Ada
seorang pertapa besar yang hidup sezaman dengan At-Tirmidzi. Ia selalu
mengkritik At-Tirmidzi.
Di seluruh dunia ini, At-Tirmidzi tak memiliki apapun kecuali sebuah pondok. Saat ia kembali dari perjalanannya dari Hijaz, seekor anjing telah melahirkan di pondoknya yang tak berpintu.
At-Tirmidzi tak ingin mengusir anjing itu. Ia datang dan pergi sebanyak delapan kali dengan harapan anjing itu akan pergi sendiri dengan membawa anak-anaknya.
Malam itu sang pertapa itu bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi berkata, “Sirrah, engkau menentang seseorang yang delapan kali menolong seekor anjing. Jika engkau menginginkan kebahagiaan abadi, pergilah, kencangkan ikat pinggangmu, dan mengabdilah padanya.”
Sang Pertapa menjadi terlalu malu untuk menjawab salam At-Tirmidzi. Sejak saat itu, ia mengabdi pada At-Tirmidzi.
Di seluruh dunia ini, At-Tirmidzi tak memiliki apapun kecuali sebuah pondok. Saat ia kembali dari perjalanannya dari Hijaz, seekor anjing telah melahirkan di pondoknya yang tak berpintu.
At-Tirmidzi tak ingin mengusir anjing itu. Ia datang dan pergi sebanyak delapan kali dengan harapan anjing itu akan pergi sendiri dengan membawa anak-anaknya.
Malam itu sang pertapa itu bermimpi bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Nabi berkata, “Sirrah, engkau menentang seseorang yang delapan kali menolong seekor anjing. Jika engkau menginginkan kebahagiaan abadi, pergilah, kencangkan ikat pinggangmu, dan mengabdilah padanya.”
Sang Pertapa menjadi terlalu malu untuk menjawab salam At-Tirmidzi. Sejak saat itu, ia mengabdi pada At-Tirmidzi.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan