KARANGAN IMAM AL GHAZALI DALAM IHYA ULUMUDDIN .....SIRI 1
BAHAGIAN 1 : KELEBIHAN ILMU
Ertinya :"Contoh-contoh itu Kami buat untuk manusia dan tidak ada yang mengerti kecuali orang-orang yang berilmu ".(S. Al-Ankabut, ayat 43).
Ertinya :"Kalau mereka kembalikan kepada Rasul dan orang yang berkuasa diantara mereka niscaya orang-orang yang memperkatikan itu akan dapat mengetahui yang sebenarnya".
(S. An-Nisa', ayat 83).
Ertinya :"Wahai anak Adam Sesungguhnya Kami telah turunkan kepadamu pakaian yang menutupkan anggota kelaminmu dan bulu dan pakaian ketaqwaan". (S. Al-A'raf, ayat 26).
Tuhan menerangkan yang demikian pada ayat tadi untuk menyatakan nikmatNya dengan pengajaran itu.
وقال صلى الله عليه وسلم: العلماء ورثة الأنبياء
(Al-'ulamaa-u waratsatul ambiyaa-i).
Berkata pula Ali ra. : "Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu berpuasa, bershalat dan berjihad. Apabila mati orang yang berilmu, maka terdapatlah suatu kekosongan dalam Islam yang tidak dapat ditutup selain orang penggantinya".
Berkata Abul-Aswad : "Tidak adalah yang lebih mulia dari ilmu. Raja-raja itu menghukum manusia dan 'alim ulama itu menghukum raja-raja".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Disuruh pilih pada Sulaiman bin Daud as. antara ilmu, harta dan kerajaan, Maka dipilihnya ilmu, lalu dianugerahkanlah kepadanya harta dan kerajaan bersama ilmu itu".
"Ditanyakan kepada Ibnul Mubarak : "Siapakah manusia itu?". Maka ia menjawab : "Orang-orang yang berilmu". Lalu ditanyakan pula : "Siapakah raja itu?".
Maka ia menjawab : "Orang yang zuhud ( tidak terpengaruh dengan kemewahan dunia )'.
Ditanyakan pula : "Siapakah orang hina itu?'.
Maka ia menjawab : "Mereka yang memakan (memperoleh) dunia dengan agama'f.
Ibnul Mubarak tidak memasukkan orang tak berilmu dalam golongan manusia. Karena ciri yang membedakan antara manusia dan hewan, ialah ilmu. Maka manusia itu adalah manusia, di mana ia menjadi mulia karena ilmu. Dan tidaklah yang demikian itu disebabkan kekuatan dirinya. Unta adalah lebih kuat daripada manusia. Bukanlah karena besarnya. Gajah lebih besar daripada manusia.
Bukanlah karena beraninya. Binatang buas lebih berani daripada manusia. Bukanlah karena banyak makannya. Perut lembu lebih besar daripada perut manusia. Bukanlah karena kesetubuhannya dengan wanita. Burung pipit yang paling rendah lebih kuat berse tubuh, dibandingkan dengan manusia. Bahkan, manusia itu tidak dijadikan, selain karena ilmu.
Berkata setengah ulama : "Wahai kiranya, barang apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang ketiadaan ilmu dan barang apakah yang hilang dari orang yang memperoleh ilmu".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
(Man uutiyal Qur-aana fara-aa anna ahadan uutiya khairan minhu faqad haqqara maa 'adhdhamallaahu ta'aalaa).
Ertinya :"Barangsiapa dihadiahkan kepadanya Al-Quran lalu ia memandang ada lain yang lebih baik daripadanya, maka orang itu telah menghinakan apa yang dibesarkan oleh Allah Ta 'ala ".
Bertanya Fathul-Mausuli ra. : "Bukankah orang sakit itu apabila tak mau makan dan minum, lalu mati?". Menjawab orang dikelilingnya : "Benar!".
Lalu menyambung Fathul-Mausuli : "Begitu pula hati, apabila tak mau kepada hikmah dan ilmu dalam tiga hari, maka matilah hati itu"
Benarlah perkataan itu, karena sesungguhnya makanan hati itu ialah ilmu dan hikmah. Dengan dua itulah, hidup hati, sebagaimana tubuh itu hidup dengan makanan.
Orang yang tak berilmu, hatinya menjadi sakit dan kematian hatinya itu suatu keharusan. Tetapi, dia tidak menyadari demikian, karena kecintaan dan kesibukannya dengan dunia, menghilangkan perasaan itu, sebagaimana kesangatan takut, kadang-kadang menghilangkan kepedihan luka seketika, meskipun luka itu masih ada.
Apabila mati itu telah menghilangkan kesibukan duniawi, lalu ia merasa dengan kebinasaan dan merugi besar. Kemudian, itu tidak bermanfa'at baginya.
Yang demikian itu, seperti : dirasakan oleh orang yang telah aman dari ketakutan dan telah sembuh mabuk, dengan luka-luka yang diperolehnya dahulu sewaktu sedang mabuk dan takut.
Kita berlindung dengan Allah dari hari pembukaan apa yang tertutup. Sesungguhnya manusia itu tertidur. Apabila mati, maka dia terbangun. Berkata Al-Hassan ra. : "Ditimbang tinta para ulama dengan darah para syuhada'. Maka beratlah timbangan tinta para ulama itu, dari darah para syuhada' ".
Berkata Ibnu Mas'ud ra. : "Haruslah engkau berilmu sebelum ilmu itu diangkat. Diangkat ilmu adalah dengan kematian perawi-perawinya. Demi Tuhan yang jiwaku di dalam kekuasaanNya!. Sesungguhnya orang-orang yang syahid dalam perang sabil, lebih suka dibangkitkan oleh Allah nanti sebagai ulama. Karena melihat kemuliaan ulama itu. Sesungguhnya tak ada seorangpun yang dilahirkan berilmu. Karena ilmu itu adalah dengan belajar".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Bertukar-pikiran tentang ilmu sebahagian dari malam, lebih aku sukai daripada berbuat ibadah di malam itu". Begitu juga menurut Abu Hurairah ra. dan Ahmad bin Hanbal ra.
Berkata Al-Hasan tentang firman Allah Ta'ala :
Ertinya :"Wahai Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia ini dan kebaikan pula di hari akhirat". (S. Al-Baqarah, ayat 201).
Bahwa kebaikan di dunia itu ialah ilmu dan ibadah, sedang kebaikan di akhirat itu, ialah sorga.
Ditanyakan kepada setengah hukama' (para ahli hikmah) : "Barang apakah yang dapat disimpan lama?".
Lalu ia menjawab : "Yaitu barang-barang, apabila kapalmu karam, maka dia berenang bersama kamu, yakni : ilmu, Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan karam kapal ialah binasa badan, dengan mati.
Berkata setengah hukama' : "Barangsiapa membuat ilmu sebagai kekang di mulut kuda, niscaya dia diambil manusia menjadi imam. Dan barangsiapa dikenal dengan hikmahnya, niscaya dia diperhatikan oleh semua mata dengan mulia".
BAHAGIAN 1 : KELEBIHAN ILMU
Dalil-dalilnya
dari Al-Qur-an, ialah firman Allah swt. :
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ
(S. Ali Imran, ayat 18).
شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ
(S. Ali Imran, ayat 18).
Ertinya :"Allah mengakui bahawa sesungguhnya
Tiada tuhan selaindaripadanya,Dan Malaikat Malaikat Mengakui, Dan Orang orang
Berilmu ". (S Ali Iran ayah 18)
Maka lihatlah, betapa Allah swt. memulai dengan diriNya sendiri dan menduai dengan malaikat dan menigai dengan ahli ilmu.
Cukuplah kiranya dengan ini, buat kita pertanda kemuliaan,kelebihan, kejelasan, dan ketinggian orang-orang yang berilmu.
Pada ayat lain Allah swt. Berfirman :
Maka lihatlah, betapa Allah swt. memulai dengan diriNya sendiri dan menduai dengan malaikat dan menigai dengan ahli ilmu.
Cukuplah kiranya dengan ini, buat kita pertanda kemuliaan,kelebihan, kejelasan, dan ketinggian orang-orang yang berilmu.
Pada ayat lain Allah swt. Berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
(S. Al Mujaadalah, ayat 11).
(S. Al Mujaadalah, ayat 11).
Ertinya :"Diangkat oleh Allah orang-orang yang
beriman daripada kamu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa
tingkat".(S. Al-Mujadalah, ayat 11).
Ibnu Abbas radliallaa.hu'anh (ra.) (diredai Allah dia kiranya) mengatakan :
"Untuk ulama beberapa tingkat di atas orang mu'min, dengan 700 tingkat tingginya. Antara dua tingkat itu, jaraknya sampai 500 tahun perjalanan".
Pada ayat lain Allah swt. Berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (S. Az-Zumar, ayat 9).
Ibnu Abbas radliallaa.hu'anh (ra.) (diredai Allah dia kiranya) mengatakan :
"Untuk ulama beberapa tingkat di atas orang mu'min, dengan 700 tingkat tingginya. Antara dua tingkat itu, jaraknya sampai 500 tahun perjalanan".
Pada ayat lain Allah swt. Berfirman :
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ (S. Az-Zumar, ayat 9).
Ertinya :"Katakanlah, Adakah sama antara
orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu?".
(S Az. zumar, ayat 9).
(S Az. zumar, ayat 9).
Berfirman Allah swt. :
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
(S. Fathir, ayat 28).
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
(S. Fathir, ayat 28).
Ertinya :"Sesungguhnya yang takut akan Allah
daripada hambaNya ialah ulama (ahh ilmu)". (s Fathir ayat 28).
Berfirman Allah swt. :
قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ
(S. Ar-raa'd, ayat 43).
قُلْ كَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ وَمَنْ عِنْدَهُ عِلْمُ الْكِتَابِ
(S. Ar-raa'd, ayat 43).
Ertinya :"Katakanlah! Cukuplah Allah menjadi
saksi antara aku dan kamu dan orang-orang yang padanya ada pengetahuan tentang
Al-Qur'an ". (S. Ar-Ra'd, ayat 43).
Pada ayat yang lain tersebut :
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ
(Qaalal ladzii 'indahuu 'ilmun minal
kitaabi ana aatika bihi)(S. An-Naml, ayat 40).
Ertinya :"Berkatalah orang yang mempunyai
pengetahuan tentang Kitab "Aku sanggup membawanya kepada engkau".
(S. An-Naml, ayat 40).
(S. An-Naml, ayat 40).
Ayat ini memberitahukan bahwa orang itu
merasa sanggup karena tenaga pengetahuan yang ada padanya.
Berfirman Allah swt. :
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
(S. Al-Qashash, ayat 80).
وَقَالَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ وَيْلَكُمْ ثَوَابُ اللَّهِ خَيْرٌ لِمَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا
(S. Al-Qashash, ayat 80).
Ertinya :"Berkatalah orang-orang yang
berpengetahuan : Malang nasibmu Pahala dari Allah lebih baik untuk orang yang
beriman dan mengerjakan perbuatan baik ". (S. Al-Qashash, ayat
80).
Ayat ini menjelaskan bahwa tingginya
kedudukan di akhirat, diketahui dengan ilmu pengetahuan.
Pada ayat lain tersebut :
وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
(S. Al-'Ankabuut, ayat 43).
وَتِلْكَ الأمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا إِلا الْعَالِمُونَ
(S. Al-'Ankabuut, ayat 43).
Ertinya :"Contoh-contoh itu Kami buat untuk manusia dan tidak ada yang mengerti kecuali orang-orang yang berilmu ".(S. Al-Ankabut, ayat 43).
Dan firman Allah Swt. :
وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ
( An nisaa Ayat 83)
وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الأمْرِ مِنْهُمْ
( An nisaa Ayat 83)
Ertinya :"Kalau mereka kembalikan kepada Rasul dan orang yang berkuasa diantara mereka niscaya orang-orang yang memperkatikan itu akan dapat mengetahui yang sebenarnya".
(S. An-Nisa', ayat 83).
Ayat ini menerangkan bahwa untuk
menentukan hukum dari segala kejadian, adalah terserah kepada pemahaman mereka.
Dan dihubungkan tingkat mereka dengan tingkat Nabi-nabi, dalam hal menyingkap
hukum Allah.
Dan ada yang menafsirkan tentang firman
Allah :
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى
(Yaabanii Aadama qad anzalnaa 'alaikum libaasan yuwaarii sau-aatikum wa riisyan wa libaasut taqwaa). (S. Al-A'raaf, ayat 26).
يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى
(Yaabanii Aadama qad anzalnaa 'alaikum libaasan yuwaarii sau-aatikum wa riisyan wa libaasut taqwaa). (S. Al-A'raaf, ayat 26).
Ertinya :"Wahai anak Adam Sesungguhnya Kami telah turunkan kepadamu pakaian yang menutupkan anggota kelaminmu dan bulu dan pakaian ketaqwaan". (S. Al-A'raf, ayat 26).
dengan tafsiran, bahwa pakaian itu
maksudnya ilmu, bulu itu maksudnya yakin dan pakaian ketaqwaan itu maksudnya malu.
Pada ayat lain tersebut :
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ
(Walaqad ji'naahum bikitaabin fashshalnaahu 'alaa 'ilmin). (S. Al-A'raaf, ayat 52).
وَلَقَدْ جِئْنَاهُمْ بِكِتَابٍ فَصَّلْنَاهُ عَلَى عِلْمٍ
(Walaqad ji'naahum bikitaabin fashshalnaahu 'alaa 'ilmin). (S. Al-A'raaf, ayat 52).
Ertinya :"Sesungguhnya Kami telah datangkan
kitab kepada mereka, Kami jelaskan dengan pengetahuan". (S.
Al-A'raf, ayat 52).
Pada ayat lain :
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ
(Falanaqushshanna 'alaihim bi'ilmin). (S. Al-A'raaf, ayat 7).
فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ
(Falanaqushshanna 'alaihim bi'ilmin). (S. Al-A'raaf, ayat 7).
Ertinya :" Sesungguhnya akan kami ceritakan
kepada mereka menurut pengetahuan".
(S. Al-A'raf, ayat 7).
(S. Al-A'raf, ayat 7).
Pada ayat lain :
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
(S. Al-'Ankabuut, ayat 49).
بَلْ هُوَ آيَاتٌ بَيِّنَاتٌ فِي صُدُورِ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ
(S. Al-'Ankabuut, ayat 49).
Ertinya :"Bahkan (Al-Qur-an) itu adalah
bukti-bukti yang jelas di dalam dada mereka yang diberipengetahuan".
(S. Al-'Ankabut, ayat 49).
(S. Al-'Ankabut, ayat 49).
Pada ayat lain :
خَلَقَ الإنْسَانَ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ(S. Ar Rahmaan, ayat 3-4).
خَلَقَ الإنْسَانَ عَلَّمَهُ الْبَيَانَ(S. Ar Rahmaan, ayat 3-4).
Ertinya :"Tuhan menjadikan manusia dan
mengajarkannya berbicara terang'.'
(S. Ar-Rahman, ayat 3-4).
(S. Ar-Rahman, ayat 3-4).
Tuhan menerangkan yang demikian pada ayat tadi untuk menyatakan nikmatNya dengan pengajaran itu.
Adapun hadits, maka Rasulullah saw.
Bersabda :
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين ويلهمه رشده
فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من يرد الله به خيرا يفقهه في الدين ويلهمه رشده
Ertinya :"Barangsiapa dikehendaki Allah akan
memperoleh kebaikan, niscaya dianugerahiNya pemahaman dalam agama dan
diilhamiNya petunjuk".
Nabi saw. bersabda : .
وقال صلى الله عليه وسلم: العلماء ورثة الأنبياء
(Al-'ulamaa-u waratsatul ambiyaa-i).
Ertinya :
"Orang berilmu (ulama) itu adalah pewaris dari Nabi-Nabi".
"Orang berilmu (ulama) itu adalah pewaris dari Nabi-Nabi".
Adapun atsar (kata-kata shahabat Nabi saw. dan pemuka-pemuka Islam lainnya)
yaitu :
Ali bin Abi Thalib ra. berkata kepada Kumail : "Hai Kumail......................
Ali bin Abi Thalib ra. berkata kepada Kumail : "Hai Kumail......................
Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu
menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta
itu terhukum. Harta itu berkurang apabila dibelanjakan dan ilmu itu bertambah
dengan dibelanjakan".
Berkata pula Ali ra. : "Orang berilmu lebih utama daripada orang yang selalu berpuasa, bershalat dan berjihad. Apabila mati orang yang berilmu, maka terdapatlah suatu kekosongan dalam Islam yang tidak dapat ditutup selain orang penggantinya".
Berkata pula
Ali ra. dengan sajak
1)
Tidaklah kebanggaan selain bagi ahli ilmu,
Mereka memberi petunjuk kepada orang yang meminta di tunjukkan.
2) Nilai manusia adalah dengan kebaikan yang dikerjakannya,
Dan orang-orang jahil itu adalah musuh ahli ilmu.
3) Menanglah engkau dengan ilmu, hiduplah berlama
Orang lain mati, ahli ilmu itu terus hidup
Mereka memberi petunjuk kepada orang yang meminta di tunjukkan.
2) Nilai manusia adalah dengan kebaikan yang dikerjakannya,
Dan orang-orang jahil itu adalah musuh ahli ilmu.
3) Menanglah engkau dengan ilmu, hiduplah berlama
Orang lain mati, ahli ilmu itu terus hidup
Berkata Abul-Aswad : "Tidak adalah yang lebih mulia dari ilmu. Raja-raja itu menghukum manusia dan 'alim ulama itu menghukum raja-raja".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Disuruh pilih pada Sulaiman bin Daud as. antara ilmu, harta dan kerajaan, Maka dipilihnya ilmu, lalu dianugerahkanlah kepadanya harta dan kerajaan bersama ilmu itu".
"Ditanyakan kepada Ibnul Mubarak : "Siapakah manusia itu?". Maka ia menjawab : "Orang-orang yang berilmu". Lalu ditanyakan pula : "Siapakah raja itu?".
Maka ia menjawab : "Orang yang zuhud ( tidak terpengaruh dengan kemewahan dunia )'.
Ditanyakan pula : "Siapakah orang hina itu?'.
Maka ia menjawab : "Mereka yang memakan (memperoleh) dunia dengan agama'f.
Ibnul Mubarak tidak memasukkan orang tak berilmu dalam golongan manusia. Karena ciri yang membedakan antara manusia dan hewan, ialah ilmu. Maka manusia itu adalah manusia, di mana ia menjadi mulia karena ilmu. Dan tidaklah yang demikian itu disebabkan kekuatan dirinya. Unta adalah lebih kuat daripada manusia. Bukanlah karena besarnya. Gajah lebih besar daripada manusia.
Bukanlah karena beraninya. Binatang buas lebih berani daripada manusia. Bukanlah karena banyak makannya. Perut lembu lebih besar daripada perut manusia. Bukanlah karena kesetubuhannya dengan wanita. Burung pipit yang paling rendah lebih kuat berse tubuh, dibandingkan dengan manusia. Bahkan, manusia itu tidak dijadikan, selain karena ilmu.
Berkata setengah ulama : "Wahai kiranya, barang apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang ketiadaan ilmu dan barang apakah yang hilang dari orang yang memperoleh ilmu".
Bersabda Nabi صلى الله عليه وسلم :
وقال عليه الصلاة والسلام : من
أوتي القرآن فرأى أن أحدا أوتي خيرا منه فقد حقر ما عظم الله تعالى
(Man uutiyal Qur-aana fara-aa anna ahadan uutiya khairan minhu faqad haqqara maa 'adhdhamallaahu ta'aalaa).
Ertinya :"Barangsiapa dihadiahkan kepadanya Al-Quran lalu ia memandang ada lain yang lebih baik daripadanya, maka orang itu telah menghinakan apa yang dibesarkan oleh Allah Ta 'ala ".
Bertanya Fathul-Mausuli ra. : "Bukankah orang sakit itu apabila tak mau makan dan minum, lalu mati?". Menjawab orang dikelilingnya : "Benar!".
Lalu menyambung Fathul-Mausuli : "Begitu pula hati, apabila tak mau kepada hikmah dan ilmu dalam tiga hari, maka matilah hati itu"
Benarlah perkataan itu, karena sesungguhnya makanan hati itu ialah ilmu dan hikmah. Dengan dua itulah, hidup hati, sebagaimana tubuh itu hidup dengan makanan.
Orang yang tak berilmu, hatinya menjadi sakit dan kematian hatinya itu suatu keharusan. Tetapi, dia tidak menyadari demikian, karena kecintaan dan kesibukannya dengan dunia, menghilangkan perasaan itu, sebagaimana kesangatan takut, kadang-kadang menghilangkan kepedihan luka seketika, meskipun luka itu masih ada.
Apabila mati itu telah menghilangkan kesibukan duniawi, lalu ia merasa dengan kebinasaan dan merugi besar. Kemudian, itu tidak bermanfa'at baginya.
Yang demikian itu, seperti : dirasakan oleh orang yang telah aman dari ketakutan dan telah sembuh mabuk, dengan luka-luka yang diperolehnya dahulu sewaktu sedang mabuk dan takut.
Kita berlindung dengan Allah dari hari pembukaan apa yang tertutup. Sesungguhnya manusia itu tertidur. Apabila mati, maka dia terbangun. Berkata Al-Hassan ra. : "Ditimbang tinta para ulama dengan darah para syuhada'. Maka beratlah timbangan tinta para ulama itu, dari darah para syuhada' ".
Berkata Ibnu Mas'ud ra. : "Haruslah engkau berilmu sebelum ilmu itu diangkat. Diangkat ilmu adalah dengan kematian perawi-perawinya. Demi Tuhan yang jiwaku di dalam kekuasaanNya!. Sesungguhnya orang-orang yang syahid dalam perang sabil, lebih suka dibangkitkan oleh Allah nanti sebagai ulama. Karena melihat kemuliaan ulama itu. Sesungguhnya tak ada seorangpun yang dilahirkan berilmu. Karena ilmu itu adalah dengan belajar".
Berkata Ibnu Abbas ra. : "Bertukar-pikiran tentang ilmu sebahagian dari malam, lebih aku sukai daripada berbuat ibadah di malam itu". Begitu juga menurut Abu Hurairah ra. dan Ahmad bin Hanbal ra.
Berkata Al-Hasan tentang firman Allah Ta'ala :
رَبَّنَا آتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً
(Rabbanaa aatinaa fiddun-ya hasanatan wa fil aakhirati hasanatan)
S. Al-Baqarah, ayat 201.
(Rabbanaa aatinaa fiddun-ya hasanatan wa fil aakhirati hasanatan)
S. Al-Baqarah, ayat 201.
Ertinya :"Wahai Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia ini dan kebaikan pula di hari akhirat". (S. Al-Baqarah, ayat 201).
Bahwa kebaikan di dunia itu ialah ilmu dan ibadah, sedang kebaikan di akhirat itu, ialah sorga.
Ditanyakan kepada setengah hukama' (para ahli hikmah) : "Barang apakah yang dapat disimpan lama?".
Lalu ia menjawab : "Yaitu barang-barang, apabila kapalmu karam, maka dia berenang bersama kamu, yakni : ilmu, Dikatakan bahwa yang dimaksud dengan karam kapal ialah binasa badan, dengan mati.
Berkata setengah hukama' : "Barangsiapa membuat ilmu sebagai kekang di mulut kuda, niscaya dia diambil manusia menjadi imam. Dan barangsiapa dikenal dengan hikmahnya, niscaya dia diperhatikan oleh semua mata dengan mulia".
Berkata
Imam Asy-Syafi'i ra. : "Di antara kemuliaan ilmu, ialah, bahwa tiap-tiap orang dikatakan
berilmu, meskipun dalam soal yang remeh, maka ia gembira. Sebaliknya, apabila
dikatakan tidak, maka ia m eras a sedih".
Berkata Umar ra. : "Hai manusia! Haruslah engkau berilmu! Bahwasanya Allah swt. mempunyai selendang yang dikasihiNya. Barangsiapa mencari sebuah pintu dari ilmu, maka ia diselendangi Allah dengan selendangNya. Jika ia berbuat dosa, maka dimintanya kerelaan Allah tiga kali, supaya selendang itu tidak di buka daripadanya dan jika pun berkepanjangan dosanya sampai ia mati".
Berkata Al-Ahnaf ra. : "Hampirlah orang berilmu itu dianggap sebagai Tuhan. Dan tiap-tiap kemuliaan yang tidak dikuatkan dengan ilmu, maka kehinaanlah kesudahannya".
Berkata Salim bin Abil-Ja'ad ; "Aku dibeli oleh tuanku dengan arga 300 dirham lalu dimerdekakannya aku. Lalu aku bertanya : "Pekerjaan apakah yang akan aku kerjakan?". Maka bekerjalah aku dalam lapangan ilmu. Tak sampai setahun kemudian, datanglah berkunjung kepadaku amir kota Madinah. Maka tidak aku izinkan, ia masuk".
Berkata Zubair bin Abi Bakar : "Ayahku di Irak menulis surat kepadaku. Isinya diantara Iain, yaitu : "Haruslah engkau berilmu! Karena jika engkau memerlukan kepadanya, maka ia menjadi harta bagimu. Dan jika engkau tidak memerlukan kepadanya, maka ilmu itu menambahkan keelokanmu".
Diceriterakan juga yang demikian dalam nasehat Luqman kepada anaknya.
Berkata Luqman : "Hai anakku! Duduklah bersama ulama ,Rapatlah mereka dengan kedua lututmu! Sesungguhnya Allah swt. menghidupkan hati dengan nur-hikmah (sinar ilmu) seperti menghidupkan bumi dengan hujan dari langit".
"Berkata setengah hukama' : "Apabila meninggal seorang ahli ilmu maka ia ditangisi oleh ikan di dalam air dan burung di udara. Wajahnya hilang tetapi sebutannya tidak dilupakan".
Berkata Az-Zuhri : "Ilmu itu jantan dan tidak mencintainya selain oleh laki-laki yang jantan".
Berkata Umar ra. : "Hai manusia! Haruslah engkau berilmu! Bahwasanya Allah swt. mempunyai selendang yang dikasihiNya. Barangsiapa mencari sebuah pintu dari ilmu, maka ia diselendangi Allah dengan selendangNya. Jika ia berbuat dosa, maka dimintanya kerelaan Allah tiga kali, supaya selendang itu tidak di buka daripadanya dan jika pun berkepanjangan dosanya sampai ia mati".
Berkata Al-Ahnaf ra. : "Hampirlah orang berilmu itu dianggap sebagai Tuhan. Dan tiap-tiap kemuliaan yang tidak dikuatkan dengan ilmu, maka kehinaanlah kesudahannya".
Berkata Salim bin Abil-Ja'ad ; "Aku dibeli oleh tuanku dengan arga 300 dirham lalu dimerdekakannya aku. Lalu aku bertanya : "Pekerjaan apakah yang akan aku kerjakan?". Maka bekerjalah aku dalam lapangan ilmu. Tak sampai setahun kemudian, datanglah berkunjung kepadaku amir kota Madinah. Maka tidak aku izinkan, ia masuk".
Berkata Zubair bin Abi Bakar : "Ayahku di Irak menulis surat kepadaku. Isinya diantara Iain, yaitu : "Haruslah engkau berilmu! Karena jika engkau memerlukan kepadanya, maka ia menjadi harta bagimu. Dan jika engkau tidak memerlukan kepadanya, maka ilmu itu menambahkan keelokanmu".
Diceriterakan juga yang demikian dalam nasehat Luqman kepada anaknya.
Berkata Luqman : "Hai anakku! Duduklah bersama ulama ,Rapatlah mereka dengan kedua lututmu! Sesungguhnya Allah swt. menghidupkan hati dengan nur-hikmah (sinar ilmu) seperti menghidupkan bumi dengan hujan dari langit".
"Berkata setengah hukama' : "Apabila meninggal seorang ahli ilmu maka ia ditangisi oleh ikan di dalam air dan burung di udara. Wajahnya hilang tetapi sebutannya tidak dilupakan".
Berkata Az-Zuhri : "Ilmu itu jantan dan tidak mencintainya selain oleh laki-laki yang jantan".
Tiada ulasan:
Catat Ulasan