Kitab Al-Ta-aruf li-Madzhabi Ahl Al-Tashawwuf
Karya Ibn Abi Ishaq
Muhammad ibn Ibrahim ibn Ya’qub Al-Bukhari AL-KALABADZI
Al-Junaid berkata : Ruh adalah sesuatu yang
diketahui hanya oleh Tuhan, dan tak satu
makhluk pun mengetahuinya. Oleh sebab itu, ruh tidak dapat diungkap dengan cara
lain kecuali sebagai sesuatu yang maujud. Tuhan berfirman : “Kataakanlah, Ruh
itu urusan Rabbku.”
Abu Abdillah an-Nibaji berkata : “Ruh adalah sesuatu yang
terlalu halus untuk dilihat, dan terlalu besar untuk disentuh, tidak dapat
diungkapkan dengan cara lain kecuali bahwa dia maujud.”
Ibn ‘Atha berkata :
“Tuhan menciptakan ruh sebelum jasad, sebab Dia berfirman, “Dan Kami
menciptakanmu,” yaitu ruh, lalu kami bentuk kamu,” yaitu jasad.”
Tokoh Sufi
lain berkata : “Ruh adalah suatu (esensi) yang halus yang maujud dalam suatu
(jasad) kasar, seperti juga penglihatan yang merupakan esensi halus yang maujud
dalam (jasad) kasar,”
Sebagian besar mereka mengakui bahwa ruh ialah
obyek, yang karenanya jasad hidup. Seorang tokoh Sufi berkata : “Ruh merupakan
seberkas cahaya, nafas semerbak (ruh), yang lewatnya kehidupan berlangsung.
Sedang Jiwa (nafs) merupakan sebuah angin panas, yang lewatnya nafsu timbul.”
Al-Qahtabi berkata : Tuh tidak pernah dimasukan di bawah perendahan oleh kata
“Jadilah” inilah jawaban atas pertanyaan, apakah ruh itu? Oleh sebab itu,
dalam pandangannya, satu-satunya fungsi ruh
adalah untuk membuat kehidupan, dan berada dalam keadaan hidup, seperti
juga menghasilkan kehidupan, adalah sifat Tuhan, sebagaimana membentuk dan
mencipta adalah sifat Sang Pencipta. Pandangannya ini didasarkannya atas firman
Tuhan : “Katakanlah, ruh itu ada di bawah perintah Tuhanmu.” Mereka menafsirkan
kata “Perintah” di sini sebagai firman Tuhan, dan firman Tuhan itu tidak
dicipta. Tapi, ini sama saja dengan menyatakan bahwa segala sesuatu yang
memiliki kehidupan hanya bisa hidup lewat firman Tuhan “Hiduplah”, sehingga ruh
dalam hal itu sama sekali tidak merupakan sesuatu (yang maujud) dalam tubuh.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan