Imam Ahmad Syihabuddin
Bin Salamah Al-Qulyuby.
Diceritakan khalifah Harun Ar Rasyid
memiliki seorang budak wanita yang berulit hitam dan berwajah buruk. Pada suatu
hari ia membagikan sejumlah wang kepada para pembantunya.
Para budaknya pun berusaha untuk
mendapatkan bagiannya masing-masing. Akan tetapi budak tersebut justru diam
saja dan menatap wajah sang kholifah. Maka ditanyakan kepadanya, “Mengapa kamu
tidak ikut berebut wang?” Ia menjawab, ”Yang mereka inginkan adalah wang, sedangkan
yang aku inginkan adalah sang pemiliknya.”
Sang khalifah merasa kagum mendengarnya,
kemudian didekatinya pelayan tersebut dan memberi pujian kepadanya.
Maka tersebarlah berita kepada para penggawa
bahwa Harun Ar Rasyid jatuh cinta pada budaknya yang hitam.
Mendengar khabar tersebut ia kemudian
mengundang mereka dan memerintahkan untuk mengumpulkan para budaknya dan
masing-masing diberi satu wadah yakut seraya diperintah untuk memecahkannya.
Semuanya pun menolak untuk melakukannya
kecuali si pelayan hitam, ia menjatuhkan wadah tersebut dan memecahkannya.
Khalifah pun berkata, ”Lihatlah !, budak
ini, wajahnya buruk dan perbuatannya mengggelikan,” kemudian ia bertanya pada
budaknya, “Mengapa kamu memecahnya?”
Budak itupun menjawab, ”Aku telah
diperitahkan untuk memecahnya, maka aku berpendapat memecahnya hanyalah sekedar
mengurangi kekayaan raja, sedangkan tidak memecahnya berarti mengurangi
kekuasaan raja, menurutku tindakan pertama lebih utama demi menjaga
kehormatan kekuasaan raja. Aku juga berpendapat dengan memecahnya aku hanya
akan dianggap gila, sedangkan membiarkannya aku akan disebut menentang kuasa
raja.
Yang pertama lebih aku sukai
dibandingkan yang kedua. Para penggawa pun membenarkan ucapannya dan memaklumi
sang kalifah dalam menyayanginya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan