Catatan Popular

Isnin, 10 September 2012

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 6: KEMUJARABAN AL FATIHAH MENYEMBUHKAN.....

SIRI 6

KEMUJARABAN AL FATIHAH MENYEMBUHKAN.....

IBNU QAYYIM AL JAUZIYYAH

Kandungan Al-Fatihah yang mampu menyembuhkan hati merupakan
kandungannya yang paling komplit. Sumber penyakit hati dan
deritanya ada dua macam: Ilmu yang rusak dan tujuan yang rusak. Dari
dua sumber ini muncul dua penyakit lain: Kesesatan dan kemarahan.
Kesesatan merupakan akibat dari ilmu yang rusak, sedangkan kemarahan
merupakan akibat dari tujuan yang rusak. Dua jenis penyakit ini merupakan
inti dari semua jenis penyakit hati. Hidayah ke jalan yang lurus men-jamin
kesembuhan dari penyakit kesesatan. Karena itu memohon hidayah ini
merupakan doa yang paling wajib bagi setiap hamba, yang juga diwajibkan
atas dirinya setiap malam dan siang, dalam setiap shalat dan saat
terdesak keperluan.
Sedangkan penegasan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in secara ilmu dan
ma'rifat, amal dan kondisional, menjamin kesembuhan dari penya-kit hati
dan tujuan yang rusak. Sebab tujuan yang rusak ini berkaitan dengan
sasaran dan sarana. Siapa yang mencari tujuan yang pasti akan ter-putus
dan fana, menggunakan berbagai macam sarana untuk dapat me-raihnya,
maka hal itu justru akan menjadi beban baginya dan tujuannya jelas salah.
Inilah keadaan setiap orang yang tujuannya untuk mendapatkan hal-hal
selain Allah dari kalangan orang-orang musyrik, orang-orang yang hanya
ingin memuaskan nafsunya, para tiranyang menopang kekuasaannya dengan
segala cara, tak peduli benar maupun batil. Jika ada kebenaran yang
menghambat jalan kekuasaannya, maka mereka mendepaknya. Jika tidak
mampu mendepaknya, mereka akan menepis kebenaran itu, layaknya
pemelihara sapi yang menyingkirkan sampah di kandang. Jika mereka
tidak bisa melakukannya, mereka menghentikan langkah di jalan itu lalu
mencari jalan lain. Dengan cara apa pun mereka siap menolaknya. Jika ada
kebenaran yang mendukung kekuasaan, mereka mendukungnya, bukan
karena itu merupakan kebenaran, tapi karena kebenaran itu yang kebetulan
sejalan dengan tujuan dan nafsunya.
Karena tujuan dan sarana yang dipergunakan rusak, maka mereka
adalah orang-orang yang paling menyesal dan merugi, jika tujuan yang
mereka raih meleset. Merekalah orang-orang yang paling menyesal dan
merugi di dunia, yaitu jika kebenaran dikatakan benar dan kebatilan dikatakan
batil. Yang demikian ini seringkali terjadi di dunia. Penyesalan ini
akan semakin nyata tatkala mereka meninggal dunia dan menghadap
Allah serta berada di alam Barzakh.
Begitu pula orang yang mencari tujuan yang tinggi dan sasaran yang
mulia, namun tidak menggunakan sarana yang mendukungnya untuk
meraih tujuan itu, dia hanya mendugaduga sarana yang digunakannya itu
akan mendukungnya. Keadaan orang ini tak jauh berbeda dengan orang
yang pertama. Dia tidak akan mendapatkan kesembuhan dari penyakit ini
kecuali dengan obat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in.
Obat ini mempunyai empat komposisi: Ibadah kepada Allah, perintah
dan larangan-Nya, memohon pertolongan dengan beribadah kepada-Nya,
tidak dengan hawa nafsu, tidak dengan pendapat manusia dan
pemikirannya, tidak dengan diri manusia dan kekuatannya. Inilah unsurunsur
yang terkandung di dalam obat iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in. Jika
unsur-unsur ini diramu oleh seorang dokter yang berpengalaman, tentu
akan menjadi obat yang sangat mujarab.
Hati itu mudah terjangkiti dua macam penyakit yang kronis. Jika
seseorang tidak mengobatinya, tentu dia akan binasa, yaitu riya' dan taka-bur.
Obat riya adalah iyyaka na'budu, sedangkan obat takabur adalah iyyaka
nasta'in. Seringkali kami mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah
berkata, "Iyyaka na'budu menolak penyakit riya', dan iyyaka nasta'in
menolak penyakit takabur."
Jika seseorang diberi kesembuhan dari penyakit riya' dengan iyyaka
na'budu, diberi kesembuhan dari penyakit takabur dan ujub dengan iyyaka
nasta 'in, diberi kesembuhan dari penyakit kesesatan dan kebodohan dengan
ihdinash-shirathal-mustaqim, berarti dia telah diberi kesembuhan dari
segala macam penyakit. Namun di antara orang-orang yang menda-pat
kenikmatan juga ada yang mendapat murka. Mereka adalah orang-orang
yang tujuannya rusak, yang sebenarnya mengetahui kebenaran namun
menyimpanginya. Ada pula di antara mereka yang adh-dhallin (sesat),
yaitu mereka yang memiliki ilmu yang rusak dan tidak mengetahui
kebenaran.
Tentang surat Al-Fatihah yang mengandung obat bagi penyakit
badan, maka akan kami jelaskan seperti yang telah dijelaskan As-Sunnah
dan dikuatkan ilmu medis serta berdasarkan pengalaman. Di dalam Ash-
Shahih disebutkan dari hadits Abul-Mutawakkil An-Najy, dari Abu Sa'id
Al-Khudry, bahwa ada beberapa orang dari shahabat Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam yang melewati sebuah perkampungan Arab dalam perjalanannya.
Para penduduk kampung itu tidak mau menerima mereka
sebagai tamu, apalagi menjamu. Pada saat yang sama pemimpin mereka
disengat hewan. Maka penduduk kampung mendatangi mereka dan bertanya,
"Adakah kalian mempunyai mantera atau adakah di antara kalian
yang bisa menyembuhkan dengan mantera?"
"Ya, ada. Tapi karena kalian tidak mau menjamu kami, maka kami
tidak mau mengobati kecuali jika kalian memberikan imbalan kepada
kami."
Maka penduduk kampung itu sepakat untuk memberikan beberapa
ekor kambing. Maka setiap orang di antara para shahabat itu memba-cakan
Al-Fatihah. Seketika itu pula pemimpin kampung itu bangkit, se-akanakan
sebelumnya dia tidak pernah sakit. Kami berkata, "Janganlah kalian
terburu-buru menerima imbalan ini sebelum kita menemui Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam."
Setelah bertemu beliau, mereka menceritakan kejadian ini. Beliau
bersabda, "Apa pendapat kalian kalau memang Al-Fatihah itu benar-benar
merupakan ruqyah? Terimalah imbalan itu dan sisihkan bagianku."
Hadits ini menjelaskan keampuhan Al-Fatihah yang bisa menyembuhkan
sengatan hewan, sehingga ia berfungsi sebagaimana obat, atau
bahkan lebih mujarab daripada obat itu sendiri. Padahal orang yang disembuhkan
itu tidak terlalu tepat untuk disembuhkan dengan cara tersebut,
entah karena penduduk kampung itu bukan orang Muslim atau karena
mereka orang-orang yang kikir. Lalu bagaimana jika yang disembuhkan
tidak seperti mereka?
Sedangkan dari teori medis, dapat dibuktikan sebagai berikut, bahwa
sengatan itu berasal dari hewan yang mempunyai racun, yang berarti
mempunyai jiwa yang kotor dan terbentuk karena amarah, lalu menyalurkan
unsur racun yang panas lewat sengatan itu. Jika jiwa yang kotor ini
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya kemarahan, maka ia akan
merasa senang jika dapat menyalurkan racun ke tempat yang layak menerimanya,
sebagaimana orang jahat yang merasa senang jika dapat menyalurkan
kejahatannya terhadap orang yang layak menerimanya. Bahkan
dia merasa tersiksa jika tidak bisa menyalurkan kejahatannya itu
kepada seseorang.
Prinsip penyembuhan ialah dengan menggunakan kebalikannya dan
menjaga dengan sesuatu yang serupa. Kesehatan dijaga dengan sesuatu
yang serupa dan penyakit disembuhkan dengan kebalikannya. Ini
merupakan hukum sebab-akibat yang sudah diatur sedemikian rupa oleh
Allah Yang Maha Bijaksana. Namun hal ini tidak akan berhasil kecuali dengan
kekuatan jiwa pelakunya dan reaksi penerimanya. Jika jiwa orang
yang disengat tidak layak menerima ruqyah itu dan jiwa yang membaca-kan
ruqyah tidak mampu memberikan pengaruh apa-apa, maka kesem-buhan
tidak akan berhasil.
Jadi di sini ada tiga unsur: Kesesuaian obat dengan penyakit, kesungguhan
orang yang mengobati dan orang yang diobati bisa menerimanya.
Jika tidak ada kelaikan pada salah satu unsur ini, maka kesembuhan
tidak akan terjadi.
Siapa yang bisa memahami hal ini, tentu dia bisa memahami rahasia
ruqyah tersebut, bisa membedakan antara yang bermanfaat dan yang tidak
bermanfaat dan bisa mencocokkan obat dengan penyakit yang hendak
diobati, seperti penggunaan pedang untuk memotong barang yang
memang bisa dipotong dengan pedang itu.
Sedangkan dari kesaksian pengalaman, maka cukup banyak orang
yang mengalaminya. Saya sendiri pernah mempunyai pengalaman dalam
penggunaan Al-Fatihah sebagai ruqyah ini dengan hasil yang benar-benar
menakjubkan, terutama pada saat-saat saya menetap di Makkah. Suatu saat
saya sakit yang benar-benar amat menyiksa, hingga hampir-hampir saya
tidak bisa menggerakkan badan karenanya. Padahal saat itu saya harus
mengerjakan thawaf dan lain-lainnya. Maka saya segera membaca Al-
Fatihah, lalu mengusapkan telapak tangan ke bagian-bagian tubuh yang sakit.
Seakan-akan dari bagian yang sakit itu ada kerikil yang jatuh. Pengalaman
seperti ini tidak terjadi hanya sekali saja, tapi beberapa kali. Pernah juga
saya mengambil air Zamzam lalu membacakan Al-Fatihah pada air itu dan
saya meminumnya. Hasilnya, saya merasa mendapat kekuatan baru yang
tidak pernah kurasakan yang seperti itu. Tentu saja semua ini harus didasari
kekuatan iman dan keyakinan yang benar.

Tiada ulasan: