OLEH IMAM NAWAWI {ulama besar mazhab Syafi'i}
ISLAM,
IMAN DAN IHSAN
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول
الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر
, لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم
فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام ,
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن
محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه
سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال
" أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره
" قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه
, فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول
بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن
ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا
, ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال
" فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika
kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba
tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut
sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan
tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya.
Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya
pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah,
selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam
" Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya
tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah, engkau
mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan
mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya."
Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia
bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku
tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Allah,
kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada
hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi
berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan
kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab, "Engkau beribadah kepada
Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya,
sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata
lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab,"
Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya
orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya"
Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan
puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak
berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan."
Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah
berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?"
Saya menjawab," Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah
berkata,"
Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang
agama kepadamu" [Muslim no. 8]
Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi
perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu
syari’at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu
sunnah.
Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang
bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang
terhormat atau penguasa, karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada
manusia dalam keadaan seperti itu.
Kalimat “ Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas
kedua paha beliau, lalu ia berkata : Wahai Muhammad…..” adalah riwayat yang
masyhur. Nasa’i meriwayatkan dengan kalimat, “Dan ia meletakkan kedua tangannya
pada kedua lutut Rasulullah….” Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya
adalah kedua lututnya.
Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan iman adalah dua
hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam
pengertian syari’at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.
Kalimat, “Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri
yang membenarkannya” mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas
kejadian tersebut, karena orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal
oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah
dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia
sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran
dengan kejadian itu.
Kalimat, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para
malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya….” Iman kepada Allah yaitu mengakui
bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari
sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya, tidak
ada yang setara dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai
kehendak-Nya dan melakukan segala kekuasaan-Nya sesuai keinginan-Nya.
Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para
malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah,
dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.
Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahwa
mereka jujur dalam menyampaikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan
mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, menyampaikan semua ajaran
yang diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah
perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh
dibeda-bedakan.
Iman kepada hari Akhir, maksudnya mengakui adanya kiamat,
termasuk hidup setelah mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan
timbangan amal, menempuh jembatan antara surga dan neraka, serta adanya Surga
dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur’an dan
Hadits Rasulullah.
Iman kepada taqdir yaitu mengakui semua yang tersebut
diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS. Ash-Shaffaat : 96, “Allah
menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu” dan dalam QS. Al-Qamar : 49,
“Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu” dan di
ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah, Dari Ibnu Abbas,
“Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan suatu keuntungan
kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang Allah telah
tetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk melakukan suatu yang
membahayakan dirimu, niscaya tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang
telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran-lembaran
telah kering”
Para Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala
urusan dengan sungguh-sungguh lagi penuh keyakinan tidak sedikitpun terbersit
keraguan, maka dia adalah mukmin sejati.
Kalimat, “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau
melihat-Nya….” Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an dalam beribadah,
memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta
keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.
Kalimat, “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya ? sabda
beliau : Budak perempuan melahirkan anak tuannya” maksudnya kaum muslimin kelak
akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak tawanan, maka budak-budak banyak
melahirkan anak tuannya dan anak ini akan menempati posisi majikan karena
kedudukan bapaknya. Hal ini menjadi sebagian tanda-tanda kiamat. Ada juga yang
mengatakan bahwa itu menunjukkan kerusakan umat manusia sehingga orang-orang
terhormat menjual budak yang menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga
berpindah-pindah tangan yang mungkin sekali akan jatuh ke tangan anak
kandungnya tanpa disadarinya.
Hadits ini juga menyatakan adanya larangan berlomba-lomba
membangun bangunan yang sama sekali tidak dibutuhkan. Sebagaimana sabda
Rasulullah,” Anak adam diberi pahala untuk setiap belanja yang dikeluarkannya
kecuali belanja untuk mendirikan bangunan”
Kalimat, “Penggembala Domba” secara khusus disebutkan
karena merekalah yang merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga
umumnya tidak mampu mendirikan bangunan, berbeda dengan para pemilik onta yang
umumnya orang terhormat.
Kalimat, “Saya tetap tinggal beberapa lama” maksudnya
Umar radhiallahu 'anh tetap tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang
yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah
Rasulullah.
Kalimat, “Ia datang kepada kamu sekalian untuk mengajarkan
agamamu” maksudnya mengajarkan pokok-pokok agamamu, demikian kata Syaikh
Muhyidin An Nawawi dalam syarah shahih muslim. Isi hadits ini yang terpenting
adalah penjelasan islam, iman dan ihsan, serta kewajiban beriman kepada Taqdir
Allah Ta'ala.
“Sesungguhnya
keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang, QS. Al-Fath : 4,
Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah
ada sebelumnya”. Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu
Mulaikah berkata, “Aku temukan ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir
ada sifat kemunafikan dalam dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang
berani mengatakan bahwa ia memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan
Mikail ‘alaihimus salaam”
Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk
ketaatan yang tersebut dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan
perwujudan dari keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan.
Oleh karena itu kata Mukmin secara mutlak tidak dapat diterapkan pada
orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama,
sebab suatu istilah harus menunjukkan pengertian yang lengkap dan tidak boleh
dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan menggunakan kata
Tidak beriman sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, “Seseorang tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri ketika
dia beriman” maksudnya seseorang dikatakan tidak beriman ketika berzina
atau ketika dia mencuri.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan