Catatan Popular

Ahad, 11 Oktober 2015

KITAB AJARAN KAUM SUFI AL-KALABADZI : AJARAN KE 28 MENGENAI HAKIKAT IMAN



Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf

Karya  Ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI

Salah seorang syekh berkata :  “Unsur iman itu ada empat : penyatuan tanpa batas, ingatan tanpa selaan, keadaan tanpa pemerian dan ekstase tanpa waktu.” Kata-kata “keadaan (hal) tanpa pemerian (na’t)” berarti bahwa yang diperikannya adalah juga keadaannya, sehingga dia diberi sifat dengan setiap keadaan mulia yang diperikannya; ekstase tanpa waktu (waqt)” berarti bahwa dia merenungkan Tuhan pada setiap waktu.

Seorang tokoh Sufi berkata : Jika iman seseorang sejati adanya, maka dia tidak akan menggubris fenomena (kaun) dan obyek-obyek fenomenal; sebab, kerendahan tujuan itu muncul dari kurangnya ma’rifat.” Yang berkata : “Iman yang sejati adalah pemujaan akan Tuhan, dan buahnya adalah rasa malu terhadap Tuhan.” Telah dikatakan bahwa : “Sedang mengenai orang yang beriman, dadanya diluaskan dengan cahaya Islam, dan hatinya dipalingkan kepada Tuhan-nya; bagian dalam hatinya (fu’ad) menyaksikan Tuhan-nya, dan pemahamanya pun jelas; dia berada bersama tuhannya, merasa puas kalau dia dekat, dan menangis kalau Dia jauh,” Yang lain berkata : “Iman kepada Tuhan adalah merenungkan ketuhanan-Nya,”

Abu’l Qasim al-Baghdadi berkata : “Iman adalah yang menyatukanmu dengan Tuhan dan yang memusatkan pikiranmu kepada Tuhan. Tuhan itu esa, dan begitu pula, orang yang beriman itu satu. Jika orang menyesuiakan diri dengan benda-benda, maka nafsu-nafsu memisahkan dirinya; dan jika orang itu terpisahkan dari Tuhan oleh nafsu-nafsunya, dan mengikuti syahwat serta benda-benda yang diinginkannya, maka dia kehilangan Tuhan. Tidakkah engkau tahu bahwa tuhan memerintahkan mereka untuk mengulang-ulang akad perjanjian mereka pada setiap pemikiran dan pandangan? Sebab Tuhan berfirman : “Hai orang-orang yang berriman! Tetaplah percaya.” Nabi berkata : “Kekafiran itu lebih tersembunyi di antara umatku daripada jejak seekor semut di atas batu pada malam gelap.” Nabi juga berkata : “Semoga mereka yang memuja uang itu binasa, semoga mereka yang memuja kelamin itu binasa, semoga yang pakaian itu binasa.” Saya bertanya pada seorang syekh kita mengenai iman, dan dia berkata : “Itu berarti bahwa engkau mesti benar-benar tanggap akan panggilan Tuhan, melenyapkan dari hatimu semua pemikiran mengenai pergimu dari-Nya, sehingga engkau selalu ada bersama semua yang menjadi milik Tuhan dan menghidanr dari semua yang bukan menjadi milik Tuhan.” Pada kesempatana lain, saya menanyakan kepadanya pertanyaan yang sama, dan dia menjawab : “Iman adalah sesuatu yang tidak boleh digantikan, dan tugas yang tidak boleh dilalaikan. Kata-kata “Hai orang-orang yang berriman”, mengandung arti, “Hai orang-orang pilihan dan ma’rifat-Ku! Hai orang-orang yang dekat dan selalu merenungkan Aku!.”

Beberpa tokoh Sufi menganggap Iman dan Islam itu khusus.” Seorang tokoh Sufi berkata : “Iman itu merupakan perwujudan dan kepercayaan, Islam itu kerendahan hati dan penghambaan.” Yang lain berkata : “Tauhid adalah sebuha rahasia dan itu bisa dicapai dengan pernyataan bahwa Tuhan itu tidak dapat dilihat, ma’rifat itu adalah suatau ketakwaan, dan itu berarti bahwa engkau mengenal Tuhan dalam gelar-gelar-Nya, Iman itu adalah ikrar hati untuk menjaga rahasia itu, dan untuk mengenal ketakwaan itu; Islam adalah perenungan kemaujudan Tuhan di dalam segala sesuatu yang dibutuhkan darimu.”

Tiada ulasan: