OLEH MAULANA SYEIKH JALALUDDIN AR RUMI (PENGASAS
TAREKAT MALAUWIYYAH)
KATA-KATA HANYALAH BAYANGAN REALITI @ KENYATAAN
Seseorang berkata : “Guru kita tidak menyampaikan apa
pun.”
“Demikianlah,” jawabku, “Orang ini telah muncul di
hadapanku karena ciri mental yang ada di dalam diriku. Citra mental milikku itu
tidak menanyainya, “Apa kabar?” atau “Bagaimana kabarmu?” Citra mental diriku menarik hatinya tanpa
menggunakan kata-kata. Jika dalam kenyataannya, citra mental milikku dapat
menarik hatinya tanpa kata-kata hingga dapat membawanya ke tempat lain. Lalu
apa yag aneh dari hal itu?”
Kata-kata tidak lain hanyalah “Bayangan” dari kenyataan.
Kata-kata merupakan cabang dari kenyataan. Apabila “bayangan” saja dapat
menawan hati, betapa mempesona kekuatan kenyataan yang ada di balik bayangan?”
Kata-kata hanyalah pra-teks. Aspek simpatilah yang dapat
menarik hati satu orang pada orang lain, bukan kata-kata. Walau pun mnusia
dapat melihat ribuan mukjizat yang dimiliki seorang Nabi atau seorang suci, hal
itu tidak akan mebawa keuntungan baignya sama sekali apabila dia tidak memiliki
simpati keapda Nabi atau pun orang suci itu. Unsur simpatilah yang dapat
mengguncangkan dan menggelisahkan seseorang. Apabila tidak terdapat unsur
simpati warna gading pada batang padi itu tidak akan pernah dipersoalkan warna
gading. Meski pun begitu, simpati yang memiliki kekuatan dahsyat itu tidak
dapat diidnra oleh seseorang.
Gambaran mental dari segala sesuatu yang hinggap di
kepala manusia akan membawanya kepada hal itu. Gambaran tentang “taman” akan
membawa manusia menuju ke sebuah taman. Gambaran tentang “toko” akan membawa
manusia menuju sebuah toko.
Tetapi terdapat sesuatu muslihat tersembunyi di dalam
gambaran mental tersebut. Seringkali kita mengalami ketika kita pergi ke suatu
tempat . Tiba-tiba saja kita mendapati bahwa tempat yang kita tuju tersebut
tidak seperti yang ada di dalam gambaran
kita, dalam citraan mental kita. Ketika mendapati kenyataan itu kita akan
merasa kecewa dan berkata : “Aku pikir, tempat ini sebagus yang kubayangkan.
Tapi ternyata tidak seindah gambarannya.” Citraan-citraan atau
gambaran-gambaran mental itu seperti kain kafan. Seseorang dapat bersembunyi di
balik kain kafan. Ketika citra dihilangkan, dan kenyataan muncul tanpa diiringi
citraan mental , maka terjadilah proses penyadaran kembali. Kita seakan kembali
terbangun dari tidur kita. Ketika suatu peristiwa telah terjadi, maka tidak
akan ada kesempatan lagi untuk merasa kecewa. Kenyataan yang dapat
mempersoalkanmu tidak lain adalah kenyataan itu sendiri. Hari ketika segala pikiran dan perbuatan yang tersembunyi akan diuji
(QS.86:9).
Apakah sesungguhnya yang sedangkan kita perbincangkan? Di
dalam hakikatnya, “Yang mempersoalkan (yang menjadi pangkal persoalan)” adalah
satu, tetapi tampak terlihat bermacam-macam. Tidakkah engkau lihat betapa seorang
manusia kerap memiliki ratusan keinginan berbeda? Aku ingin mieku ingin kue
basah. Aku ingin buah-buahan. Aku ingin kurma.” Begitu banyak keinginan berbeda
yang diungkapkan dengan jelas oleh setiap orang. Meski demikian, asal mula
segala hal itu adalah satu, dan itu adalah rasa lapar. Tidakkah engkau lihat
ketika orang gyang sama ini telah memakan jatahnya?” Dia akan berkata : “Maka
nyataah bahwa sebenarnya tidak ada apa yang dikatakan dengan sepuluh atau
seratus hal, yang ada hanya satu. “Kami
telah mengungkapkan jumlah mereka hanya untuk menyebabkan perselisihan di
antara mereka (QS.74:31).
Kelipatgadaan di antara manusisa memang menipu, karena
mereka berkata, “Ini satu”. Dan “Semua ini seratus”, yakni, mereka mengatakan
orang suci itu unik, sedangkan orang kebanyakan disebut “seratus” atau
“ribuan”. Ini adalah tipuan besar. Cara berpikirmu mengatakan yang banyak
bermacam-macam dan yang satu itu unik, betul-betul menipu. Kami telah
mengungkapkan jumlah mereka banyak untuk menyebabkan perselisihan (QS. Al-Muddatstsir
74:31).
Masing-masing dari mereka akan berkata, “Mana yang
ribuan, lima uluhan?” atau, “Mana yang enam puluh?” Orang-orang menjadi
kehilangan kontrol dan tidak terkendali tanpa nalar, tanpa pikiran. Seperti
jimat, mereka menguap bagaikan merkuri dan air raksa, Akankah engkau katakan
mereka limapuluhan?” Seratus?” seribu?” Dan kemudian masih menyebut yang ini
satu? Engkau bisa saja menyebut mereka tiada dan dia ribuan, atau ratusan ribu,
atau jutaan. “Sedikit apabila dihitung, akan tetapi banyak dalam kekuatan.”
Seorang raja suatu hari memberi ransum bagi satu orang
prajurit yang cukup untuk seratus orang. Angkatan bersenjata merasa keberatan.
Tetapi sang raja berkata : “Harinya akan tiba ketika aku akan menunjukkan
kepadamu kenapa aku melakukan ini.” Dan ketika telah datang hari pertempuran,
seluruh pasukan melarikan diri kecuali prajurit itu. Dia tetap kuat bertahan
dan berjuang. “Di sinilah nalarku bekerja merencanakan pekerjaan yang akan aku
lakukan.” Kata sang raja.
Manusia meski melepaskan alasan kedua dari kemampuan
pemahamannya dan menoleh kepada agama untuk memperoleh bantuan pemahaman.
Karena Agamalah yang mampu menemukan bantuan yang biasanya datang dengan
sembunyi-sembunyi. Meski demikian, apabila seseorang menghabiskan hidupnya
dengan kebododhan tanpa menggunakan nalar, maka pemahaman dirinya akan tumbuh
dengan lemah dan tidak akan mampu mengenali kekuatan Agama. Engkau menumbuhkan
keberadaan fisikal ini, padahal di dalamnya tidak terdapat kecerdasan sedikit
pun!...
Kecerdasan adalah konsep halus yang berada di dalam
dirimu, tetapi siang dan malam engkau selalu disibukkan dengan makanan. Engkau
berdalih bahwa konsep halus itu memperoleh kehidupan melalui badan fisik.
Padahal nyata-nyata munculnya kecerdasan itu memiliki cara pemunculan yang
berbeda Bagaimana mungkin engkau menghabiskan seluruh kekuatanmu hanya untuk
mementingkan kebutuhan fisik dan mengabaikan inti segala sesuatu, sesuatu yang
lebih halus? Padahal fenomena-fenomena material keberadaannya bergantung pada
inti (subtle) dan bukan dengan cara yang lain? Cahaya keluar melalui celah mata
dan telinga, dan begitulah selanjutnya. Apabila engkau tidak memiliki celah
itu, cahaya itu akan keluar melalui jalan keluar yang lain. Hal ini persis
bagaikan engkau membawa lampu ke luar untuk melihat matahari. Bahkan apabila
engkau tidak membawa lampu, matahari masih akan menunjukkan dirinya. Untuk
apalagi engkau membawa lampu.
Seseorang hendaknya tidak berputus asa pada Tuhan. Karena
harapan adalah langkah pertama menuju
jalan keselamatan. Bahkan apabila engkau tidak menempuh jalan itu,
setidaknya jagalah agar jalannya tetap terbuka. Jangan katakan bahwa engkau
telah tersesat. Ambil jalan lurus, yang tidak ada belokan berliku. Lurus adalah
sifat tongkat Musa. Edangkan kekakuan merupakan gambaran papan para tukang
sihir. Ketika yang lurus munul, dia akan melahap seluruh kekuatan yang lainnya.
Jika engkau melakukan kejahatan, sebenarnya akan berakibat kepada dirimu
sendiri. Bagaimana mungkin kejahatan yang engkau lakukan akan mampu mencapai DIA?
Ketika burung bertengger di puncak gunung dan kemudian terbang, apakah gunung
itu memperoleh atau kehilangan sesuatu? Ketika engkau meluruskan diri kamu
sendiri, tidak ada lagi yang tersissa. Jangan pernah membuang harapan.
Sisi bahaya yang akan muncul karena mengadakan
persekutuan dengan raja bukanlah engaku bisa kehilangan hidup. Karena tanpa
persekutuan itu pun, cepat atau lambat, akhirnya engkau mesti melepaskan kehidupan. Bahayanya terletak pada
kenyataan bahwa ketika “raja-raja” itu dengan jiwa jasmaniahnya mendapatkan kekuatan, mereka
akan berubah menjadi naga. Dan orang yang berbincang dengan mereka, yang
mengakui persahabatannya, atau yang menerima kekayaan dari mereka, akhirnya
mesti berkata bagaimana yang mereka katakan dan menerima pendapat jahat
raja-raja itu agar dirinya terlindungi. Dia tidak mampu berbicara melawan
mereka.
Di sanalah letak bahayanya, karena Agama dia menderita.
Semakin jauh engkau pergi di jalan sang raja, semakin asing arah lain bagimu.
Semakin jauh engkau pergi ke dalam arah itu, arah ini, yang mestinya jadi
kekasihmu, akan memalingkan mukanya darimu. Semakin engkau memberi ruang dirimu
kepada hal-hal duniawi, semakin jauh obyek cinta yang semestinya tumbuh dalam
dirimu. “Siapa pun yang menyumbangkan bantuan kepada orang yang tidak adil
berarti mereka rela bertekuk lutut
kepada mereka di mata Tuhan.” Ketika engkau sudah merasa condong kepada
orang yang engkau inginkan, maka dia akan menjadi guru bagimu.
Sungguh, sangat kasihan seseorang yang mencapai laut dan
terpuaskan dengan hanya secangkir air. Ketika mutiara dan ratusan ribu barang
berharga dapat disarikan dari laut, apagunanya mengambil air? Unia ini hanyalah
buih. Sedangkan air seluas lautan adalah pengetahuan orang-orang suci. Antas di
manakah mutiara terletak? Dunia ini adalah buih yang dipenuhi barang rongsokan
yang terapung-apung. Meski demikian, dari aliran ombak dan kesesuaian antara
adukan laut dan gumulan ombak, buih itu membuahkan keindahan. Karena kecintaan
dan hasrat yang amat besar kepada istri
dan anak, pada himpunan emas dan perak, juga pada kuda yang mengagumkan,
ternak, dan tanah, hiasan bagi manusia; itu merupakan pelengkap kehidupan di
dunia (Qs 3:14).
Tuhan telah mengatakan bahwa segala sesuatu telah “dibuat
indah” tapi ternyata semuanya tidaklah benar-benar indah, mengapa bisa begitu?
Keindahan yang dijanjikan Tuhan dialami oleh orang lain, dari tempat lain.
Seperti uang receh palsu sepuhan. Yakni, ketika dikatakan bahwa sebenarnya
dunia ini, dunia yang bagaikan buih ini, adalah palsu, tanpa harga, tanpa
nilai. Kita harus menyepuhnya, karena itulah maka dunia “dibuat indah.”
Manusia adalah astrolabnya Tuhan (astrolab adalah alat
kuno untuk menggambarkan altitude). Tetapi, seseorang akan membutuhkan ahli
astronomi untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan astrolab. Seandainya ada
seorang penjual bawang atau penjual sayuran yang diperkenankan memiliki
astrolab, gunaan apakah yang dapat dibuatnya dari itu? Bagaimana mungkin dia
mampu mengukur keadaan bidang langit, kembalinya tanda rasi bintang, atau
pengaruhnya? Di tangan seorang astronom, astrolab akan sangat bermanfaat.
Karena siapa pun yang mengetahui dirinya, dia akan menegetahui Tuhannya.
Sebagaimana astrolab kuningan ini adalah cermin langit, manusia, dan Kami telah
memuliakan anak-anak Adam (QS.17:70), adalah astrolab Tuhan.
Ketika Tuhan membuat manusia mengetahui dirinya, melalui
astrolab dari diri orang itu sendiri dia mampu menyaksikan pengejawantahan
Tuhan dan keindahan sempurna-Nya saat demi saat dan kedip demi kedip. Keindahan
itu tidak pernah menghilang dari “Cermin” itu. Tuhan memiliki pelayan yang
menyelimuti diri mereka dengan kebijakan, pengetahuan mistik, dan keajaiban,
meskipun manusia tidak memiliki ketajaman pandangan untuk melihat mereka.
Mereka menutupi dirinya keluar dan semangat luar biasa, sebagaimana dikatakan
Muntanabbi :
Mereka mengenakan kain brokat,
Tidak untuk membuat dirinya lebih cantik,
Tetapi dengan itu mereka hendak melindungi kecantikan
mereka.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan