Catatan Popular

Sabtu, 15 Ogos 2015

KITAB MADARIJUS SALIKIN SIRI 25 : TADZAKKUR DAN TAFAKKUR



IMAM IBN QAYYIM AL JAUZIYAH



Tadzakkur artinya mengambil pelajaran dan tafakkur berarti memikirkan
atau mengamati. Tadzakkur yang menjadi tempat persinggahan hati
merupakan pasangan inabah. Allah befirman,

"Dan, tiadalah yang mau mengambil pelajaran kecuali orang-orang
yang kembali (kepada Allah)." (Al-Mukmin: 13)
.
Tadzakkur ini merupakan sifat yang khusus bagi orang-orang yang
mau berpikir dan berakal, sebagaimana firman-Nya,

"Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran."
(Ar-Ra'd: 19).

Tadzakkur dan tafakkur merupakan dua tempat persinggahan yang
membuahkan berbagai macam ma'rifat, hakikat iman dan kebajikan.
Orang yang memiliki ma'rifat senantiasa mengembalikan tadzakkur kepada
tafakkur, dan mengembalikan tafakkur kepada tadzakkur, hingga
dapat membuka gembok hatinya.
Pengarang Manazilus-Sa'irin menjelaskan bahwa tadzakkur setingkat di
atas tafakkur. Sebab tafakkur itu merupakan pencarian, sedangkan tadzakkur
merupakan wujud. Maksudnya, tafakkur adalah mencari tujuan se-menjak
dari permulaannya, seperti yang dikatakan dalam pepatah, "Tafakkur
adalah mencari bisikan hati, untuk mengetahui keinginannya." Tadzakkur
merupakan wujud, karena ia ada setelah ada tafakkur, yang bisa hilang
karena lupa. Jika ingat, maka tadzakkur ini pun ada.
Tadzakkur merupakan kata aktiva dari dzikr (ingat), kebalikan dari
lupa. Artinya hadirnya gambaran sesuatu yang diingat dan diketahui di
dalam hati. Kedudukan tadzakkur di samping tafakkur sama dengan
kedudukan perolehan sesuatu yang dituntut setelah memeriksa dan
menyelidikinya. Karena itu ayat-ayat Allah yang dibaca dan dapat disaksikan
merupakan peringatan, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat-
Nya yang dibaca,

"Dan, sesungguhnya telah Kami berikan petunjuk kepada Musa, dan
Kami wariskan Taurat kepada Bani Israel, agar menjadi petunjuk dan
peringatan bagi orang-orang yang berpikir." (Al-Mukmin: 53-54).

Allah befirman dalam ayat-ayat-Nya yang bisa disaksikan,

"Maka apakah mereka tidak melihat langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya dan langit itu
tidak mempunyai retak-retaksedikitpun?Dan, Kami hamparkan bumi itu
dan Kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan Kami
tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang
mata, untuk menjadi pelajaran dan peringatan bagi tiap-tiap hamba
yang kembali (mengingat Allah)." (Qaf: 6-8).

Manusia ada tiga macam:

1. Orang yang hatinya mati dan seakan-akan dia tidak mempunyai
hati. Ayat Allah tidak akan menjadi peringatan bagi hati ini.

2. Orang yang mempunyai hati yang hidup dan siap, namun ia tidak
memperhatikan ayat-ayat Allah yang dibaca, yang mengabarkan
ayat-ayat-Nya yang dapat disaksikan, entah karena ayat-ayat itu
memang tidak sampai kepadanya, karena dia sibuk dengan halhal
yang lain, entah karena sebab lain. Orang seperti ini hatinya
pergi entah ke mana dan tidak ada di tempat. Hati ini juga tidak
mempan oleh peringatan, sekalipun sebenarnya ia siap.

3. Orang yang hatinya benar-benar hidup dan siap. Bila ayat-ayat
Allah dibacakan kepadanya, maka ia pun menyimak dengan
pendengarannya, menghadirkan hatinya, sibuk memahami apa
yang didengarnya. Hati seperti inilah yang bisa mengambil
manfaat dari ayat-ayat yang dibaca maupun ayat-ayat yang
disaksikan.
Orang pertama seperti orang buta yang sama sekali tidak bisa melihat.
Orang kedua seperti orang yang dapat melihat, namun arahnya tidak
tepat pada sasaran yang mestinya dilihat. Dua orang ini sama-sama tidak
bisa melihat Allah. Orang ketiga seperti orang yang dapat melihat dan
memusatkan pandangan ke sasarannya, baik dari jarak yang dekat
maupun jauh. Inilah orang yang dapat melihat Allah. Mahasuci Allah
yang menjadikan kalam-Nya obat penyembuh dari penyakit yang menghimpit
dada.

Pengarang Manazilus-Sa'irin menjelaskan bahwa bangunan tadzakkur
itu ada tiga macam:

1. Mengambil manfaat dari izhah. Maksud izhah di sini adalah perintah dan
larangan, yang lebih dikenal dengan istilah at-targhib wat-tarhib.
Izhah ada dua macam: Izhah dengan pendengaran dan dengan penglihatan.
Izhah dengan pendengaran ialah mengambil manfaat dari
petunjuk dan nasihat yang didengar, yang disampaikan para rasul atau
apa yang diwahyukan kepada mereka, atau dari siapa pun yang
menyampaikan nasihat, demi kemaslahatan agama dan dunia.
Sedangkan izhah dengan penglihatan ialah mengambil manfaat dari apa
pun di dunia ini yang bisa dilihat dari tanda-tanda kekuasaan Allah dan
yang menunjukkan kebenaran para rasul.
Mengambil manfaat dari izhah tidak bisa dilakukan kecuali setelah ada
tiga perkara: Sangat membutuhkan izhah itu, tidak melihat aib pemberi
izhah dan mengingat janji serta ancaman.

2.Mencari kejelasan lewat pelajaran. Karena tadzakkuritu berarti mencermati
makna-makna yang diperoleh dengan memikirkan ayat-ayat dan
pelajaran, maka tadzakkur ini bisa didapatkan dengan tafakkur. Sementara
tekad untuk melanjutkan perjalanan tergantung pada kekuatan
pengetahuan tentang perjalanannya, sebab pengetahuan inilah yang
memberi batasan gerak dan tujuan. Jika perasaan terhadap kekasih
semakin kuat, maka perjalanan hati pun juga menjadi tegar. Jika pikiran
terpusat ke perjalanan ini, maka perasaan juga semakin terarah kepadanya.
Mencari kejelasan dengan pelajaran ini dapat dilakukan dengan tiga
perkara: Dengan akal yang hidup, mengetahui lamanya perjalanan dan
selamat hingga sampai ke tujuan.

3. Mencari buah pikiran. Ini merupakan masalah yang sangat lembut
dan sensitif. Pikiran itu mempunyai dua buah: Mendapatkan apa yang
dicari secara utuh sebisa mungkin, dan berbuat sebagaimana lazimnya
untuk memenuhi hak. Saat hati sedang memikirkan, maka boleh
jadi bebannya terlalu berat sehingga menghambatnya untuk memperoleh
apa yang diinginkan. Jika hati sudah kembali normal dan akal
menjadi tenang, maka ia kembali seperti keadaan semula dan ingat
lagi apa yang dicarinya. Memang masalah ini agak rumit untuk
dipahami. Tapi sekedar sebagai gambaran, orang yang mencari harta
tentu terus bersemangat dan bersungguh-sungguh mencarinya,
sekalipun dia dalam keadaan letih dan penat. Jika dia sudah
mendapatkannya, maka dia pun merasa tenang dan pulang sambil
membawa keuntung-an perdagangannya. Jika dia orang yang benar,
maka dia akan mem-belanjakan hartanya untuk hal-hal yang
bermanfaat baginya.
Buah pikiran bisa dipetik dengan tiga cara: Tidak mengumbar harapan,
menyimak Al-Qur'an, dan meninggalkan lima perkara yang merusak hati:
Tidak banyak bergaul, tidak mengumbar angan-angan, tidak bergantung
kepada selain Allah dan mengurangi makan serta sedikit tidur. Karena ini
merupakan tingkatan yang paling tinggi dari tadzakkur, maka kami akan
mengupasnya dengan porsi yang lebih banyak.
Tidak mengumbar harapan artinya menyadari tentang dekatnya per
jalanan dan begitu singkatnya tempo kehidupan. Ini merupakan perkara yang
paling bermanfaat bagi hati, karena yang demikian ini bisa mendorong
seorang hamba untuk mengefektifkan waktu yang terus berlalu seperti
awan dan untuk segera membalik lembaran-lembaran hidupnya,
menggugah hasratnya kepada akhirat, mendorongnya untuk segera menyentuh
garis finish dan berzuhud di dunia, pandangannya hanya tertuju
ke akhirat. Dengan begitu di dalam hatinya ada kesaksian yang memberi
keyakinan tentang dunia yang fana dan begitu cepat ia berlalu serta
tertinggal di belakang. Di hadapannya terpampang akhirat yang kekal dan
semua akan menuju ke sana. Sebagai bukti agar harapan ini tidak diumbar
adalah firman Allah,

"Dan (ingatlah) akan hari (yang pada waktu itu) Allah mengumpulkan
mereka, (mereka merasa pada hari itu) seakan-akan mereka tidak pernah
berdiam (di dunia) hanya sesaat saja pada siang hari (pada waktu itu)
mereka saling berkenalan." (Yunus: 45).

"Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakanakan
tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore
atau pagi hari." (An-Nazi'at: 46).

Pada suatu sore ketika matahari berada di pucuk bukit, Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam berpidato di hadapan para shahabat,

"Sesungguhnya tidak ada yang menyisa dari dunia yang sudah berlalu
melainkan seperti apa yang menyisa dari hari kalian yang sudah berlalu
ini."

Ketika beliau sedang melewati sebagian shahabat yang sedang
memperbaiki gubuk mereka yang sudah reyot, maka beliau bertanya, "Apa
ini?" Mereka menjawab, "Kami sedang memperbaiki gubuk milik kami."
Beliau bersabda, "Aku tidak melihat urusan hidup ini melainkan lebih
cepat rusaknya daripada gubuk kalian ini."
Tidak mengumbar harapan ini didasarkan pada dua hal: Pertama,
meyakini kefanaan dunia dan perpisahan dengannya. Kedua, kekekalan
akhirat dan kepastian bersua dengannya. Kemudian dua perkara ini
dibandingkan, dan tentukan mana yang lebih dipentingkan.
Menyimak Al-Qur'an artinya memusatkan perhatian hati ke maknamaknanya,
memusatkan pikiran untuk mengamati dan memikirkannya.
Inilah maksud diturunkannya Al-Qur'an, dan bukan sekedar membacanya
tanpa pemahaman, pendalaman dan perhatian. Firman-Nya,

"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan
barakah, supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. "(Shad: 29).

Al-Hasan berkata, "Al-Qur'an diturunkan agar diperhatikan dan
diamalkan. Maka amalkanlah apa yang kalian baca."
Tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hamba di dunia dan di akhirat
serta yang lebih dekat dengan keselamatannya selain dari mendalami dan
memperhatikan Al-Qur'an serta memikirkan makna ayat-ayatnya, karena
makna-makna ini akan menunjukkan tanda-tanda kebaikan dan keburukan
dengan segala hiasannya, menunjukkan jalan, sebab dan buah kebaikan dan
keburukan, menyodorkan kunci-kunci simpanan keba-hagiaan dan ilmu
yang bermanfaat, meneguhkan sendi-sendi iman di dalam hati,
mengokohkan bangunannya, memperlihatkan gambaran dunia dan
akhirat, surga dan neraka, memperlihatkan keadaan berbagai umat,
keadilan Allah dan karunia-Nya, Dzat, sifat, asma dan perbuatan-Nya, apaapa
yang dicintai dan dibenci-Nya, menunjukkan jalan yang
menghantarkan kepada-Nya, penghambat-penghambat jalan dan ujian-nya,
memperlihatkan tingkatan-tingkatan orang yang berbahagia dan
menderita, macam-macam manusia dan golongannya. Secara umum
makna-makna Al-Qur'an ini memperkenalkan Allah yang diseru dan jalan
yang menghantarkan kepada-Nya.
Kebalikan dari hal-hal di atas, makna-makna Al-Qur'an juga menunjukkan
apa yang diserukan syetan, jalan yang menghantarkan kepada-nya,
dan akibat yang bakal diterima orang yang memenuhi seruan ini, berupa
kehinaan dan siksaan setelah dia sampai kepadanya.
Inilah perkara-perkara yang perlu diperhatikan hamba, agar dia bisa
mengetahui akhirat seakan-akan dia berada di sana dan tidak lagi berada di
dunia ini, bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil dalam
perkara-perkara yang diperselisihkan, sehingga yang haq benar-benar haq
dan yang batil benar-benar batil, memberinya cahaya untuk membedakan
petunjuk dan kesesatan, jalan lurus dan jalan menyimpang, membe-rikan
kekuatan di dalam hati, kehidupan, kelapangan dan kegembiraan.
Makna-makna Al-Qur'an berkisar pada masalah tauhid dan penjelasan-
penjelasannya, ilmu tentang Allah dan sifat-sifat kesempurnaan-Nya,
sifat-sifat kekurangan yang dijauhkan dari-Nya, pengenalan hak-hak
hamba dan hak-hak yang mengutus mereka, iman kepada malaikat yang
merupakan utusan Allah dalam menangani urusan alam atas dan alam
bawah, khususnya segala urusan manusia, apa yang telah disiapkan Allah
bagi musuh-musuh-Nya, berupa kampung siksaan, yang di dalam-nya sama
sekali tidak ada kegembiraaan dan kesenangan, rincian perintah dan
larangan, syariat dan qadar, halal dan haram, nasihat dan peri-ngatan,
kisah-kisah dan permisalan, sebab-sebab, hukum, prinsip, tujuan dan lainlainnya.
Adapun lima perkara yang merusak hati adalah: Banyak bergaul
dengan manusia, mengumbar harapan, bergantung kepada selain Allah,
kenyang dan banyak tidur.
Ketahuilah bahwa hati itu dalam perjalanan kepada Allah Azza wa
Jalla dan kampung akhirat. Jalan yang benar sudah ditunjukkan, begitu
pula ujian jiwa dan amal, penghambat-penghambat jalan yang dapat
disingkirkan dengan cahaya, kehidupan dan kekuatannya, dengan kesehatan
pendengaran dan penglihatannya. Lima perkara inilah yang akan
memadamkan cahaya hati, menutupi penglihatan dan menyumbat pendengarannya,
membuatnya bisu dan tuli, melemahkan kekuatannya,
menggerogoti kesehatannya dan menghentikan tekadnya. Siapa yang
tidak merasakan semua ini, berarti hatinya mati. Sementara luka pada
orang yang sudah mati tidak membuatnya kesakitan.
Tidak ada kenikmatan, kelezatan, kesenangan dan kesempurnaan
kecuali dengan mengetahui Allah dan mencintai-Nya, merasa tentram saat
menyebut-Nya, senang berdekatan dengan-Nya dan rindu bersua dengan-
Nya. Inilah surga dunia baginya, sebagaimana dia tahu bahwa
kenikmatannya yang hakiki adalah kenikmatan di akhirat dan di surga.
Dengan begitu dia mempunyai dua surga. Surga yang kedua tidak dimasuki
sebelum dia memasuki surga yang pertama.
Kami pernah mendengar Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah berkata,
"Sesungguhnya di dunia ini ada surga, siapa yang tidak memasukinya,
maka dia tidak akan memasuki surga di akhirat."
Sebagian orang arif berkata, "Hari-hari telah berlalu dan dapat
dirasakan hati. Maka saya katakan, 'Jika para penghuni surga seperti ini
keadaannya, tentunya mereka benar-benar dalam kehidupan yang sangat
menyenangkan'."
Sebagian yang lain berkata, "Para penghuni dunia yang celaka keluar
dari dunia tanpa merasakan kenikmatan sedikit pun yang ada di
dalamnya." Orang-orang bertanya, "Lalu apakah yang paling nikmat di
dunia?" Dia menjawab, "Mencintai Allah, bersama-Nya, kerinduan bersua
dengan-Nya, menghadap kepada-Nya dan berpaling dari hal-hal selain-
Nya."

Lima perkara ini menjadi penghalang antara hati dan Allah, menghambat
perjalanannya dan menimbulkan penyakit di dalamnya. Inilah
uraiannya.

1. Terlalu Banyak Bergaul dengan manusia. Hal ini bisa memenuhi hati
dengan polusi napas Bani Adam, sehingga hati mereka menjadi hi-tam,
lalu menimbulkan perselisihan, kepekatan, perpecahan dan be-ban yang
berat untuk dipikul. Akibat yang ditanggungnya adalah gesek-an dengan
teman-teman yang jahat, banyak kemaslahatannya yang terbuang siasia,
sibuk dengan urusan mereka, pikiran terpecah untuk memenuhi
berbagai macam keinginan dan tuntutan mereka. Jika seperti ini
keadaannya, lalu apa yang menyisa bagi Allah dan kampung akhirat?
Pergaulan yang didasari cinta dunia dan ambisi ini bisa berubah men-jadi
permusuhan jika semua hakikat terkuak, sehingga menimbulkan
penyesalan bagi sebagian di antara mereka. Yang lebih celaka lagi, jika
penyesalan ini terasa setelah di akhirat. Firman Allah,

"Teman-teman akrab pada hari itu, sebagiannya menjadi musuh bagi
sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa." (Az-Zukhruf: 67).

"Dan (ingatlah) hari (ketika) orang yang zhalim menggigit dua tangannya,
seraya berkata, Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-
sama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak
menjadikan Fulan itu teman akrab(ku). Sesungguhnya dia telah menyesatkan
aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku.
Dan, adalah syetan itu tidak mau menolong manusia." (Al-Furqan: 27-
29).

Inilah keadaan orang-orang yang bersekutu untuk mendapatkan suatu
tujuan. Mereka senantiasa tampak saling bahu-membahu dan
menyayangi untuk mendapatkan tujuan itu. Jika ternyata tujuan itu
meleset, maka yang ada tinggal penyesalan, kesedihan dan penderitaan.
Kasih sayang itu pun berubah menjadi kebencian, kutukan dan celaan
sebagian terhadap sebagian yang lain. Cukup banyak bukti tentang hal
ini. Untuk mencari keseimbangan dalam masalah pergaulan ini atau
pergaulan yang bermanfaat ialah bergaul dengan manusia dalam kebaikan,
seperti menghadiri shalat Jum'at, jama'ah, haji, mempelajari ilmu,
berjihad, nasihat-menasihati, menjauhi mereka dalam keburukan dan
hal-hal mubah yang kelewatan. Jika seseorang terpaksa harus bergaul
dengan mereka dalam keburukan dan tidak mungkin untuk menghindar,
maka dia harus waspada agar jangan sampai menyerupai mereka
dan dia harus bersabar menghadapi gangguan mereka. Sebab sudah
selayaknya jika mereka mengganggunya, terlebih jika dia tidak mempunyai
kekuatan dan pendukung. Sebab jika dia berbuat seperti yang
mereka perbuat, hanya akan mendatangkan kehinaan dan celaan orangorang
Mukmin dan Allah.

2. Mengarungi hamparan lautan harapan dan angan-angan yang tidak
bertepi. Ini merupakan lautan yang diarungi orang yang bangkrut,
sebagaimana yang dikatakan dalam pepatah, "Angan-angan merupakan
modal orang yang bangkrut." Barang dagangan para penumpangnya
adalah janji-janji syetan dan hayalan yang menipu. Gelombang anganangan
dusta dan hayalan batil terus bergulung-gulung, mempermainkan
penumpang, seperti anjing yang mempermainkan bangkai.
Angan-angan ini disesuaikan dengan kondisi setiap orang. Ada yang
berangan-angan memegang kekuasaan, ada yang berangan-angan
memiliki harta yang menumpuk, memiliki istri-istri yang cantik dan
lain sebagainya. Setiap orang menciptakan di dalam jiwanya gambaran
yang diinginkannya. Seakan-akan dia beruntung mendapatkannya. Tapi
ketika dia tersadar, ternyata tangannya hampa dan hanya memegang
bantal.
Tapi orang yang memiliki hasrat yang tinggi, maka angan-angannya
berkisar pada ilmu dan iman serta amal yang bisa mendekatkan dirinya
kepada Allah. Dikatakan dalam syair,

"Angan-anganku adalah iman, hikmah dan cahaya sedang anganangan
mereka adalah tipuan belaka."

Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah memuji orang yang mengangan-
angankan kebaikan, sehingga dalam kondisi tertentu, dia mendapatkan
pahala seperti pahala yang didapatkan orang yang mengerjakan
kebaikan itu, seperti perkataannya, "Andaikan aku mempunyai
harta yang melimpah, tentu aku akan membelanjakannya seperti yang
dilakukan Fulan karena Allah semata, digunakan untuk menyambung
tali persaudaraan dan menshadaqahkannya menurut haknya."

3. Bergantung kepada selain Allah. Ini merupakan perusak hati yang paling
besar dan tidak ada yang lebih berbahaya selain dari hal ini, tidak
ada yang lebih menghambat kemaslahatan dan kebahagiaannya se
lain dari hal ini. Jika hati bergantung kepada selain Allah, maka Allah
menyerahkannya kepada sesuatu yang dijadikan sebagai gantungannya.
Padahal apa yang dijadikan sebagai gantungan itu dihinakan Allah
dan dia tidak mendapatkan maksudnya karena dia beralih kepada selain
Allah, sehingga dia tidak mendapatkan apa yang ada di sisi Allah dan
tidak mendapatkan dari apa yang dijadikannya sebagai gantungan
seperti yang diharapkannya. Firman Allah,

"Dan, mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar
sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali
tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan
(para pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahansembahan)
itu akan menjadi musuh bagi mereka." (Maryam: 81-82).

Orang yang paling hina adalah yang bergantung kepada selain Allah.
Orang yang bergantung kepada selain Allah seperti orang yang berlindung
dari panas dan dingin dengan rumah laba-laba, karena rumah laba-laba
merupakan rumah yang paling rapuh. Secara umum, landasan dan fondasi
syirik adalah bergantung kepada selain Allah, sehingga pelakunya
mendapat kehinaan dan celaan.

"Janganlah kamu adakan sesembahan yang lain di samping Allah, agar
kamu tidak menjadi tercela dan tidak ditinggalkan (Allah)." (Al-Isra':
22).

4. Perusak hati yang keempat adalah makanan yang berlebihan. Ada dua
macam kaitannya dengan makanan ini: Pertama, jenis makanannya
itu sendiri seperti makanan yang diharamkan. Makanan yang diharamkan
ini juga ada dua macam: Yang haram menurut hak Allah, seperti
bangkai, darah, babi, binatang buas yang bertaring dan burung yang
bercakar tajam. Yang haram menurut hak manusia, seperti barang curian
dan yang diambil tidak berdasarkan ridha pemiliknya. Kedua, makanan
yang merusak karena pertimbangan porsi dan jumlahnya serta yang
melebihi batasnya, seperti berlebih-lebihan dalam mengkonsumsi
makanan yang halal dan makan terlalu kenyang, karena bisa
memberatkannya untuk mengerjakan ketaatan dan membuatnya sibuk
dengan urusan makanan semata, sehingga bisa membuat badannya
menjadi gemuk dan menguatkan dorongan syahwat, yang berarti
membuka jalan yang lapang bagi syetan. Sebab syetan bisa menyusup ke
dalam tubuh manusia lewat aliran darahnya. Maka tidak heran jika puasa
mempersempit dan menghalangi jalannya, sementara perut kenyang
melapangkan jalan bagi syetan. Siapa yang makan banyak dan minum
banyak, membuatnya banyak tidur, lalu banyak menye-sal.
Di dalam hadits yang masyhur telah disebutkan sabda Nabi Shal-lallahu
Alaihi wa Sallam,

"Tidaklah seorang anak Adam memenuhi bejana yanglebih buruk daripada
perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap yang bisa menegakkan
tulang sulbinya. Jikalau memang harus berbuat, maka sepertiga untuk
makanannya, sepertiga untuk minumannya dan sepertiga untuk napasnya."

Dikisahkan bahwa Iblis muncul di hadapan Yahya bin Zakaria Alaihis-
Salam. Beliau bertanya, "Apakah kamu bisa berbuat sesuatu terhadap aku?"
Iblis menjawab, "Tidak. Hanya saja suatu malam ada makanan yang
dihidangkan kepadamu. Lalu aku membuat makanan itu tampak lezat,
sehingga engkau memakannya hingga kenyang, lalu engkau tertidur dan
tidak melakukan wirid."
Maka Yahya berkata, "Demi Allah, sekali-kali aku tidak akan makan
hingga kenyang."
Iblis berkata, "Dan aku, demi Allah, sekali-kali tidak akan memberi
nasihat kepada anak Adam."

5. Banyak tidur. Karena banyak tidur membuat badan terasa berat, membuang-
buang waktu secara percuma, mengakibatkan lalai dan malas
serta hal-hal makruh lainnya. Yang pasti, banyak tidur tidak bermanfaat
bagi badan. Sedangkan tidur yang paling bermanfaat ialah jika
memang diperlukan untuk tidur. Tidur pada awal malam lebih baik dan
lebih bermanfaat daripada tidur pada akhir malam, dan tidur te-ngah
malam lebih bermanfaat daripada dua tepinya. Yang paling banyak
bahayanya adalah tidur sehabis ashar dan pada pagi hari, kecuali jika
pada malam harinya berjaga.
Yang dimakruhkan adalah tidur setelah shalat subuh hingga matahari
terbit, karena waktu ini seperti barang rampasan perang. Bagi orangorang
yang mengadakan perjalanan kepada Allah, waktu ini mempunyai
banyak keutamaan. Sehingga sekalipun sepanjang malam mere-ka
berjaga, maka mereka tidak akan menggunakan waktu ini untuk dudukduduk
saja, hingga terbitnya matahari, karena ini merupakan awal
siang dan kuncinya, waktu turunnya rezki dan datangnya barakah.
Secara umum, tidur yang paling bermanfaat ialah pada tengah malam
yang pertama dan seperenam yang terakhir, yang kira-kira selama
delapan jam. Inilah waktu tidur yang paling efektif menurut ilmu kedokteran.
Jika kurang atau lebih, tentu akan berpengaruh terhadap
tabiat manusia. Sedangkan tidur yang tidak bermanfaat adalah pada
awal malam setelah matahari tenggelam.

Tiada ulasan: