Imam Ahmad Syihabuddin
Bin Salamah Al-Qulyuby.
Diceritakan : dari sebagian orang shalihin
dia berkata : “aku adalah orang yang thawaf ke baitullah ketika itu ada seorang
lelaki yang sujud sambil mengucapkan : “apa yang kau lakukan wahai tuanku terhadap perintah hambamu yang ihram ?”.
Selama aku lewat di depannya aku
mendengarnya mengucapkan hal tersebut. Kemudian ketika aku selesai dari thawaf
dan dia selesai dari sujudnya aku bertanya
kepada lelaki itu mengenai masalah tersebut. Kemudian dia berkata padaku
: “ketahuilah !, kita berada di Negara
Romawi kita akan menyerang benteng mereka”.
Kemudian pasukan kami mengumpulkan semua
pasukan dalam jumlah yang besar dan
mereka pergi dari negaranya. Kemudian pemimpin pasukan mengambil sepuliuh
pasukan kuda dari kita, aku merupakan salah satu darinya, lantas kami diutus
menjadi pasukan depan.
Kemudian kami mendatangi padang sahara
yang tandus ( mafazah) , kami disana melihat 60 orang kafir lalu kami melihat ke mafazah lain tiba-tiba
kami melihat 600 orang kafir. Kemudian kami pulang. Kemudian kami mengabarkan
hal tersebut pada pemimpin maka pemimpin mengutus pasukan muslim ke mafazah
tersebut. Kemudian mereka semua ditahan , lalu pemimpin berkata pada kami :
“sesungguhnya kalian membawa barokah”.
Kemudian mereka keluar pada tengah malam
seperti biasanya. Kita tiba dengan 1000 pasukan berkuda lalu kami bebaskan
semua tahanan. Bersama mereka kami tiba di Negara Romawi, kemudian raja memerintahkan menahan kita.
Kemudian sampai
berita padanya bahwa pasukan Islam telah membunuh tawananan salah satu
diantarannya yaitu Ibnu Amil al Malik sehingga sang raja menjadi sangat sedih akan kejadian teresebut.
Kemudian sang raja memerintahkan untuk
menghukum kami, kemudian mereka menyiksa mata kami kemudian si waqif berkata : “demi kepala raja apa yang mengenai
mata mereka untuk meringankan mereka maka bukalah mata kalian agar kalian bisa
melihat bahwa siksaan sebagian dari kalian lebih berat daripada kalian.
Mereka menyingkap
dari penglihatan kami. Lantas kami
melihat seseorang yang berdiri dihadapan
kami, dia memakai pakaian sutera dan bermahkotakan dari emas. Dulu dia seorang laki-laki muslim kemudian
dia murtad dan masuk ke kelompok orang-orang kafir.
Kemudian aku tidak
mampu berkata-kata dengannya. Kami melihat ke atas, kami melihat sepuluh budak
wanita yang tiap-tiap dari mereka membawa sapu tangan dan tilam. Di atas mereka
terdapat beberapa pintu lorong menuju langit.
Kemudian algojo memulai
membunuh kami satu persatu. Ketika setiap kali algojo membunuh satu dari kami
maka satu budak wanita menyongsong dan memungut ruhnya serta merusaknya di
dalam sapu tangan, menaruhnya di atas piring dan menaikkannya ke satu pintu
menuju langit.
Tinggallah aku yang
terakhir, ketika semua masalah telah berakhir. Budak wanitakupun telah
bersiap-siap melakukan apa yang seperti diperlakukan kepada
teman-temanku.Ketika algojo hendak membunuhku, seseorang yang berdiri di
hadapan raja berkata : “Wahai raja, ketika mereka dibunuh semua, maka siapa
yang mengabarkan ke orang-orang muslim tentang pembunuhan mereka?, tinggal
orang inilah yang mengabarkan kepada orang muslim”. Kemudian algojo berpaling
dari membunuhku dan budak wanita pergi dariku sambil berkata: “Tidak dapat
apa-apa, tidak dapat apa-apa”.
Oleh karena hal
tersebut, aku mendekatkan diri ditempat ini seraya aku berkata : “Ya Tuhan, Bagaimanakah Engkau
membuat masalah Tidak dapat apa-apa?”.
Sebagian orang
berkata : “Tidak apa-apa, Allah mengutamakan orang-orang yang besar”.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan