Seorang
sayyid bernama Nasiri, sedang melakukan perjalanan ke tanah suci untuk
menunaikan ibadah haji. Ketika sampai di Baghdad ia pun pergi mengunjungi
Junaid.
' 'Dari manakah engkau datang, sayy id ?", Junaid bertanya setelah menjawab salam.
"Aku datang dari Ghilan", jawab sang sayyid
"Keturunan siapakah engkau?", tanya Junaid.
"Aku adalah keturunan 'Ali, pangeran kaum Muslimin, semoga Allah memberkatinya", jawabnya.
"Nenek moyangmu itu bersenjatakan dua bilah pedang", ujar Junaid. "Yang satu untuk melawan orang-orang kafir dan yang lain-nya untuk melawan dirinya sendiri. Pada saat ini, sebagai puteranya, pedang manakah yang engkau gunakan?"
' 'Dari manakah engkau datang, sayy id ?", Junaid bertanya setelah menjawab salam.
"Aku datang dari Ghilan", jawab sang sayyid
"Keturunan siapakah engkau?", tanya Junaid.
"Aku adalah keturunan 'Ali, pangeran kaum Muslimin, semoga Allah memberkatinya", jawabnya.
"Nenek moyangmu itu bersenjatakan dua bilah pedang", ujar Junaid. "Yang satu untuk melawan orang-orang kafir dan yang lain-nya untuk melawan dirinya sendiri. Pada saat ini, sebagai puteranya, pedang manakah yang engkau gunakan?"
Sang sayyid
menangis sedih mendengarkan kata-kata ini. Direbahkannya dirinya di depan
Junaid dan berkatalah ia:
"Guru, di sinilah ibadah hajiku. Tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Allah".
"Dadamu adalah tempat bernaung Allah. Usahakanlah sedaya upayamu agar tidak ada yang cemar memasuki tempat bernaungNya itu".
"Hanya itulah yang ingin kuketahui", si sayyid berkata.
"Guru, di sinilah ibadah hajiku. Tunjukkanlah kepadaku jalan menuju Allah".
"Dadamu adalah tempat bernaung Allah. Usahakanlah sedaya upayamu agar tidak ada yang cemar memasuki tempat bernaungNya itu".
"Hanya itulah yang ingin kuketahui", si sayyid berkata.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan