khayalan yang tidak benar), menjaga perut dan apa yang ada di dalamnya
(makanan yang tidak halal), dan
senantiasa ingat matidan kebinasaan. Siapa yang menginginkan akherat hendaknya
meninggalkan – pengaruh kehidupan dunia.
Siapa yang dapat demikian, berarti benar-benar malu kepada Allah".
Fudhail
menyatakan, tanda-tanda orang celaka ada 5 (lima); keras hatinya (tidak mau
menerima nasehat), beku matanya (tidak mahu melihat kebenaran), sedikit rasa
malunya, cinta kemewahan dunia dan penjang angan-angannya.
Sedang
As-Sariy menyatakan, rasa malu dan puas (qanaah) dapat menundukkan (melemaskan)
hati. Bila keduanya masuk ke dalam hati, dan di sana ada sifat zuhud dan wara,
maka hati akan menjadi tenang dan damai. Sebaliknya, bila di sana tidak ditemukan
zuhud dan wara, rasa malu dan puas akan menyingkir. Tanda-tanda orang yang malu
kepada Allah tidak akan menjerumuskan diri ke dalam perbuatan dosa dan maksiat.
Selain rasa
malu, seseorang yang hendak masuk Hadlirat Ilahy dan mendekatkan diri
kepada-Nya, harus mempunyai tata krama dan sopan santun. Ini adalah sesuatu
yang sangat penting. Sebahagian ulama
menyatakan, tata krama hampir mencapai 2/3 dari persoalan agama. Bahkan yang
lain menyatakan, siapa yang tidak mempunyai sopan santun, berarti tidak
mempunyai agama, tidak mempunyai iman dan tidak mempunyai tauhid.
"Orang
yang tidak mempunyai tata krama, berarti tidak mempunyai agama, tidak mempunyai
iman dan tidak mempunyai tauhid".
Dalam
ibadah, mencari ilmu dan lain-lain, soal sopan santun tidak boleh ditinggalkan.
Para ulama menyatakan, seseorang bisa mencapai surga dengan amalnya, akan
tetapi ia tidak akan bisa masuk Hadlirat Ilahy kecuali dengan sopan santun dan
tata krama (dalam ibadahnya). Orang yang tidak menjaga kesopanan dalam
ketaatan, ia tetap terhijab dari Tuhan. Karena itu, seseorang murid harus menjaga benar masalah
ini. Dikatakan,para wali tidak mencapai derajat itu karena banyaknya amal,
tetapi justru disebabkan oleh tata krama dan kebaikan ahlaknya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan