Catatan Popular

Sabtu, 22 September 2012

TOKOH SUFI MUHAMMAD WAASI’ (2) : KISAH BELIAU DENGAN ABU JAHIR

Wafat Ketika Waliyullah Dikumpulkan

Ada seorang wali Allah bernama Abu Jahir telah keluar dari negerinya dan tinggal di sebuah tempat yang jauh dari kampung asal bersama isteri dan keluarganya yang lain. Di tempat barunya dia telah mendirikan sebuah masjid dan beribadah di situ dengan tekun dan tenang. Beliaupun senantiasa dikunjungi oleh orang-orang yang ingin belajar dan mendalami ilmu marifatullah.

Pada suatu hari seorang wali Allah yang lain bernama Soleh Al-Mari bertujuan untuk menziarahi Abu Jahir untuk mendapatkan berkah dari ilmu beliau. Maka pada hari yang telah ditetapkan, berangkatlah Soleh menuju negeri tempat tinggalnya Abu Jahir.
Di tengah perjalanan, beliau bertemu dengan Muhammad bin Wasi, kenalannya yang juga seorang Wali Allah.

Assalamulaikum. kata Soleh.

Walaikumussalam warahmatullah jawab Muhammad bin Wasi

Kedua wali Allah ini pun berpelukan sambil bertanya kabar masing-masing.

Engkau hendak pergi ke mana? tanya Muhammad.

Aku hendak menziarahi rumah Abu Jahir

Ke rumah Abu Jahir?

Ya, betul

Masya Allah, aku juga hendak pergi ke sana.

Keduanyapun berangkat menuju tempat tinggal Abu Jahir dan setelah berjalan beberapa batu, mereka bertemu dengan seorang lagi Wali Allah bernama Hubaibul Ajami.
Mereka bersalaman dan saling bertanya kabar.

Hendak ke mana anda berdua ini? tanya Hubaibul Ajami.

Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir.

Aku juga dalam perjalanan ke sana.

Kalau begitu, baik juga bila kita pergi bersama.

Mereka meneruskan perjalanan dalam keadaan yang sungguh menggembirakan, karena jumlah mereka kini semakin banyak. Setelah sampai di suatu tempat, tiba-tiba mereka berjumpa dengan Malik bin Dinar, seorang wali Allah yang masyhur. Merekapun bersalaman.

Hendak pergi ke manakah kalian ini ? tanya Malik bin Dinar.

Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir

Subhanallah, aku juga sedang menuju ke sana.

Kalau begitu, kita pergi bersama

Sekarang mereka menjadi berempat dengan tujuan yang sama. Dengan kuasa Allah SWT, di tengah perjalanan, mereka berjumpa seorang lagi Wali Allah yang bernama Thabit Al-Bannani. Mereka pun bersalaman dan saling menanyakan khabar.

Kamu hendak ke mana? tanya Thabit.

Kami hendak menziarahi rumah Abu Jahir

Masya Allah, saya juga akan ke sana

Kalau begitu, kita pergi bersama.

Segala puji-pujian bagi Allah sWT yang telah mengumpulkan kita dan pergi bersama-sama walaupun tanpa perjanjian kata Thabit Al-Bannani

Berjalanlah kelima Wali Allah menuju rumah Abu Jahir. Sepanjang perjalanan, mereka tidak putus-putus memuji dan bersyukur ke hadhirat Allah SWT, sebab mengaruniakan anugerah sehingga bisa berjalan bersama menuju ke rumah Wali-Nya.
Tidak satupun ucapan yang keluar dari mulut mereka melainkan perkataan yang mendatangkan manfaat.

Setelah berjalan beberapa lama, mereka singgah di suatu tempat untuk rehat dan menunaikan shalat.

Marilah kita shalat dua rakaat di sini, agar tempat ini ikut menjadi saksi esok di hari Kiamat di hadapan Allah SWT. kata Thabit Al-Bannani

Satu cadangan yang baik sahut yang lain.

Lalu mereka mengerjakan shalat bersama-sama dengan penuh khusyuk dan tawadhu. Setelah menunaikan shalat, mereka berdoa untuk kepentingan umat Islam sekaliannya di dunia maupun akhirat. Kemudian mereka meneruskan perjalanan dan akhirnya tiba di rumah Abu Jahir.

Terasa kedamaian pada mereka apabila terpandang rumah dan masjid yang didirikan oleh Abu Jahir. Namun mereka tidak terburu-buru mengetuk pintu atau minta izin untuk masuk demi menjaga adab dihadapan seorang Wali Allah. Mereka pun duduk di masjid menunggu Abu Jahir keluar untuk shalat. Tidak berapa lama kemudian, waktu dzuhurpun tiba. Maka keluarlah Abu Jahir tanpa bercakap apapun, terus masuk ke masjid, beradzan, iqamah dan shalat. Kelima tetamunya yang mulia itu shalat berjemaah berimamkan Abu Jahir.

Selepas shalat, barulah mereka menemui Abu Jahir satu persatu. Mula-mula sekali Muhammad bin Wasi.

Assalaamulaikum kata Muhammad

Walaikumussalaam jawab Abu Jahir disambung dengan pertanyaan Anda ini siapa?

Saya saudaramu Muhammad bin Wasi

O...Kalau begitu andalah orang Basrah yang terkenal paling bagus shalatnya itu, bukan?


Muhammad diam tanpa berkata apa-apa.

Kemudian, Thabit Al-Bannani maju ke hadapan.

Siapakah anda ini? tanya Abu Jahir

Saya saudaramu Thabit Al-Bannani

O...Kalau begitu kamu yang dikatakan sebagai orang Basrah yang paling banyak shalatnya itu, bukan? Tanya Abu Zahir.

Thabit juga diam tanpa berkata apa-apa.

Tiba pula giliran Malik bin Dinar.

Siapakah anda ini? tanya Abu Jahir

Saya saudaramu Malik bin Dinar jawabnya.

Masya Allah, jadi kamulah yang termasyhur sebagai orang yang paling zuhud di kalangan penduduk Basrah, bukan?

Malik juga tidak berkata apa-apa. Kemudian Hubaib Al-Ajami menemui Abu Jahir.

Anda ini siapa? tanya Abu Jahir

Saya adalah saudaramu Hubaib Al-Ajami

Masya Allah, kalau begitu andalah yang terkenal di kalangan penduduk Basrah sebagai orang yang mustajab doanya kata Abu Jahir

Seperti yang lain, Hubaib mendiamkan diri. Akhirnya tiba giliran Soleh Al-Mari maju ke hadapan untuk memperkenalkan dirinya.

Anda pula siapa? tanya Abu Jahir.

Saya saudaramu Soleh Al-Mar jawabnya.

Subhanallah, kalau begitu andalah yang terkenal di kalangan penduduk Basrah sebagai qari yang fasih dan bagus suaranya.

Soleh juga tidak mengeluarkan komentar apapun.

Abu Jahir bertafakur sebentar seperti mengenangkan sesuatu.

Aku sebenarnya sangat rindu dan ingin mendengar suaramu wahai saudaraku kata Abu Jahir. Oleh karena itu, aku suka engkau bacakan empat atau lima ayat Al-Qurn kerana aku sangat ingin mendengarnya.

Soleh memenui permintaannya lalu dia membuka Al-Qurn dan membaca Surah Al-Furqan : Ayat 22 yang memiliki arti :

Pada hari mereka melihat malaikat di hari itu tidak ada kabar gembira bagi orang-orang yang berdosa dan mereka berkata Hijraan mahjuuraa. Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan lalu kami jadikan amal itu debu yang berterbangan

Mendengar bacaan debu yang berterbangan, Abu Jahir berteriak kuat sehingga pingsan disebabkan rasa ketakutan yang teramat sangat kepada Allah SWT. Setiap beliau siuman dia berkataSilahkan ulangi pembacaan ayat tadi.

Soleh mengulangi bacannya dan apabila sampai kepada Debu yang berterbangan, sekali lagi Abu Jahir berteriak sehingga rebah di tempat sujud dan wafat ketika itu juga.

Soleh dan teman-teman Wali Allahnya sangat terharu menyaksikan kewafatan Abu Jahir yang mengagumkan itu. Beliau wafat dalam keadaan amat ketakutan mendengar Kalam Illahi. Tidak lama kemudian, isteri Abu Jahir muncul.

Siapakah kalian ini? tanya isteri Abu Jahir.

Kami datang dari Basrah. Yang ini Malik bin Dinar, Hubaib Al-Ajami, Muhammad bin Wasi, Thabit Al-Bannani dan saya adalah Soleh Al-Mari. jawab Soleh mewakili para aulia sahabatnya itu.

Tiba-tiba perempuan itu berkata Innaa lillaahiwainnaa ilaihi raajiun...kalau begitu Abu Jahir telah wafat.

Soleh dan para wali Allah lainnya merasa heran terhadap perempuan itu, karena dia telah memastikan kematian suaminya, padahal dia belum menyaksikan dan mereka juga belum memberitahunya apa yang telah terjadi.

Dari mana saudari tahu bahwa Abu Jahir telah wafat? tanya mereka keheranan.

Saya telah banyak kali mendengar doanya di mana beliau sering mengucapkan Ya Allah, kumpulkanlah para Aulia-Mu pada saat ajalku... dan perempuan itu menyambung. Jadi, tidaklah kamu berkumpul di sini sekarang ini melainkan Abu Jahir telah wafat


Rupa-rupanya doa Abu Jahir telah dimakbulkan Allah SWT.

Maka para Aulia itu pun menguruskan mayatnya dengan memandikan, mengkafani, menyembahyangkan sehingga menguburkan.

Maha Suci Allah, yang telah mewafatkan hambaNya yang mulia dan diuruskan oleh tangan-tangan yang mulia pula. Semoga kita dikumpulkan oleh Allah SWT dalam golongan orang yang baik-baik dan mati syahid.Aamiin Yaa Rabbal

Tiada ulasan: