SYARAH SYEIKH RABBANI
Menurut Kalam Hikmah ke 30 Imam Ibnu
Athaillah Askandary:
“Hendaknya membelanjakan
setiap orang kaya menurut kekayaannya ialah mereka yang telah sampai kepada Allah
dan orang yang terbatas rezekinya yaitu orang sedang berjalan menuju kepada
Allah, orang yang telah sampai kepada Allah karena mereka telah terlepas dari
kurungan melihat kepada sesuatu selain Allah ke alam tauhid maka luaslah
pandangan mereka, maka mereka berbuat di alam mereka lebih leluasa sebaliknya
orang yang masih merangkak-rangkak di dalam ilmu dan faham yang terbatas mereka
ini pun mengeluarkan sekadarnya”.
Orang yang
kaya itu dapat dilihat dari sedikitnya kebutuhan karena kalau orang sedikit
kebutuhannya sehingga senang menafkahkan kekayaannya itulah orang yang kaya harta
, tapi kalau orang memiliki wang dan lebih sibuk disembunyikan dalam
tabungannya sebenarnya dia termasuk miskin karena dia takut berkurang
rezekinya. Fahamilah, makin banyak takut kekurangan akan membuat semakin
miskin,padahal orang yang kaya tidak pernah takut kekurangan.
Orang yang paling kaya hakiki adalah orang yang yakin kepada jaminan Allah sehingga dia ringan untuk bershadaqah, karena shadaqah tidak akan mengurangi harta tetapi justru akan menambah.
Jadi jangan
melihat kekayaan orang dari apa yang dimilikinya tapi lihatlah kekayaan orang
dari apa yang dapat dinafkahkannya.
Kekayaan lain adalah ilmu, orang yang kaya dengan ilmu dia akan leluasa mengajari ilmu. Dia akan mencari ilmu yang kemudian dia sampaikan kepada orang lain sesudah dia amalkan. Tapi ada juga orang yang memiliki ilmu kemudian dia kikir dan tidak mau memberikan kepada yang lain, orang seperti ini sebetulnya bukan termasuk orang yang berilmu.
Ciri keilmuan seseorang adalah kalau dengan ilmunya dia makin lapang dan semakin dekat dengan Allah dan makin gemar memberikan ilmunya bagai cahaya matahari yang tidak pernah merasa rugi dengan mengeluarkan cahayanya.
Kekayaan seorang ahli makrifat adalah kekayaan dengan mengenal Allah dengan baik , dan dia kaya dengan pengenalan akan kebesaran dan Keagungan Allah. Seorang ahli makrifat akan sangat leluasa menjelaskan siapa Allah, dan tidak semua orang dapat menjelaskan Allah bahkan ada orang yang untuk menyebut Allah saja tidak sanggup, paling tinggi dia hanya berani menyebut Tuhan , Yang di Atas ,atau Dia Yang Maha Kuasa, semuanya terasa begitu berat sekali karena dia memang miskin dalam keyakinan kepada Allah.
Orang yang miskin akan keyakinan sulit sekali untuk memberikan ketenangan pada istrinya, kepada anaknya, dan dia sendiri tidak memiliki sumber ketenangan itu. Orang yang jauh dari Alloh dia selalu gelisah dan tidak bisa menenangkan keluarganya , karena apa yang akan dia tenangkan ? dia sendiri saja tidak memiliki sumber ketenangan.
Makanya orang yang sudah kenal dan akrab dengan Allah dirinya akan memiliki ketenangan yang melimpah kepada dirinya , akibatnya dia bisa menenangkan banyak orang di sekitarnya.Misalnya ; ketika wajahnya bersikap tenang saja sudah membuat orang lain tenang menatapnya.
Orang yang sudah mengenal Allah sekujur tubuhnya memiliki ketenangan yang luar biasa dan dia kaya sekali untuk mendistribusikan ketenangannya kepada oranglain, kaya untuk mendistribusikan hartanya karena dia tidak takut miskin, kaya untuk mendistribusikan ilmunya, tenaganya dan pikirannya. Inilah orang yang kaya hakiki.
Orang yang leluasa sekali untuk mendoakan orang lain, senang menolong orang lain dan tidak pernah berat untuk menyenangkan orang lain serta menghormati orang, itulah orang yang kaya hakiki. Karena ada orang yang miskin dengan penghargaan , itu terlihat dari sikapnya yang dimanapun ingin selalu dihargai dan dihormati, ingin dibedakan , ingin dispesialkan dan kalau tidak dihargai dia malah sakit hati,dan itu semua menandakan kemiskinannya karena sebenanya dia belum berharga.
Bagi seorang yang makrifat kepada Allah, dia kaya karena dia tidak membutuhkan apapun dan dari siapapun kecuali dari Allah semata. Sehingga hidupnya tenang dan mantap , tidak menjilat, tidak meminta-minta , tidak menggadaikan dirinya. Mungkin rumahnya sederhana tapi bathinnya megah , mungkin uangnya sedikit tapi bathinnya kaya, mungkin tanahnya sempit tapi hatinya lapang , mungkin tubuhnya mungil tapi jiwanya besar. Dan inilah kekayaan hakiki.
Jangan sampai mengganggap melimpahnya kekayaan sebagai karunia Allah yang memuliakan kita, karena belum tentu karena adakalanya berbentuk istidraj namanya, yaitu ; oleh Allah diberi tapi hanya menambah kerugian dan kesesatan. Waspadalah saudaraku, kekayaan sesungguhnya adalah kekayaan pada bathin kita.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan