SIRI 6
Kandungan Al-Fatihah yang
mampu menyembuhkan hati merupakan
KEMUJARABAN
AL FATIHAH MENYEMBUHKAN.....
IBNU QAYYIM
AL JAUZIYYAH
kandungannya yang paling komplit. Sumber penyakit hati dan
deritanya ada dua macam: Ilmu yang rusak dan tujuan yang
rusak. Dari
dua sumber ini muncul dua
penyakit lain: Kesesatan dan kemarahan.
Kesesatan merupakan akibat
dari ilmu yang rusak, sedangkan kemarahan
merupakan akibat dari tujuan
yang rusak. Dua jenis penyakit ini merupakan
inti dari semua jenis penyakit
hati. Hidayah ke jalan yang lurus men-jamin
kesembuhan dari penyakit
kesesatan. Karena itu memohon hidayah ini
merupakan doa yang paling
wajib bagi setiap hamba, yang juga diwajibkan
atas dirinya setiap malam dan siang, dalam setiap shalat
dan saat
terdesak keperluan.
Sedangkan penegasan iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in secara
ilmu dan
ma'rifat, amal dan kondisional, menjamin kesembuhan dari
penya-kit hati
dan tujuan yang rusak. Sebab tujuan yang rusak ini
berkaitan dengan
sasaran dan sarana. Siapa yang
mencari tujuan yang pasti akan ter-putus
dan fana, menggunakan berbagai
macam sarana untuk dapat me-raihnya,
maka hal itu justru akan
menjadi beban baginya dan tujuannya jelas salah.
Inilah keadaan setiap orang
yang tujuannya untuk mendapatkan hal-hal
selain Allah dari kalangan
orang-orang musyrik, orang-orang yang hanya
ingin memuaskan nafsunya, para
tiranyang menopang kekuasaannya dengan
segala cara, tak peduli benar maupun batil. Jika ada kebenaran yang
menghambat jalan kekuasaannya,
maka mereka mendepaknya. Jika tidak
mampu mendepaknya, mereka akan
menepis kebenaran itu, layaknya
pemelihara sapi yang
menyingkirkan sampah di kandang. Jika mereka
tidak bisa melakukannya,
mereka menghentikan langkah di jalan itu lalu
mencari jalan lain. Dengan
cara apa pun mereka siap menolaknya. Jika ada
kebenaran yang mendukung
kekuasaan, mereka mendukungnya, bukan
karena itu merupakan
kebenaran, tapi karena kebenaran itu yang kebetulan
sejalan dengan tujuan dan
nafsunya.
Karena tujuan dan sarana yang
dipergunakan rusak, maka mereka
adalah orang-orang yang paling menyesal dan merugi, jika
tujuan yang
mereka raih meleset. Merekalah orang-orang yang paling
menyesal dan
merugi di dunia, yaitu jika
kebenaran dikatakan benar dan kebatilan dikatakan
batil. Yang demikian ini
seringkali terjadi di dunia. Penyesalan ini
akan semakin nyata tatkala
mereka meninggal dunia dan menghadap
Allah serta berada di alam
Barzakh.
Begitu pula orang yang mencari
tujuan yang tinggi dan sasaran yang
mulia, namun tidak menggunakan
sarana yang mendukungnya untuk
meraih tujuan itu, dia hanya
mendugaduga sarana yang digunakannya itu
akan mendukungnya. Keadaan
orang ini tak jauh berbeda dengan orang
yang pertama. Dia tidak akan
mendapatkan kesembuhan dari penyakit ini
kecuali dengan obat iyyaka
na'budu wa iyyaka nasta'in.
Obat ini mempunyai empat
komposisi: Ibadah kepada Allah, perintah
dan larangan-Nya, memohon pertolongan dengan beribadah
kepada-Nya,
tidak dengan hawa nafsu, tidak dengan pendapat manusia dan
pemikirannya, tidak dengan
diri manusia dan kekuatannya. Inilah unsurunsur
yang terkandung di dalam obat iyyaka
na'budu wa iyyaka nasta'in. Jika
unsur-unsur ini diramu oleh seorang dokter yang
berpengalaman, tentu
akan menjadi obat yang sangat
mujarab.
Hati itu mudah terjangkiti dua
macam penyakit yang kronis. Jika
seseorang tidak mengobatinya,
tentu dia akan binasa, yaitu riya' dan taka-bur.
Obat riya adalah iyyaka
na'budu, sedangkan obat takabur adalah iyyaka
nasta'in. Seringkali kami mendengar
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah
berkata, "Iyyaka
na'budu menolak penyakit riya', dan iyyaka nasta'in
menolak penyakit
takabur."
Jika seseorang diberi kesembuhan
dari penyakit riya' dengan iyyaka
na'budu, diberi kesembuhan dari
penyakit takabur dan ujub dengan iyyaka
nasta 'in, diberi kesembuhan dari
penyakit kesesatan dan kebodohan dengan
ihdinash-shirathal-mustaqim, berarti dia telah diberi
kesembuhan dari
segala macam penyakit. Namun
di antara orang-orang yang menda-pat
kenikmatan juga ada yang
mendapat murka. Mereka adalah orang-orang
yang tujuannya rusak, yang
sebenarnya mengetahui kebenaran namun
menyimpanginya. Ada pula di
antara mereka yang adh-dhallin (sesat),
yaitu mereka yang memiliki
ilmu yang rusak dan tidak mengetahui
kebenaran.
Tentang surat Al-Fatihah yang mengandung obat bagi penyakit
badan, maka akan kami jelaskan
seperti yang telah dijelaskan As-Sunnah
dan dikuatkan ilmu medis serta
berdasarkan pengalaman. Di dalam Ash-
Shahih disebutkan dari hadits
Abul-Mutawakkil An-Najy, dari Abu Sa'id
Al-Khudry, bahwa ada beberapa
orang dari shahabat Nabi Shallallahu
Alaihi wa Sallam yang melewati sebuah
perkampungan Arab dalam perjalanannya.
Para penduduk kampung itu
tidak mau menerima mereka
sebagai tamu, apalagi menjamu.
Pada saat yang sama pemimpin mereka
disengat hewan. Maka penduduk kampung mendatangi mereka dan
bertanya,
"Adakah kalian mempunyai
mantera atau adakah di antara kalian
yang bisa menyembuhkan dengan
mantera?"
"Ya, ada. Tapi karena
kalian tidak mau menjamu kami, maka kami
tidak mau mengobati kecuali
jika kalian memberikan imbalan kepada
kami."
Maka penduduk kampung itu
sepakat untuk memberikan beberapa
ekor kambing. Maka setiap
orang di antara para shahabat itu memba-cakan
Al-Fatihah. Seketika itu pula
pemimpin kampung itu bangkit, se-akanakan
sebelumnya dia tidak pernah
sakit. Kami berkata, "Janganlah kalian
terburu-buru menerima imbalan
ini sebelum kita menemui Nabi
Shallallahu Alaihi wa
Sallam."
Setelah bertemu beliau, mereka
menceritakan kejadian ini. Beliau
bersabda, "Apa pendapat kalian kalau memang Al-Fatihah
itu benar-benar
merupakan ruqyah? Terimalah
imbalan itu dan sisihkan bagianku."
Hadits ini menjelaskan
keampuhan Al-Fatihah yang bisa menyembuhkan
sengatan hewan, sehingga ia
berfungsi sebagaimana obat, atau
bahkan lebih mujarab daripada
obat itu sendiri. Padahal orang yang disembuhkan
itu tidak terlalu tepat untuk
disembuhkan dengan cara tersebut,
entah karena penduduk kampung
itu bukan orang Muslim atau karena
mereka orang-orang yang kikir.
Lalu bagaimana jika yang disembuhkan
tidak seperti mereka?
Sedangkan dari teori medis,
dapat dibuktikan sebagai berikut, bahwa
sengatan itu berasal dari
hewan yang mempunyai racun, yang berarti
mempunyai jiwa yang kotor dan
terbentuk karena amarah, lalu menyalurkan
unsur racun yang panas lewat sengatan itu. Jika jiwa yang
kotor ini
terbentuk bersamaan dengan terbentuknya kemarahan, maka ia
akan
merasa senang jika dapat
menyalurkan racun ke tempat yang layak menerimanya,
sebagaimana orang jahat yang
merasa senang jika dapat menyalurkan
kejahatannya terhadap orang
yang layak menerimanya. Bahkan
dia merasa tersiksa jika tidak
bisa menyalurkan kejahatannya itu
kepada seseorang.
Prinsip penyembuhan ialah
dengan menggunakan kebalikannya dan
menjaga dengan sesuatu yang serupa. Kesehatan dijaga dengan
sesuatu
yang serupa dan penyakit disembuhkan dengan kebalikannya.
Ini
merupakan hukum sebab-akibat yang sudah diatur sedemikian
rupa oleh
Allah Yang Maha Bijaksana. Namun hal ini tidak akan
berhasil kecuali dengan
kekuatan jiwa pelakunya dan
reaksi penerimanya. Jika jiwa orang
yang disengat tidak layak
menerima ruqyah itu dan jiwa yang membaca-kan
ruqyah tidak mampu memberikan
pengaruh apa-apa, maka kesem-buhan
tidak akan berhasil.
Jadi di sini ada tiga unsur:
Kesesuaian obat dengan penyakit, kesungguhan
orang yang mengobati dan orang
yang diobati bisa menerimanya.
Jika tidak ada kelaikan pada
salah satu unsur ini, maka kesembuhan
tidak akan terjadi.
Siapa yang bisa memahami hal
ini, tentu dia bisa memahami rahasia
ruqyah tersebut, bisa
membedakan antara yang bermanfaat dan yang tidak
bermanfaat dan bisa mencocokkan obat dengan penyakit yang
hendak
diobati, seperti penggunaan pedang untuk memotong barang
yang
memang bisa dipotong dengan pedang itu.
Sedangkan dari kesaksian
pengalaman, maka cukup banyak orang
yang mengalaminya. Saya
sendiri pernah mempunyai pengalaman dalam
penggunaan Al-Fatihah sebagai ruqyah ini dengan
hasil yang benar-benar
menakjubkan, terutama pada
saat-saat saya menetap di Makkah. Suatu saat
saya sakit yang benar-benar
amat menyiksa, hingga hampir-hampir saya
tidak bisa menggerakkan badan
karenanya. Padahal saat itu saya harus
mengerjakan thawaf dan
lain-lainnya. Maka saya segera membaca Al-
Fatihah, lalu mengusapkan telapak tangan ke bagian-bagian
tubuh yang sakit.
Seakan-akan dari bagian yang
sakit itu ada kerikil yang jatuh. Pengalaman
seperti ini tidak terjadi
hanya sekali saja, tapi beberapa kali. Pernah juga
saya mengambil air Zamzam lalu
membacakan Al-Fatihah pada air itu dan
saya meminumnya. Hasilnya,
saya merasa mendapat kekuatan baru yang
tidak pernah kurasakan yang
seperti itu. Tentu saja semua ini harus didasari
kekuatan iman dan keyakinan
yang benar.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan