Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang terkenal banyak ilmunya adalah sahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu,
sehingga beliau dijuluki al-Bahr
(lautan) karena luas dan banyaknya ilmu.
Beliau menguasai dengan baik dari ilmu
fiqih sampai kepada ilmu ta’wil al-Qur`an (tafsir), dan yang terkenal dari beliau adalah bidang
tafsir. Semua itu berkat do’shallallahu ‘alaihi wa sallam Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam kepadanya. Ibnu ‘Abbas termasuk salah seorang shahabat
yang lebih pandai dalam tafsir al-Qur’an dari sekian banyak shahabat Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan sebaik-baik penerjemah al-Qur’an
adalah Ibnu ‘Abbas.
Di dalam kitab al-Mustadrak diriwayatkan, Syaqiq rahimahullah berkata, “Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhu berkhutbah pada waktu musim haji. Beliau membukanya
(memulainya) dengan surat an-Nur lantas beliau membaca dan menafsirkannya.
Kemudian kami berkata, “Kami tidak pernah melihat dan mendengar perkataan
seorang laki-laki seperti dia. Seandainya penduduk Persia dan Romawi
mendengarkannya, niscaya mereka akan masuk Islam.”
Abu Wail rahimahullah berkata, “Kami dan shahabat kami melaksanakan
ibadah haji. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu ditunjuk sebagai
pemimpin Haji,
kemudian beliau membaca surat an-Nur dan menafsirkannya. Lantas
shahabat kami berkata, “Subhanallah, alangkah mengagumkannya apa yang
keluar dari kepala laki-laki ini. Seandainya bangsa Turki mendengar ini tentu
mereka akan masuk Islam.”
Thawus rahimahullah berkata, “Kami tidak melihat yang lebih menjaga batasanbatasan Allah dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu”
‘Abdullah bin Mas’ud y berkata, “Seandainya Ibnu ‘Abbas radhiyallahu
‘anhu mengetahui umur (ilmu) kami, tentu tiada seorangpun dari kami yang mencapai
sepersepuluhnya.”
Abu Shalih rahimahullah berkata, “Sungguh kami telah
mengetahui majlis Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu. Seandainya semua kaum
Quraisy berbangga, niscaya cukuplah mereka berbangga dengannya. Dan sungguh
kami mengetahui manusia berkumpul, sehingga jalanan menjadi sempit, seseorang
yang datang kepadanya sulit kembali.
Abu Shalih rahimahullah melanjutkan, “Aku masuk ke dalam dan aku
kabari Ibnu ‘Abbas bahwa mereka menunggu di pintu. Ibnu ‘Abbas
berkata kepadaku, ‘Ambilkan air wudhu` untukku.’
Kemudian beliau wudhu` dan duduk seraya berkata kepadaku, “Keluarlah dan
katakan kepada mereka, barangsiapa yang ingin bertanya tentang al-Qur’an dan
huruf-hurufnya, hendaknya ia masuk.’ Kemudian aku keluar dan memberitahu mereka. Maka
masuklah mereka sehingga penuhlah rumah dan kamarnya. Dan tidaklah mereka
bertanya tentang sesuatu, kecuali dijawabnya. Bahkan lebih banyak dan luas dari
yang ditanyakan.
Beliau radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Ganti teman-temanmu
yang lain.’ Maka mereka keluar. Kemudian ia berkata kepadaku, ‘Keluarlah dan
katakan kepada mereka barang siapa yang ingin bertanya tentang halal
dan haram serta fiqih, hendaknya ia masuk.’ Kemudian aku keluar dan memberitahu
mereka. Maka masuklah mereka sehingga penuhlah rumah dan kamarnya. Dan tidaklah
mereka bertanya tentang sesuatu kecuali dijawabnya. Bahkan lebih banyak dan
luas dari yang ditanyakan. Beliau berkata, ‘Ganti teman-temanmu
yang lain.’ Maka mereka keluar. Kemudian ia berkata kepadaku, ‘Keluarlah dan
katakan kepada mereka barang siapa yang ingin bertanya tentang Faraid (ilmu waris) hendaknya ia masuk.’
Kemudian aku keluar dan memberitahu mereka. Maka masuklah mereka sehingga
penuhlah rumah dan kamarnya. Dan tidaklah mereka bertanya tentang sesuatu
kecuali dijawabnya. Bahkan lebih banyak dan luas dari yang ditanyakan.
Beliau radhiyallahu ‘anhu berkata, ‘Ganti teman-temanmu
yang lain.’ Maka mereka keluar. Kemudian ia berkata kepadaku, ‘Keluarlah dan
katakan kepada mereka barang siapa yang ingin bertanya tentang bahasa arab,
syair, dan kosa-kata asing, hendaknya ia masuk.’
Kemudian aku keluar dan memberitahu mereka. Maka masuklah mereka sehingga
penuhlah rumah dan kamarnya. Dan tidaklah mereka bertanya tentang sesuatu
kecuali dijawabnya. Bahkan lebih banyak dan luas dari yang ditanyakan. Abu Shalih berkata,
seandainya kaum Quraisy berbangga niscaya cukuplah mereka berbangga dengannya.
Aku tidak pernah melihat seseorang seperti dia.”
Masruq rahimahullah berkata, “Apabila kami melihat Ibnu ‘Abbas, kami
berkomentar bahwa ia manusia paling tampan. Apabila ia bertutur
kata, kami berkomentar
bahwa ia paling pasih di antara manusia, dan apabila mengajar, kami
berkomentar bahwa ia paling pandai di antara manusia.”
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu telah banyak meriwayatkan hadits dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, diantaranya yang
diriwayatkan dan dicatat oleh para ulama ahli hadits sebanyak 1660 hadits, yang
disepakati alBukhari dan Muslim sebanyak 75 hadits, alBukhari
sebanyak 120 hadits dan Muslim sebanyak 9 hadits.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan