Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq
Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI
Salah seorang syekh berkata : “Unsur iman itu ada empat : penyatuan tanpa
batas, ingatan tanpa selaan, keadaan tanpa pemerian dan ekstase tanpa waktu.”
Kata-kata “keadaan (hal) tanpa pemerian (na’t)” berarti bahwa yang diperikannya
adalah juga keadaannya, sehingga dia diberi sifat dengan setiap keadaan mulia
yang diperikannya; ekstase tanpa waktu (waqt)” berarti bahwa dia merenungkan
Tuhan pada setiap waktu.
Seorang tokoh Sufi berkata : Jika iman seseorang sejati
adanya, maka dia tidak akan menggubris fenomena (kaun) dan obyek-obyek
fenomenal; sebab, kerendahan tujuan itu muncul dari kurangnya ma’rifat.” Yang
berkata : “Iman yang sejati adalah pemujaan akan Tuhan, dan buahnya adalah rasa
malu terhadap Tuhan.” Telah dikatakan bahwa : “Sedang mengenai orang yang
beriman, dadanya diluaskan dengan cahaya Islam, dan hatinya dipalingkan kepada
Tuhan-nya; bagian dalam hatinya (fu’ad) menyaksikan Tuhan-nya, dan pemahamanya
pun jelas; dia berada bersama tuhannya, merasa puas kalau dia dekat, dan menangis
kalau Dia jauh,” Yang lain berkata : “Iman kepada Tuhan adalah merenungkan
ketuhanan-Nya,”
Abu’l Qasim al-Baghdadi berkata : “Iman adalah yang
menyatukanmu dengan Tuhan dan yang memusatkan pikiranmu kepada Tuhan. Tuhan itu
esa, dan begitu pula, orang yang beriman itu satu. Jika orang menyesuiakan diri
dengan benda-benda, maka nafsu-nafsu memisahkan dirinya; dan jika orang itu
terpisahkan dari Tuhan oleh nafsu-nafsunya, dan mengikuti syahwat serta
benda-benda yang diinginkannya, maka dia kehilangan Tuhan. Tidakkah engkau tahu
bahwa tuhan memerintahkan mereka untuk mengulang-ulang akad perjanjian mereka
pada setiap pemikiran dan pandangan? Sebab Tuhan berfirman : “Hai orang-orang
yang berriman! Tetaplah percaya.” Nabi berkata : “Kekafiran itu lebih tersembunyi
di antara umatku daripada jejak seekor semut di atas batu pada malam gelap.”
Nabi juga berkata : “Semoga mereka yang memuja uang itu binasa, semoga mereka
yang memuja kelamin itu binasa, semoga yang pakaian itu binasa.” Saya bertanya
pada seorang syekh kita mengenai iman, dan dia berkata : “Itu berarti bahwa
engkau mesti benar-benar tanggap akan panggilan Tuhan, melenyapkan dari hatimu
semua pemikiran mengenai pergimu dari-Nya, sehingga engkau selalu ada bersama
semua yang menjadi milik Tuhan dan menghidanr dari semua yang bukan menjadi
milik Tuhan.” Pada kesempatana lain, saya menanyakan kepadanya pertanyaan yang
sama, dan dia menjawab : “Iman adalah sesuatu yang tidak boleh digantikan, dan
tugas yang tidak boleh dilalaikan. Kata-kata “Hai orang-orang yang berriman”,
mengandung arti, “Hai orang-orang pilihan dan ma’rifat-Ku! Hai orang-orang yang
dekat dan selalu merenungkan Aku!.”
Beberpa tokoh Sufi menganggap Iman dan Islam itu khusus.”
Seorang tokoh Sufi berkata : “Iman itu merupakan perwujudan dan kepercayaan,
Islam itu kerendahan hati dan penghambaan.” Yang lain berkata : “Tauhid adalah
sebuha rahasia dan itu bisa dicapai dengan pernyataan bahwa Tuhan itu tidak
dapat dilihat, ma’rifat itu adalah suatau ketakwaan, dan itu berarti bahwa
engkau mengenal Tuhan dalam gelar-gelar-Nya, Iman itu adalah ikrar hati untuk
menjaga rahasia itu, dan untuk mengenal ketakwaan itu; Islam adalah perenungan
kemaujudan Tuhan di dalam segala sesuatu yang dibutuhkan darimu.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan