Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq
Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI
Sebagian besar tokoh Sufi menahan diri agar tidak
melibatkan diri dengan pertanyaan apakah para Rasul lebih dipentingkan
ketimbang pra malaikat, atau sebaliknya, dengan mengatakan bahwa keunggulan
dimiliki oleh mereka yang lebih dipentingkan oleh Tuhan, dan bahwa masalah ini
bukan merupakan masalah esensi, bukan pula masalah tindakan. Tapi, beberapa
orang mengatakan bahwa para malaikat lebih dipentingkan ketimbang para Nabi,
dan beberapa orang yang lain mengatakan bahwa para Nabi lebih dipentingkan
ketimbang para malaikat.
Muhammad ibn al-Fadhl berkata : “Malaikat sebagai
suatu keseluruhan lebih baik ketimbang orang beriman sebagai suatu keseluruhan,
tapi ada beberapa orang beiman tertentu yang lebih baik daripada malaikat.”
Artinya, menurut mereka, para Nabi itulah yang lebih baik.
Mereka mengakui bahwa beberapa rasul tertentu lebih baik
daripada yang selebihnya, dengan menafsir firman Tuhan : “Sesungguhnya kami
telah memberikan keutamaan kepada beberapa Nabi lebih dari sebagai yang lain.”
Tapi mereka menolak untuk menrinci sipa di antara mereka yang lebih disukai dan
siapa yang kurang disukai, dengan begitu, hal ini sejalan dengan sanda Nabi :
“Jangan memilih-milih di antara nabi-nabi itu.” Sekalipun begitu, mereka menetapkan,
sebagai sebuah prinsip, bahwa Muhammad adalah yang paling baik di antara semua
nabi, dengan berdasarkansabda beliau : “Akulah penghulu seluru puyra Adam,
bukannya takabur. Adam dan semua yang hidup sesudahnya berada di bawah
panji-panjiku.” Serta sabda-sabda beliau yang lain, juga pada firman Tuhan :
“Kamu adalah umat pilihan yang telah dilahirkan untuk seluruh manusia.” Karena
mereka adalah umat yang paling baik, sedangkan mereka adalah mereka umat
beliau, maka hal ini berarti bahwa nabi mereka adalah nabi yang terbaik – bukti
ini, dan bukti-bukti lain keunggulan beliau, bisa ditemukan dalam Al-Qur’an.
Mereka semua mengakui bahwa para nabi itu lebih baik dari
manusia baisa, dan bahwa tidak ada orang yang dapat menyaingi kebaikan para
nabi, entah dia orang yang benar-benar beriman, wali atau yang lain, betapa pun
besar kekuasaannya dan hebat kedudukannya. Nabi berssabda kepada Ali : “Dua
orang ini adalah penghulu para sesepuh penghuni surga, yang hidup terdahulu
maupun tekemudian, kecuali para nabi dan rasul.” Dengan menunjukkan kata-kata
ini kepada Abu Bakr dan Umar, dan mengisyaratkan bahwa mereka adalah
manusia-manusia terbaik setelah para nabi.
Abu Yazid al-Bistami berkata :
“Taraf akhir orang mukmin sejati adalah taraf awal nabi, dan taraf akhir nabi
tidak memiliki batas.”
Sahl ibn Abdillah
berkata : “Tujuan-tujuan para ahli ma’rifat hanya sampai pada selubung, dan
disana mereka berhenti dengan pandangan ke bawah, lalu izin diberikan kepda
mereka dan mereka mengucap salam, mereka pun diberi pakaian jubah berkekuatan
ketuhanan, dan diajuhkan dari kesalahan. Sedang tujuan-tujuan yang dicapai para
nabi adalah berkeliling di seputar singgasana dan diberi pakaian cahaya, nilai
mereka dimuliakan, dan mereka digabungkan denga
Yang Maha Besar, dan dibuat-Nya ambisi pribadi mereka mati, dan
dilepaskan-Nya mereka dari nafsu, dan dijadikan-Nya mereka hanya berurusan
dengan Dia dan demi Dia,”
Abu Yazid berkata : “Jika satu zarah saja dari diri
nabi mengejawantah dalam penciptaan, maka tiada sesuatu pun yang berada di
bawah Singgasana akan bisa menanggungnya.” Dia juga berkata : “Ma’rifat dan
pengetahuan manusia itu, kalau dibandingkan dengan ma’rifat dan pengetahuan
Nabi, adalah bagaikan setets embun yang menetes dari pucuk kantung air kulit.”
Salah seorang dari mereka berkata : “Tak satu nabi pun mencapai kesempurnaan
kesetujuan (taslim) dan kepasrahan (tafwid), kecuali Yang Terkasih dan Sang
Karib. Dengan alasan ini, tokoh-tokoh besar Sufi tak berharap bisa mencapai
kesempurnaan, meski mereka dalam keadaan dekat (dengan Tuhan) dan telah
mengalami perenungan yang sejati.
Abu’l Abbas dan Ibn Atha berkata : “Taraf
yang paling rendah dari para rasul adalah yang paling tinggi dari para nabi,
dan taraf paling rendah dari para nabi adalah yang paling tinggi dari orang-orang
mukmin sejati, dan taraf yang paling rendah dari orang-orang yng benar-benar
beriman adalah yang paling tinggi dari para syuhada, dan taraf paling rendah
dari para syuhada adalah yang paling tinggi dari orang-orang takwa, dan taraf
paling rendah dari orang-orang takwa adalah yang paling tinggi dari orang-orang
yang beriman.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan