"Aku
telah mendapat pelajaran mengenai keyakinan yang tulus dari seorang tukang
cukur", Junaid merenungi dan setelah itu ia pun berkisah sebagai berikut;
Suatu ketika
sewaktu aku berada di Mekkah, kulihat seorang tukang cukur sedang menggunting
rambut seseorang.
Aku berkata
kepadanya: "Jika karena Allah, bersediakah engkau mencukur rambutku?"
"Aku
bersedia", jawab si tukang cukur. Ia segera menghentikan pekerjaannya dan
berkata kepada langganannya itu: "Berdirilah, apabila nama Allah
diucapkan, hal-hal yang lain harus ditunda".
Ia
menyuruhku duduk. Diciumnya kepalaku dan dicukurnya rambutku. Setelah selesai
ia memberikan kepadaku segumpal kertas yang berisi beberapa keping mata wang.
"Gunakanlah
wang ini untuk keperluanmu", katanya kepadaku.
Aku pun lalu
bertekad bahwa hadiah yang pertama sekali kuperoleh sejak saat itu akan
kuserahkan kepada si tukang cukur tersebut. Tak lama kemudian aku menerima
sekantong wang emas dari Bashrah. Wang ini kuberikan kepada tukang cukur itu.
"Apakah
ini?" ia bertanya kepadaku.
''Aku telah
bertekad", aku menjelaskan. "hadiah yang pertama sekali kuperoleh
akan kuberikan kepadamu. Wang itu baru saja kuterima".
Tetapi si
tukang cukur menjawab:
"Tidakkah engkau malu kepada Allah? Engkau telah mengatakan kepadaku: 'Demi Allah cukurlah rambutku', tetapi kemudian engkau memberi hadiah kepadaku. Pernahkah engkau menjumpai seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan demi Allah dan meminta bayaran?".
"Tidakkah engkau malu kepada Allah? Engkau telah mengatakan kepadaku: 'Demi Allah cukurlah rambutku', tetapi kemudian engkau memberi hadiah kepadaku. Pernahkah engkau menjumpai seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan demi Allah dan meminta bayaran?".
Tiada ulasan:
Catat Ulasan